Pada hari Minggu pagi, Pastor Pete Montallana OFM mempersembahkan Misa di ruang terbuka di tengah gubuk yang membuat sebagian umat basah kuyup.
Pastor Montallana tidak tinggal di luar, tapi ia sendiri tinggal di ruang yang disewa dengan harga 1.500 peso per bulan ($ 36) di tengah-tengah perkumuhan Quezon City. Kamar mandinya berbagi dengan puluhan warga lain.
Pastor Montallana menjadi milik Ordo Saudara-Saudara Dina yang memiliki karisma untuk hidup dengan orang miskin.
Sejak ia belajar teologi tahun 1970-an, imam berusia 62 tahun itu mengatakan ia telah “masuk” ke pemukim kumuh, beberapa kali.
“Tapi, tidak semua imam melakukan pekerjaan seperti ini. Ini adalah rahmat, sebuah karunia dari Tuhan,” kata Pastor Montallana di kamar gubuknya di lantai kedua.
Misinya sederhana: untuk memelihara iman umat dan membantu mereka menyadari hak-hak mereka sebagai penduduk miskin kota.
Pada Desember tahun lalu, imam itu mengumpulkan orang-orang untuk Simbang Gabi, Misa sembilan subuh yang berpuncak pada Hari Natal. Dia juga mengadakan rekoleksi untuk keluarga dan memberikan seminar tentang hak asasi manusia.
Dari pertemuan ini muncul sebuah komunitas basis Gerejawi yang bertemu setiap hari Sabtu di kamar Pastor Montallana yang sempit untuk merefleksikan perjuangan rakyat berbasis Injil.
“Mereka ‘labil, tapi mereka akan tumbuh bersama seiring dengan perjalanan waktu,” kata Pastor Montallana.
Imam itu menambahkan bahwa ia menerapkan homilinya, saat ia bangun pagi ia menyapa tetangganya yang berprofesi sebagai tukang becak, sopir bajaj, pemulung, dan penyapu jalan.
“Diberikan kesempatan untuk mendengar firman Allah, orang akan berubah,” katanya. “Saya bisa merasakan perubahan dalam hal kesadaran.”
Sementara mengais-ngais plastik yang dibawakan oleh banjir melalui komunitas itu, anak jalanan menemukan sebuah janin di antara sampah, dan memutuskan untuk menguburnya. Ketika tetangga meninggal, semua orang membantu.
Setelah banjir yang merendam rumah-rumah mereka, mereka kembali dan melanjutkan kehidupan mereka sehari-hari.
“Ada begitu banyak manusia di sini. Dan ini adalah misteri dalam kehidupan masyarakat miskin kota,” kata imam Fransiskan.
Pastor Montallana mengatakan ia mengalami semacam “pencerahan” pada November tahun lalu setelah api melalap sebuah pemukiman kumuh tidak jauh dari biaranya.
“Saya gelisah. Bagaimana saya bisa tidur dengan nyaman di biara. Api itu menjadi tantangan bagi saya untuk fokus pada orang miskin,” katanya. Dia meminta cuti satu tahun kepada atasannya untuk pergi ke pemukim kumuh serta hidup dan bergabung dengan orang-orang tersebut.
Pastor Montallana tidak menghabiskan seluruh waktunya di daerah kumuh. Dia pergi ke pegunungan dan bekerja dengan masyarakat adat yang berjuang untuk tanah mereka.
Cutinya sepanjang tahun untuk “tinggal di luar” berakhir bulan ini. Dia berencana untuk pindah ke kawasan kumuh lain dan memulai satu tahun lain “persekutuan meja” dengan orang miskin.
“Di antara orang miskin, saya melihat Tuhan sendiri,” katanya.
Sumber: Priest serves ‘the least of these’ among Philippine poor