Wikipedia

Search results

Saturday 30 March 2013

KA Pontianak Masih Butuh Imam

Selasa, 26 Maret 2013 19:12 WIB
KA Pontianak Masih Butuh Imam
[Aditya Wijaya]
Masih kurang: Uskup Agung Pontianak, Mgr Hieronymus Bumbun OFMCap, bersama para imam Diosesan.

HIDUPKATOLIK.com
 - 
Dalam retret imam dan frater Dioses yang berhimpun di Unio Unit Keuskupan Agung Pontianak yang berlangsung di Wisma Emaus Nyarumkop, Pontianak, Kalimantan Barat, Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Pontianak, Pastor William Chang OFMCap, menyampaikan data fisik perkembangan umat Keuskupan Agung Pontianak yang berjumlah sekitar 300.000 jiwa. Mereka tersebar di 26 paroki dan dilayani 80 imam. Di antaranya, hanya 16 imam Diosesan. Berdasarkan data tersebut, satu imam melayani sekitar 4.000 umat. Sangat diharapkan panggilan imam Diosesan di keuskupan ini semakin berkembang demi kelangsungan pelayanan di keuskupan ini.

Dalam retret yang berlangsung pada Selasa-Jumat, 5-8/3 ini, Uskup Agung Pontianak, Mgr Hieronymus Bumbun OFMCap, menekankan empat tema pokok, yakni spiritualitas imam Diosesan, identitas dan teritori imam Diosesan, nasihat injili, dan Injil kesederhanaan. Dalam sesi diskusi, disadari bahwa imam keuskupan perlu siap di barisan depan dan berada di tengah umat, dengan terbuka terhadap semua jenis karya keuskupan baik parokial maupun kategorial.

Retret bertajuk “Spiritualitas dari Imam Diosesan” ini juga mendatangkan Pastor Materius Kristiyanto dari Keuskupan Agung Semarang yang menitikberatkan spiritualitas imam Diosesan. 


RD Alexander M
.

Paus Fransiskus Menolak Tinggal di Istana Kepausan


Paus Fransiskus Menolak Tinggal di Istana Kepausan
[thetablet.org]
Santa Martha House (Domus Sanctae Marthae)

HIDUPKATOLIK.com
 - Paus Fransiskus menolak tinggal di apartemen luas di puncak Istana Apostolik Vatikan. Ia memilih tinggal di flat dua kamar berukuran kecil. Demikian disampaikan oleh juru bicara kepausan Federico Lombardi SJ seperti disiarkan oleh BBC, 27 Maret lalu. Alasannya, katanya, Bapa Suci mencoba gaya hidup sederhana di gedung komunal bersama para pastor lainnya. 

Keputusan itu juga mengubah tradisi paus yang sejak seabad lalu tinggal di istana dan sekaligus memperkuat reputasinya sebagai pribadi yang sederhana. Tatkala menjadi Uskup Buenos Aires, ia juga menolak tinggal di Istana Keuskupan. Ketika itu, ia memilih akomodasi sederhana dan kerap memasak sendiri.

Sejak naiknya Paus Pius X di awal abad ke 20, setiap paus menempati apartemen 12 kamar di puncak istana yang dilengkapi dengan sayap khusus pegawai, teras dan pemandangan luas ke kota Roma. Tetapi sejak terpilih, Paus Fransiskus sudah menempati flat dua kamar sederhana di Domus Sancta Martha, kediaman mirip hotel yang dibangun Paus Yohanes Paulus II di sebelah Basilika Santo Petrus. Menurut jurubicara Lombardi, ia berniat untuk terus tinggal di sana. "Pagi ini Bapa Suci memberitahu para kardinal bahwa beliau akan tetap menempati flat itu," katanya. Lombardi tak bisa mengatakan apakah Paus berencana tinggal di sana untuk jangka panjang. "Saat ini masih periode membiasakan diri," katanya. Paus akan bersantap di ruang makan bersama para penghuni lainnya serta tetamu.

Paus Fransiskus akan menggunakan perpustakaan kepausan di lantai dua istana untuk menerima tamu dan akan muncul di jendela yang digunakan paus-paus sebelumnya untuk menyapa dan memberkati para umat dan peziarah di Lapangan Santo Petrus.

RENUNGAN PASKA 2013 Mengapa kekerasan tak kunjung henti?


RENUNGAN PASKA 2013 dari Mgr Johannes Pujasumarta

Kamis, 28 Maret 2013 16:30 WIB
RENUNGAN PASKA 2013 dari Mgr Johannes Pujasumarta
[Dok.HIDUP]
Mgr Johannes Pujasumarta, Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia (Sekjen KWI)


Ancaman kekerasan dan tindak kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah tidak hanya terjadi pada zaman dulu, ketika Yesus yang tidak bersalah, dijatuhi hukuman mati disalib. Pada zaman kita peristiwa-peristiwa kekerasan begitu mudah terjadi, dan menjadi berita dukacita yang sampai kepada kita setiap hari melalui berbagai media komunikasi. Tak terhitung peristiwa kekerasan dalam keluarga, yang tidak diberitakan melalui media publik. Sri Sultan Hamengku Buwono X mengungkapkan keprihatinannya atas peristiwa kekerasan di Lembaga Pemasyarakatan, Cebongan, Sleman, Yogyakarta, yang terjadi pada Sabtu dinihari, 23 Maret 2013, yang lalu katanya, "Saya prihatinkan penyerangan lapas. Tapi juga mengapa kekerasan selalu muncul di Daerah Istimewa Yogyakarta,"

Ngersa Dalem..., kekerasan tidak hanya di Daerah Istimewa Yogyakarta, tetapi di mana-mana. Saya juga sangat prihatin mendengar berita tentang kekerasan yang dialami oleh jemaat-jemaat Kristiani karena kekerasan dijadikan ancaman dan dilakukan untuk menangani masalah-masalah pembangunan tempat-tempat ibadat dan sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh jemat-jemaat Kristiani tersebut. Dua bulan terakhir selama tahun 2013 telah tercatat 15 kasus, melanjutkan kasus-kasus tahun 2012 yang berjumlah 75. Kasus-kasus itu merupakan bagian dari total tempat-tempat ibadat yang diganggu atau dirusak, sejak rezim Soekarno sampai rezim Susilo Bambang Yudhoyono, sebanyak 1.250 buah. 

Yang lebih memrihatinkan lagi ialah bahwa pelaku kekerasan itu adalah warga masyarakat sendiri, yang bahkan didukung oleh pihak-pihak tertentu yang seharusnya menjamin keamanan di negeri ini. Sikap intoleran yang disertai dengan perilaku kekerasan yang dibiarkan itu telah mengantar kita pada situasi kacau balau, khaotic, karena premanisme. Kita telah berada dalam arus spiral kekerasan yang akan membuahkan kematian. 


Orang benar tetap hidup meskipun dibunuh


Pada peristiwa Yesus arus spiral kekerasan dipersonifikasi dalam diri -Nya yang mati karena menjadi korban kekerasan, yang dilakukan oleh penguasa agama yang bersekongkol dengan penguasa politik pada waktu itu. Oleh-Nya tuduhan-tuduhan palsu dijawab dengan diam, karena dialog tidak bisa dilakukan kalau ada kekerasan. Ketika kekerasan tidak tahan mendengarkan suara kebenaran dalam diam itu, kekerasan akan berbuah kematian, kematian kebenaran, yang seakan-akan membuat lega para pelaku kekerasan. Ya lega untuk sementara! Karena kebenaran adalah kebenaran. 

Pada peristiwa kematian Yesus kebenaran sejati yang berasal dari Allah diakui oleh kepala pasukan yang menyaksikan peristiwa kematian Yesus disalib. Oleh Lukas dituturkan, bahwa kematian Yesus menjadi kesempatan bagi kepala pasukan itu untuk memuliakan Allah, katanya: “Sungguh orang ini adalah orang benar!” (Luk. 23:47) Orang benar tetap hidup meskipun dibunuh. Itulah kehidupan baru yang dimiliki oleh Yesus, yang melalui kematian –Nya dilantik menjadi Tuhan dan Kristus, karena Allah telah membangkitkanNya dari orang mati.

Kekerasan bukan solusi menyelesaikan masalah.


Dalam ruang publik yang tuna adab karena kekerasan, tidak dibenarkan kita, yang adalah anak-anak kebangkitan, melakukan kekerasan untuk melawan kekarasan. Kekerasan bukan solusi menyelesaikan masalah.

Paska Kristus mengamanatkan kepada kita untuk mengubah hati kita yang keras membatu menjadi hati yang manusiawi, yang mampu mendengarkan suara kebenaran, dan bahkan memperjuangkan kebenaran dengan semangat martyria.

Semoga daya kebangkitan Tuhan menjadi kekuatan bagi kita mengubah budaya kekerasan menjadi budaya kelembutan yang berdasar pada kebenaran, keadilan dan kasih. 
Selamat Paska! 

Salam, doa dan Berkah Dalem,

+ Johannes Pujasumarta
Uskup Agung Semarang

Wednesday 27 March 2013

Siapa itu Paus Fransiskus?


Siapa itu Paus Fransiskus? thumbnail

Mungkin semua orang sependapat bahwa pemilihan Jorge Mario Bergoglio sebagai Paus Fransiskus merupakan hal yang tak terduga dalam banyak cara. Namun, ini tidak sepenuhnya merupakan suatu kejutan. Bergoglio adalah orang nomor dua setelah Joseph Ratzinger dalam konklaf yang digelar tahun 2005, yang memilih Paus Benediktus XVI.
Bergoglio adalah imam dari Serikat Yesus, orang Amerika Latin dan paus pertama dari wilayah bagian selatan. Ia memiliki orangtua yang adalah warga migran asal Italia. Tetapi, ia bukan “orang Italia” atau kardinal dari Kuria karena ia tidak pernah berkarya di Vatikan.
Ia dianggap sebagai seorang gembala yang memiliki pandangan konservatif di bidang teologi, namun ia memiliki wawasan yang luas, khususnya perhatiannya akan kebutuhan orang-orang miskin. Hal ini mencerminkan komitmen akan kesederhanaan yang nampak dalam gaya hidupnya sendiri.
Bisa dikatakan bahwa waktu dan kekuatan yang membentuknya, karya yang dilakukannya dan berbagai tantangan yang dihadapinya telah mempersiapkan dirinya dengan baik untuk menjadi paus.
Dibesarkan di masa fasisme dan sosialisme – sebuah pergumulan politik yang dibuat sedemikian unik untuk Argentina oleh Juan Peron – Bergoglio masuk Serikat Yesus tahun 1950-an. Tidak seperti biasanya, ia dipilih sebagai Provinsial Serikat Yesus di Argentina ketika berumur 30-an – sejak 1973 hingga 1979.
Tahun 1970-an merupakan tahun-tahun di mana para imam Serikat Yesus di Argentina tercerai-berai oleh perpecahan dan konflik. Banyak imam Serikat Yesus menanggalkan imamat mereka. Konflik ini sangat berkaitan dengan petunjuk untuk kongregasi dan Gereja – seperti Teologi Pembebasan yang menyeruak di Amerika Latin – dan juga politik setempat. Konflik politik seputar Juan Peron dan penerusnya yang terjadi selama beberapa dekade memecah-belah masyarakat Argentina dan juga para imam Serikat Yesus.
Pada masa itu, menyatukan para imam Serikat Yesus di Argentina bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Namun, Bergoglio terlibat aktif dalam memberikan perubahan dalam tubuh Serikat Yesus dengan adanya dorongan dari dunia luar. Keputusan akhir dicapai tahun 1975 dalam sebuah pertemuan luar biasa para petinggi kongregasi – sebuah Rapat Umum. Bergoglio terlibat aktif dalam proses ini.
Petunjuk yang ditetapkan oleh Serikat Yesus memicu kemarahan Vatikan. Tahun 1981, Yohanes Paulus II menetapkan kepala kongregasi, Pedro Arrupe, dan mengangkat seorang pengawas untuk melakukan penyelidikan, dan jika perlu, membenahi segala ekses yang muncul.
Kira-kira di waktu yang sama, militer yang dikalahkan oleh UK atas sengketa Kepulauan Malvinas/Falklands mulai menghilangkan kediktatoran militer dan memulihkan demokrasi.
Bergoglio dikritik atas sikapnya yang mencolok selama rezim diktator di Argentina selama periode ini. Namun, ia memimpin publik dalam meminta Gereja untuk menyampaikan permohonan maaf atas kebisuannya selama “perang yang kotor” itu dan “ketidakhadirannya” selama kediktatoran militer berlangsung.
Bergoglio menjadi uskup sejak 1992 dan uskup agung Buenos Aires sejak 1998. Keuskupan agung ini bukanlah yang terbesar di Amerika Latin, yang memberinya pengalaman di bidang politik selama 15 tahun. Namun, sebagai seorang warga Argentina, permainan ekonomi menjadi hal yang utama.
Masa di mana ia memimpin keuskupan agung dan para imam Serikat Yesus selama pergolakan yang terjadi tahun 1970-an seharusnya  bisa mengarahkannya untuk menjawab secara tepat persoalan yang ada, menghargai proses yang dibutuhkan untuk suatu perubahan sistematis, dan memikirkan orang-orang yang dibutuhkannya untuk mewujudkan perubahan itu.
Terkait nama Fransiskus yang dipilihnya, Bergoglio ingin mengingat kenangan Fransiskus dari Asisi. Ia mungkin juga mengenang beberapa nama lain – dua Yesuit yakni Fransiskus Xaverius dan Francis Borgia, seorang duda dan ayah dari sebuah keluarga besar dan Bangsawan dari Gandia yang masuk Serikat Yesus saat paruh baya dan karena pengalaman administratifnya langsung menduduki jabatan tinggi.
Sekarang tinggal menunggu apakah orang luar yang cerdas dan berpengalaman bisa menjalankan tugas dalam mereformasi Kuria dan mendekatkan proses Gereja yang lebih luas pada perubahan seperti yang diinginkan oleh Konsili Vatikan II.
Pastor  Mick Kelly SJ adalah Direktur Eksekutif  ucanews.com

Thursday 27 December 2012

Peduli dengan orang miskin, seorang pastor rela tinggal di kawasan kumuh


20/11/2012 Peduli dengan orang miskin, seorang pastor rela tinggal  di kawasan kumuh thumbnail

Pada hari Minggu pagi, Pastor Pete Montallana OFM mempersembahkan Misa di ruang terbuka di tengah gubuk yang membuat sebagian umat  basah kuyup.
Pastor Montallana tidak tinggal di luar, tapi ia sendiri tinggal di ruang yang disewa dengan harga 1.500 peso per bulan ($ 36) di tengah-tengah perkumuhan Quezon City. Kamar mandinya berbagi dengan puluhan warga lain.
Pastor Montallana menjadi milik Ordo Saudara-Saudara Dina yang memiliki karisma untuk hidup dengan orang miskin.
Sejak ia belajar teologi tahun 1970-an, imam berusia 62 tahun itu mengatakan ia telah “masuk” ke pemukim kumuh, beberapa kali.
“Tapi, tidak semua imam melakukan pekerjaan seperti ini. Ini adalah rahmat, sebuah karunia dari Tuhan,” kata Pastor Montallana di kamar gubuknya di lantai kedua.
Misinya sederhana: untuk memelihara iman umat dan membantu mereka menyadari hak-hak mereka sebagai penduduk miskin kota.
Pada Desember tahun lalu, imam itu mengumpulkan orang-orang untuk Simbang Gabi, Misa sembilan subuh yang berpuncak pada Hari Natal. Dia juga mengadakan rekoleksi untuk keluarga dan memberikan seminar tentang hak asasi manusia.
Dari pertemuan ini muncul sebuah komunitas basis Gerejawi yang bertemu setiap hari Sabtu di kamar Pastor Montallana yang sempit untuk merefleksikan perjuangan rakyat berbasis Injil.
“Mereka ‘labil, tapi mereka akan tumbuh bersama seiring dengan perjalanan waktu,” kata Pastor Montallana.
Imam itu menambahkan bahwa ia menerapkan homilinya, saat ia bangun pagi ia menyapa tetangganya yang berprofesi sebagai tukang becak, sopir bajaj, pemulung, dan penyapu jalan.
“Diberikan kesempatan untuk mendengar firman Allah, orang akan berubah,” katanya. “Saya bisa merasakan perubahan dalam hal kesadaran.”
Sementara mengais-ngais plastik yang dibawakan oleh banjir melalui komunitas itu, anak jalanan menemukan sebuah janin di antara sampah, dan memutuskan untuk menguburnya. Ketika tetangga meninggal, semua orang membantu.
Setelah banjir yang merendam rumah-rumah mereka, mereka kembali dan melanjutkan kehidupan mereka sehari-hari.
“Ada begitu banyak manusia di sini. Dan ini adalah misteri dalam kehidupan masyarakat miskin kota,” kata imam Fransiskan.
Pastor Montallana mengatakan ia mengalami semacam “pencerahan” pada November tahun lalu setelah api melalap sebuah pemukiman kumuh tidak jauh dari biaranya.
“Saya gelisah. Bagaimana saya bisa tidur dengan nyaman di biara. Api itu menjadi tantangan bagi saya untuk fokus pada orang miskin,” katanya. Dia meminta cuti satu tahun kepada atasannya untuk pergi ke pemukim kumuh serta hidup dan bergabung dengan orang-orang tersebut.
Pastor Montallana tidak menghabiskan seluruh waktunya di daerah kumuh. Dia pergi ke pegunungan dan bekerja dengan masyarakat adat yang berjuang untuk tanah mereka.
Cutinya sepanjang tahun untuk “tinggal di luar” berakhir bulan ini. Dia berencana untuk pindah ke kawasan kumuh lain dan memulai satu tahun lain “persekutuan meja” dengan orang miskin.
“Di antara orang miskin, saya melihat Tuhan sendiri,” katanya.
Sumber: Priest serves ‘the least of these’ among Philippine poor

S ebagai orang Katolik, presiden baru Korea Selatan perlu respek terhadap ajaran Gereja

e

24/12/2012 Sebagai orang Katolik, presiden baru Korea Selatan perlu respek terhadap ajaran Gereja thumbnail

Banyak hati orang Katolik akan tertegun ketika berita muncul pada 19 Desember bahwa Juliana Park Geun-hye telah memenangkan pemilu presiden Korea Selatan.
Dengan hanya satu atau dua pengecualian, wanita itu memiliki pandangan yang diametris menentang komunitas Katolik, dengan mendukung isu-isu seperti hukuman mati, pembangunan pabrik nuklir baru, perjanjian perdagangan bebas, proyek bendungan Five Rivers dan pangkalan angkatan laut Jeju.
“Ini sangat disayangkan,” kata Pastor Jang Dong-hun kepada ucanews.com.
Pada Oktober, sebagai sekretaris Komite Keadilan dan Perdamaian Konferensi Waligereja Korea Selatan, Pastor Jang mengirim kuesioner tentang isu-isu sosial dan politik kepada para kandidat presiden, untuk meminta pendapat mereka terutama terkait ajaran Gereja dengan isu-isu tersebut.
Hanya salah satu kandidat tidak menjawab. Kandidat tersebut adalah Park, kini presiden terpilih.
Namun, pendapatnya dapat diamati melalui berbagai pidato dan deklarasi. Dia adalah pendukung hukuman mati dan perjanjian perdagangan bebas. Dia juga mendukung pembangunan pangkalan angkatan laut raksasa di Pulau Jeju.
Terkait proyek Five Rivers sangat kontroversial dia tetap diam, dan ia tampak berhati-hati mengenai gagasan membangun lebih banyak reaktor nuklir.
Pastor Jang merasa khawatir bahwa rezim itu akan berlanjut dan bahkan melanjutkan apa yang dimulai oleh pendahulunya.
“Selama lima tahun terakhir di bawah Presiden Lee Myong-bak, uang menjadi faktor utama dalam masyarakat Korea, sementara hal lain diabaikan.”
Park, 61, adalah putri dari Mendiang Presiden Park Chung-hee, yang memerintah Korea Selatan dengan tangan besi dari tahun 1961, ketika ia memimpin kudeta militer, hingga tewas terbunuh tahun 1979.
Dia merintis industrialisasi Korea dan dipercaya oleh banyak orang karena memimpin negara itu keluar dari kemiskinan menuju kemakmuran yang kini dirasakan. Tapi, dia juga mengabaikan hak asasi manusia dan demokrasi.
Gereja Katolik umumnya menentang kediktatoran dan beberapa klerus termasuk mendiang Uskup Daniel Tji Hak-soon dari Wonju yang dipenjara.
Park Chung-hee mengaku tidak beragama dan tampaknya tidak menyukai segala bentuk agama. Putrinya dibaptis sebagai seorang Katolik saat menjadi mahasiswi di Universitas Sogang, yang dikelola Yesuit, namun dalam beberapa tahun terakhir dia juga mengatakan ia tidak beragama.
Sejumlah umat Katolik menanggapi berbeda terkait hasil pemilu tersebut.
Fabiano Choi Hong-jun, ketua Dewan Kerasulan Awam Katolik Korea, mengatakan bahwa lebih dari setengah pemilih mendukung Park, itu bisa menjadi sesuatu yang baik untuk membawa persatuan nasional. Dalam pemilu sebelumnya, tidak ada jumlah suara mayoritas.
Dia mengungkapkan harapan bahwa “Park hendaknya merangkul lawan-lawannya dan membuat masyarakat di mana orang dapat percaya dan berkomunikasi satu sama lain.”
“Sebagai seorang pemimpin Katolik, saya berharap ia melakukan hal yang lebih penting terkait ajaran Katolik dan membuat masyarakat menghormati kehidupan dan hak asasi manusia.”
Park telah berjanji untuk memberikan lebih banyak perhatian pada “ekonomi akar rumput,” khususnya perempuan. Tapi, Elizabeth Choi Geum-ja, perwakilan dari Komunitas Perempuan Katolik Korea untuk Dunia Baru, merasa skeptis.
“Park adalah seorang wanita, tapi saya tidak yakin apakah dia adalah ‘presiden wanita yang dipersiapkan’ karena ia tidak memiliki kebijakan feminis,” katanya.
Pastor Jang menunjukkan  sangat jelas tentang sikap Gereja terhadap presiden baru itu. “Juliana Park terpilih karena halo (mitos) Park Chung-hee’ yang disebut sebagai pemujaan uang yang mendominasi rakyat Korea,” katanya.
“Dalam situasi ini, Gereja kita memiliki tanggung jawab sejarah untuk mengubah arus dengan membawa obor keadilan dan kebaikan bersama,” tambahnya.
Sumber: Election result brings gloom to Church leaders

Uskup ikut campur tangan terkait pencari suaka politik


12/12/2012 Uskup ikut campur tangan terkait pencari suaka politik thumbnail

Jumlah warga Tamil dan imigran ilegal lainnya dari utara Sri Lanka yang menjadi pencari suaka di Australia terus meningkat, meskipun bahaya dalam perjalanan dan hampir pasti mereka akan ditangkap dan dideportasi jika mereka bertahan hidup di negara kanguru itu.
Banyak orang memilih untuk meninggalkan negaranya untuk menghindari diskriminasi yang terus menerus dan penyiksaan oleh pasukan militer, polisi dan intelijen, demikian ungkap salah satu prelatus Sri Lanka.
Uskup Joseph Rayappu dari keuskupan Mannar telah menulis surat bulan ini kepada para pejabat di Australia memohon mereka untuk tidak mendeportasi para imigran Tamil ilegal dan sebaliknya memberikan suaka politik kepada mereka.
“Ini adalah pendapat saya yang menganggap bahwa hal itu sangat berbahaya bagi para pencari suaka dari utara dan timur Sri Lanka yang akan dipulangkan ke [negara] mereka, akibat situasi politik yang masih tegang di wilayah itu,” tulis Uskup Joseph dalam surat tersebut, yang dikirim pada 3 Desember.
“Saya menyampaikan penghargaan yang tinggi dan berterima kasih kepada pemerintah Australia atas kebaikan yang ditunjukkan kepada para pencari suaka dari Sri Lanka dengan menampung mereka. Saya mendukung perlindungan politik yang diberikan kepada para pencari suaka oleh pemerintah Australia.”
Pemerintah Sri Lanka segera menanggapi surat tersebut. Sumber-sumber Gereja yang tidak menyebutkan namanya mengatakan para pejabat dari Divisi Investigasi Kriminal mempertanyakan isi surat Uskup Joseph tertanggal 7 Desember itu dan apakah itu bisa dilihat untuk menodai citra pasukan keamanan negara itu.
Tahun ini warga Sri Lanka tiba di Australia berjumlah 6.192 dengan menggunakan perahu,  511 telah dikembalikan, demikian pemerintah.
Sekitar 90 persen dari para pengungsi itu adalah warga Tamil.
Pastor Anthony Victor Sosai, vikjen keuskupan Mannar, mengatakan banyak warga Tamil meminta bantuan kepada uskup itu.
“Pengungsian, ancaman, pengangguran dan takut penyiksaan merupakan masalah umum bagi mereka,” katanya.
“Ini adalah sebuah seruan yang bersifat umum tanpa melakukan diskredit.”
Sekitar 100.000 warga Tamil tetap terlantar dan tanpa tempat tinggal selama lebih dari tiga tahun setelah perang saudara berdarah Sri Lanka berakhir, dan dalam banyak kasus, karena tanah mereka telah dirampas oleh militer, kata anggota parlemen oposisi dan pengacara MA Sumanthiran.
“Saya pergi ke tempat lain sehingga saya bisa memanfaatkan kesempatan untuk mencari suaka politik,” katanya Jesudasan, 45, ayah dari tiga anak.
Ia ditangkap dan tetap dalam tahanan, karena kasus pengadilannya telah ditunda beberapa kali.
Dia termasuk dalam sebuah kelompok yang berjumlah lebih dari 100 orang yang dipukul oleh polisi dan pasukan keamanan karena mereka mendukung pihak oposisi selama pemilihan gubernur tahun ini.
Komandan Kosala Warnakulasuriya, seorang juru bicara media Angkatan Laut Sri Lanka Media, mengatakan peningkatan kasus-kasus migrasi ilegal, telah berkurang terkait kondisi politik atau sosial di negara itu.
Ia mengatakan kepada media lokal bahwa kelompok-kelompok lobi pro-Tamil telah menggunakan isu itu untuk mendiskredikan pemerintah Sri Lanka.
Sumber: Bishop intervenes on behalf of Tamil asylum seekers