Wikipedia

Search results

Sunday 12 February 2012

Ajaran Sosial Gereja atau ASG



Ajaran Sosial Gereja atau ASG berisikan ajaran Gereja tentang permasalahan keadilan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. ASG berusaha membawakan terang Injil ke dalam persoalan keadilan sosial di tengah jaringan relasi masyarakat yang begitu kompleks. Dengan kata lain, ASG berusaha mengaplikasikan ajaran-ajaran Injil ke dalam realitas sosial hidup bermasyarakat di dunia. Tujuan ASG adalah menghadirkan kepada manusia rencana Allah bagi realitas sekular dan menerangi serta membimbing manusia dalam membangun dunia seturut rencana Tuhan (bdk. Hervada).

Secara sempit ASG dimengerti sebagai kumpulan aneka dokumen (umumnya disebut ensiklik) yang dikeluarkan oleh Magisterium Gereja dan berbicara tentang persoalan-persoalan sosial.

1.         RERUM NOVARUM (KONDISI KERJA)
             Paus Leo XIII, 15 Mei 1891

Ensiklik Paus Leo XIII
RN (Rerum Novarum) merupakan Ensiklik pertama ajaran sosial Gereja. Menaruh fokus keprihatinan pada kondisi kerja pada waktu itu, dan tentu saja juga nasib para buruhnya. Tampilnya masyarakat terindustrialisasi mengubah pola lama hidup bersama, pertanian. Tetapi, para buruh mendapat perlakuan buruk. Mereka diperas. Jatuh dalam kemiskinan struktural yang luar biasa. Dan tidak mendapat keadilan dalam upah dan perlakuan.
Ensiklik RENUM NOVARUM merupakan ensiklik pertama yang menaruh perhatian pada masalah-masalah sosial secara sistematis dan dalam jalan pikiran yang berangkat dari prinsip keadilan universal. Dalam RENUM NOVARUM hak-hak buruh dibahas dan dibela. Pokok-pokok pemikiran RENUM  NOVARUM menampilkan tanggapan Gereja atas isu-isu keadilan dan pembelaan atas martabat manusia (kaum buruh). Bersama dengan karya Leo lainnya dan masa kepemimpinannya sebagai Paus yang panjang (1878–1903), salah satu akibatnya yang mendalam adalah mendorong Gereja Katolik dan hierarkhinya ke dalma dunia modern. Pada saat itu dukungannya kepada serikat buruh dan upah yang layak dipandang sebagai pandangan kiri yang radikal.Namun pernyataan-pernyataan yang lain tampaknya juga menentang kapitalisme. Banyak dari posisi dalam Rerum Novarum didukung oleh ensiklik-ensiklik lainnya, khususnya Quadragesimo Anno (1931) dari Paus Pius XI, Mater et Magistra (1961) dari Paus Yohanes XXIII dan Centesimus Annus (1991) dari Paus Yohanes Paulus II. Uskup Agung Westminster, Kardinal Henry Edward Manning memainkan peranan yang paling berpengaruh dalam penyusunan ensiklik ini. Sebelumnya ia adalah seorang pendeta Anglikan yang mempunyai kecenderungan evangelikal. Ia membawa pengaruh yang berasal dari karya John Wesley ke dalam Gereja Katolik modern.
            Rerum Novarum menelisik masalah-masalah kerja dengan menggunakan sebuah metodologi yang kemudian menjadi “suatu paradigma yang berkanjang” bagi perkembangan-perkembangan selanjutnya dalam ajaransosial Gereja. Prinsip-prinsip yang ditegaskan Paus Leo XIII kelak diangkat kembali dan dipelajari secara lebih mendalam dalam ensiklik-ensiklik sosial selanjutnya. Keseluruhan ajaran sosial Gereja dapat dilihat sebagai sebuah pemutakhiran, sebuah analisis yang lebih mendalam serta sebuah perluasan terhadap intipati asali dari prinsip-prinsip yang Rerum Novarum. Bersama teks yang berani lagi berwawasan jauh ke depan ini, Paus Leo XIII “memberi Gereja semacam ‘status kewarganegaraan’ di tengah realitas-realitas kehidupan publik yang sedang berubah”dan membuat sebuah “pernyataan yang sangat tegas” yang kemudian menjadi “unsur permanen ajaran sosial Gereja”. Beliau mengakui bahwa masalah-masalah sosial yang berat “hanya akan dapat dipecahkan bila semua tenaga dan sumber daya dikerahkan secara terpadu”dan menambahkan bahwa “menyangkut Gereja, kerja sama dari pihaknyatidak akan pernah pudar”.

Tema-Tema Pokok Ensiklik Rerum Novarum

Promosi martabat manusia lewat keadilan upah pekerja; hak-hak buruh; hak milik pribadi (melawan gagasan Marxis-komunis); konsep keadilan dalam konteks pengertian hukum kodrat; persaudaraan antara yang kaya dan miskin untuk melawan kemiskinan (melawan gagasan dialektis Marxis); kesejahteraan umum; hak-hak negara untuk campur tangan (melawan gagasan komunisme); soal pemogokan; hak membentuk serikat kerja; dan tugas Gereja dalam membangun keadilan sosial
Ensiklik Rerum Novarum merupakan ensiklik yang menanggapi masalah sosial akhir abad XIX yaitu masalah kaum buruh. Masalah yang dibicarakan adalah semacam tanggapan terhadap pandangan dan gerakan sosialis-marxisme dari satu pihak dan lain pihak pandangan liberalisme yang menguasai dunia ekonomi. Ensiklik ini tidak langsung dialamatkan kepada kaum buruh, tetapi menguraikan masalah-masalah kaum buruh kepada para pemimpin Gereja dan masyarakat. Kaum buruh dan para pengusaha yang dimaksudkan ensiklik ini pada prinsipnya adalah orang-orang Katolik, oleh karena itu masalah sosial menjadi masalah Gereja juga. Ensiklik Rerum Novarum ini dibagi menjadi tiga tema pokok. Pertama; situasi rakyat miskin dan kaum buruh, kedua; penolakan atas pemecahan sosialis terhadap kemiskinan, ketiga; usulan Sri Paus untuk memecahkan permasalahan terhadap kemiskinan.


Situasi Rakyat Miskin dan Kaum Buruh

Kemerosotan moralitas umum selama revolusi Industri membuka jalan bagi pemerasan para buruh yang tidak dilindungi oleh undang-undang dan terisolasi. Ketamakan orang-orang kaya dalam proses produksi melahirkan suatu situasi di mana orang kaya memperbudak masa pekerja yang tidak memiliki modal dan sarana produksi. disebutkan bahwa harta kekayaan tertimbun dalam tangan segelintir orang, sedangkan masyarakat luas meringkuk dalam kemelaratan, dan kemalangan yang celaka;
“Kaum pekerja yang berdiri sendiri, tanpa perlindungan apaun, lama kelamaan menjadi mangsa majikan-majikan yang tak berperi kemanusiaan dan bernafsu kelobaan persaingan bebas”
Masih dikatakan bahwa masalah kaum buruh bukanlah masalah harta dan pembagian kekayaan; tetapi masalah kebebasan kaum buruh dan penghargaan terhadap pribadi manusia. Menanggapi masalah itu memang sangat sulit, sebab sukarlah untuk; “menetapkan dengan seksama dan tepat, hak dan kewajiban majikan dan buruh, yakni mereka yang memberi modal dan mereka yang menyumbangkan pekerjaan”

#    Penolakan Pemecahan Sosialis terhadap Kemiskinan

Kaum sosialis menangani permasalahan kemiskinan dengan cara pengahapusan hak milik pribadi dari tiap orang yang kemudian dijadikan milik bersama dan dikelola oleh negara .Ensiklik Rerum Novarum mengecam keras hal ini. Sebab dalam pandangan Paus, masalah hak milik pribadi merupakan inti dalam seluruh pandangan ajaran sosial dari marxisme dan sosialisme, maka hak milik pribadi menjadi titik perhatian pembelaan Paus. Untuk selanjutnya Bapa Suci menguraikan secara panjang lebar tentang hak milik pribadi. Pada pokok pembicaraannya ditekankan bahwa para buruh berhak untuk mempunyai milik pribadi melalui usaha kerja keras mereka. Ini adalah hak kodrati manusia. Meniadakan hak milik pribadi berarti memperkosa hak-hak para pemilik yang sah. Bahkan negarapun tidak berhak untuk mengambil alih hak milik pribadi itu .Karena pembelaanya pada hak milik oleh para sosialis ensiklik ini dituduh memihak kaum kapitalis. Padahal sebenarnya Paus memihak kaum buruh;“mesti dirubah situasi kaum buruh yang tidak pantas, yang disebabkan oleh keserakahan dan kekerasan hati majikan-majikan, yang menghisap kaum buruh tanpa batas dan memperlakukan mereka bukan sebagi manusia melainkan sebagi barang”
Dari pernyataan ini menjadi jelaslah bahwa Paus sama sekali tidak bermaksud membela para majikan, melainkan memperjuangkan nasib para kaum buruh. Selanjutnya dikatakan bahwa kaum buruh diharapkan untuk berusaha menabung hasil upahnya, sehingga mereka dapat menjadi mandiri baik dari majikan-majikan maupun dari kelompok-kelompok buruh dan partai politik yang berusaha menarik keuntungan dari kondisi kemelaratan kaum buruh .

#    Usulan Pemecahan Permasalahan Kemiskinan

Paus Pius XIII mengusulkan agar permasalahan kemiskinan dipecahkan dengan melibatkan peranan dari Gereja, buruh dan majikan, serta negara.
Peranan Gereja. Gereja berhak berbicara mengenai masalah-masalah sosial, sebab persoalan sosial mempengaruhi agama dan moralitas. Untuk itu dengan menggunakan prinsip-prinsip Injil Gereja dapat membantu memperdamaikan dan mempersatukan kelas-kelas sosial. Tidaklah benar menerima dengan gampang bahwa suatu kelas masyarakat yang tak terdamaikan, dan perpecahan antara kaya dan miskin bukanlah kodrat Dengan demikian Gereja dapat mengusakan pendidikan untuk bertindak adil Rerum Novarum juga diajarkan bahwa para buruh tidak boleh diperlakukan sebagai budak; keadilan menuntut penghormatan akan martabat manusia.
Peranan buruh dan majikan. Peranan buruh dan orang miskin adalah bekerja dengan baik dan tidak merusak milik majikan, serta menghinadri kekerasan ketika berniat hendak melindungi kepentingan mereka. Sedangkan para majikan dan orang kaya haruslah tidak memperlakukan buruh sebagai budak. Harkat dan martabat kaum buruh harus dihormati, dan diberi kesempatan untuk menjalankan kewajiban agamanya serta kewajiban terhadap keluarganya. Para majikan hendaknya memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kekuatan, jenis kelamin, serta usia si buruh. Buruh juga harus diberi keleluasaan untuk dapat menabung. Orang kaya berkewajiban memenuhi kebutuhan orang miskin. Di balik itu semua, kewajiban pokok majikan dan orang kaya adalah memberikan upah yang adil kepada buruh, serta tidak pernah dibenarkan melakukan penindasan terhadap orang miskin .Karena sebenarnya antara majikan dan buruh saling membutuhkan satu sama lain . Bapa Suci menyadari bahwa buruhpun sebagai mahkluk sosial dan untuk melindungi kepentingan dan hak-haknya dibutuhkan serikat-serikat pekerja .Untuk itu ditekankan dengan adanya serikat kerja ini kesejahteraan, baik jiwa maupun jasmani, dapat dinikmati para buruh .
Peranan negara. Dengan undang-undang yang melayani kesejahteraan umum, negara harus mencurahkan perhatiannya untuk melindungi kesejahteraan dan hak-hak buruh yang tidak memiliki sarana produksi, serta melindungi semua kelas warga negara, mencegah perubahan prinsip keadilan distributif Negara juga harus memajukan dan mengusahakan hak-hak keluarga Maka bila perlu, negara harus campur tangan untuk melindungi keselamatan individu-individu atau kesejahteraan umum. Dengan tidak membahayakan kepentingan umum, individu-individu dan keluarga haruslah diperbolehkan menikmati kebebasannya dalam bertindak .Dalam usahanya untuk melindungi hak-hak pribadi, perhatian utamnya ditujukan kepada mereka yang lemah dan miskin karena mereka tidak memiliki sarana perlindungan diri. Untuk itu negara harus mendukung hak miliki pribadi dan memampukan untuk memiliki milik pribadi Peranan negara lebih lanjut adalah menjunjung tinggi hak-hak rakyat untuk berserikat dan beragama

Konteks Zaman

Revolusi industri;
Kemiskinan yang hebat pada kaum pekerja/buruh; tiadanya perlindungan pekerja oleh otoritas publik dan pemilik modal; jurang kaya miskin yang luar biasa.




2.         QUADRAGESIMO ANNO (SESUDAH 40 THN)
            Paus Pius XI, 15 Mei 1931

Ensiklik Paus Pius XI
QA (Quadragesimo Anno) memiliki judul maksud “Rekonstruksi Tatanan Sosial.” Nama Ensiklik ini (40 tahun) dimaksudkan untuk memperingati Ensiklik Rerum Novarum. Tetapi pada zaman ini memang ada kebutuhan sangat hebat untuk menata kehidupan sosial bangsa manusia. Diperkenalkan dan ditekankan terminologi yang sangat penting dalam Ajaran Sosial Gereja, yaitu “subsidiaritas” (maksudnya, apa yang bisa dikerjakan oleh tingkat bawah, otoritas di atasnya tidak perlu ikut campur). Dalam banyak hal Quadragesimo Anno masih melanjutkan RERUM NOVARUM mengenai soal-soal “dialog”-nya dengan perkembangan masyarakat. Menolak solusi komunisme yang menghilangkan hak-hak pribadi. Tetapi juga sekaligus mengkritik persaingan kapitalisme sebagai yang akan menghancurkan dirinya sendiri. Fungsi dari penguasa Negara adalah untuk mengawasi masyarakat dan bagian-bagiannya, tetapi dalam melindungi individu-individu pribadi di hak-hak mereka, pertimbangan utama harus diberikan kepada yang lemah dan miskin.
            Pada permulaan tahun 1930-an, menyusul krisis ekonomi dahsyattahun 1929, Paus Pius XI menerbitkan Ensiklik Quadragesimo Anno, yangmemperingati ulang tahun ke-40 Rerum Novarum. Sri paus membaca ulang masa lampau dalam terang situasi ekonomi dan sosial di mana ekspansi pengaruh kelompok-kelompok keuangan, baik secara nasional maupun internasional, ditambahkan pada dampak-dampak industrialisasi. Itu adalah kurun waktu pasca perang di mana rezim-rezim totaliter tengah merangsek di Eropa malah ketika perjuangan kelas kian menjadi sengit.Ensiklik ini memperingatkan tentang kegagalan untuk menghormati kemerdekaan membentuk perserikatan dan menekankan prinsip-prinsip solidaritas dan kerja sama dalam rangka mengatasi berbagai kontradiksi sosial. Relasi antara modal dan kerja harus diwarnai oleh semangat kerjasama.Quadragesimo Anno menegaskan prinsip bahwa upah harus seimbang tidak saja dengan kebutuhan-kebutuhan pekerja tetapi juga dengan kebutuhan keluarganya. Negara, dalam relasinya dengan sektor swasta, hendaknya menerapkan prinsip subsidiaritas, sebuah prinsip yang akan menjadi sebuah unsur tetap dari ajaran sosial Gereja. Ensiklik ini menolak liberalisme, yang dipahami sebagai persaingan yang tidak terbatas antara kekuatan-kekuatan ekonomi, serta menegaskan kembalinilai harta milik pribadi, seraya mengingatkan fungsi sosialnya. Dalamsebuah masyarakat yang mesti dibangun kembali dari pijakan-pijakanekonominya, sebuah masyarakat di mana ia sendiri seluruhnya menjadi “permasalahan” yang mesti ditangani, “Pius XI merasakan tugas dan tanggung jawab untuk menggalakkan suatu kesadaran yang lebih besar, sebuah penafsiran yang lebih persisi serta sebuah penerapan yang mendesak atas hukum moral yang mengatur relasi-relasi insani ...dengan sasaran mengatasi pertikaian di antara kelas-kelas dan sampai pada sebuah tatanan sosial baru yang dilandaskan pada keadilan dancinta kasih.Sebagai salah satu yang rusak pada saat, atau datang dekat, apa yang dikenal sebagai "individualisme" dengan menyangkal atau meminimalkan karakter sosial dan publik hak properti, sehingga dengan menolak atau meminimalkan karakter pribadi dan individu ini hak yang sama, satu pasti berlari ke "kolektivisme."
Sama seperti yang serius salah untuk mengambil dari individu apa yang dapat mereka capai dengan inisiatif sendiri dan industri dan memberikannya kepada masyarakat, demikian juga itu adalah ketidakadilan dan pada saat yang sama kejahatan serius dan gangguan urutan yang benar untuk menetapkan ke lebih besar dan lebih tinggi asosiasi apa organisasi yang lebih kecil dan bawahan bisa melakukannya. Untuk setiap kegiatan sosial harus sifatnya demikian untuk memberikan bantuan kepada para anggota badan sosial, dan tidak pernah menghancurkan dan menyerap mereka.

Tema-Tema Pokok Quadragesimo Anno

Quadragesimo Anno bermaksud menggugat kebijakan-kebijakan ekonomi zaman itu; membeberkan akar-akar kekacau-annya sekaligus menawarkan solusi pembenahan tata sosial hidup bersama, sambil mengenang Ensklik RERUM NOVARUM; soal hak-hak pribadi dan kepemilikan bersama; soal modal dan kerja; prinsip-prinsip bagi hasil yang adil; upah adil; prinsip-prinsip pemulihan ekonomi dan tatanan sosial; pembahasan sosialisme dan tentu saja kapitalisme; langkah-langkah Gereja dalam mengatasi kemiskinan struktural.

Konteks Zaman

Depresi ekonomi sangat hebat terjadi tahun 1929 menggoyang dunia. Di Eropa bermunculan diktator, kebalikannya demokrasi merosot di mana-mana.




3.         MATER ET MAGISTRA (KRISTIANITAS DAN KEMAJUAN SOSIAL)   Paus Yohanes XXIII, 15 Mei 1961

Ensiklik Yohanes XXIII

Masalah-masalah sosial yang diprihatinkan oleh Ensiklik ini khas pada zaman ini. Soal jurang kaya miskin tidak hanya disimak dari sekedar urusan pengusaha dan pekerja, atau pemilik modal dan kaum buruh, melainkan sudah menyentuh masalah internasional. Untuk pertama kalinya isu “internasional” dalam hal keadilan menjadi tema ajaran sosial Gereja. Ada jurang sangat hebat antara negara-negara kaya dan negara-negara miskin. Kemiskinan di Asia, Afrika, dan Latin Amerika adalah produk dari sistem tata dunia yang tidak adil. Di lain pihak, persoalan menjadi makin rumit menyusul perlombaan senjata nuklir, persaingan eksplorasi ruang angkasa, bangkitnya ideologi-ideologi. Dalam Ensiklik ini diajukan pula “jalan pikiran” Ajaran Sosial Gereja: see, judge, and act. Gereja Katolik didesak untuk berpartisipasi secara aktif dalam memajukan tata dunia yang adil.
Untuk melaksanakan misi Kristus dalam transformasi lingkungan sosial, Yohanes XXIII menafsirkan tanda-tanda zaman dari perspektif Injil.
 Pertama, Gereja menjadi seorang ibu dan seorang guru, Yohanes XXIII [pada tahun 1960 ensiklik "Mater et Magistra"] transpiring menyebutkan perubahan di masyarakat. Pada tingkat teknologi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang optimis, penemuan energi atom adalah sebuah kemajuan, modernisasi pertanian merupakan tanda perlindungan dan promosi sektor pertanian, dan sarana komunikasi dan transportasi telah menyatakan yang keterkaitan masyarakat di seluruh dunia.
            Pada tingkat sosial, pekerja menjadi sadar akan hak mereka untuk asuransi, pendidikan, kesadaran sebagai anggota serikat pekerja, dan keinginan untuk hidup nyaman. Di bidang kehidupan politik, Gereja telah menyadari penurunan kolonialisme memungkinkan munculnya negara-bangsa. Situasi pascaperang telah menyediakan langkah besar menuju menegaskan keunikan budaya dan bangsa. Masyarakat sekarang mengatur diri mereka sendiri dan mendirikan hukum-hukum mereka sendiri dan institusi. Kemerdekaan bangsa dan budaya telah ditegaskan oleh Gereja untuk mengejar tugasnya inkulturasi, dialog, dan bentuk-bentuk penginjilan.


Kedua, Yohanes XIII telah mengembangkan prinsip subsidiaritas saling ketergantungan masyarakat dan bangsa. Umur ekonomi dan teknologi yang berkembang telah mengubah dunia menjadi sebuah desa global melalui alat komunikasi dan transportasi. Meningkatnya kompleksitas dari kehidupan sosial ekonomi telah membuat keinginan orang untuk saling ketergantungan melalui asosiasi, sehingga "yang saling ketergantungan yang lebih kompleks harian warga negara, memperkenalkan ke dalam kehidupan mereka dan banyak kegiatan dan bentuk bervariasi berserikat"
Ketiga, Yohanes XXIII menggunakan pribadi manusia sebagai kriteria untuk mengevaluasi situasi sosial-ekonomi. Martabat pribadi manusia tetap penting bagi kemajuan politik, ekonomi dan sosial. Ini menyoroti bahwa, "konsekuensinya, jika organisasi dan struktur kehidupan ekonomi sedemikian rupa sehingga martabat manusia pekerja dikompromikan, atau rasa tanggung jawab mereka dilemahkan, atau kebebasan mereka tindakan akan dihapus, kemudian kita menilai seperti tatanan ekonomi untuk tidak adil, meskipun menghasilkan sejumlah besar barang, distribusi yang sesuai dengan norma-norma keadilan dan kesetaraan "
            Yohanes XXIII membuat titik bahwa ekonomi saja tidak hanya berarti kelimpahan dan distribusi dari produksi barang dan jasa. Hal ini juga meliputi proses individu sebagai pribadi manusia yang merupakan subjek dan objek dari barang-barang dan jasa.
 Keempat, itu adalah panggilan negara untuk mengejar dan mempromosikan kebaikan bersama. "Mater et Magistra" dikejar dialog antara Gereja dan komunitas internasional berkaitan dengan hak asasi manusia. Ini adalah panggilan Gereja untuk melindungi dan membela dengan kejelasan penuh. promosi hak asasi manusia adalah misi yang sangat diperlukan Gereja. Yohanes XXIII menggunakan ekspresi dari pendahulunya Pius XII "tanda-tanda zaman" sebagai peluang positif bagi Gereja untuk mewartakan dan menanggapi kebutuhan kali dalam terang Injil. 
Kelima, itu adalah panggilan Gereja dan orang Kristen individu untuk mengatasi ketidaksetaraan yang berlebihan di antara berbagai sektor masyarakat. Yohanes XXIII mengatakan bahwa pribadi manusia bertanggung jawab atas tindakan dan memiliki kapasitas untuk penguasaan diri . Pemesanan material dan dunia sosial adalah menghormati martabat manusia.

Pribadi manusia diciptakan dalam gambar Allah dan berakar dalam alam yang fisik dan rohani melaksanakan karunia kebebasan. Ini adalah keprihatinan Gereja untuk martabat manusia yang membuatnya berusaha untuk menolak perubahan ekonomi dan politik yang akan kompromi martabat manusia dan kebebasan.

Tema – Tema Pokok Ensiklik Mater et Magistra

Ensiklik ini masih berkaitan dengan peringatan RN, maka pada bagian awal Mater et Magistra diingat sekali lagi semangat RN dan QA. Disadari isu-isu baru dalam perkembangan terakhir di bidang sosial, politik dan ekonomi; peranan negara dalam kemajuan ekonomi; partisipasi kaum buruh; soal kaum petani; bagaimana ekonomi ditata seimbang; kerjasama antarnegara; bantuan internasional; soal pertambahan penduduk; kerjasama internasional; ajaran sosial Gereja dan kepentingannya

Konteks Zaman
Kemiskinan luar biasa di negara-negara selatan; maraknya problem sosial dalam skala luas dunia.




4.         PACEM IN TERRIS (DAMAI DI BUMI)
Paus Yohanes XXIII, 11 April 1963

Ensiklik Paus Yohanes XIII

Pacem in Terris menggagas perdamaian, yang menjadi isu sentral pada dekade enam puluhan. Bilamana terjadi perdamaian? Bila ada rincian tatanan yang adil dengan mengedepankan hak-hak manusiawi dan keluhuran martabatnya. Yang dimaksudkan dengan tatanan hidup ialah tatanan relasi (1) antarmasyarakat, (2) antara masyarakat dan negara, (3) antarnegara, (4) antara masyarakat dan negara-negara dalam level komunitas dunia. Ensiklik menyerukan dihentikannya perang dan perlombaan senjata serta pentingnya memperkokoh hubungan internasional lewat lembaga yang sudah dibentuk: PBB. Ensiklik ini memiliki muatan ajaran yang ditujukan tidak hanya bagi kalangan Gereja Katolik tetapi seluruh bangsa manusia pada umumnya. Tentang Menegakkan Perdamaian yang Universal berdasarkan Kebenaran, Keadilan, Kemurahan, dan Kebebasan adalah sebuah ensiklik kepausan yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes XXIII pada 11 April 1963. Ensiklik ini hingga kini tetap merupakan ensiklik yang paling terkenal dari abad ke-20 dan menetapkan prinsip-prinsip yang kelak muncul dalam sejumlah dokumen dari Konsili Vatikan II dan paus-paus yang kemudian. Ini adalah ensiklik terakhir yang dirancang oleh Yohanes XXIII.
Kalimat pembukaan "Pacem in Terris" (Damai di Bumi) menegaskan pemahaman Gereja Katolik tentang bagaimana perdamaian dapat tercipta di dunia:
"PACEM IN TERRIS, quam homines universi cupidissime quovis tempore appetiverunt, condi confirmarique non posse constat, nisi ordine, quem Deus constituit, sancte servato."
"Damai di bumi, yang paling dirindukan oleh semua orang dari segala zaman, dapat ditegakkan dengan kuat, hanya apabila perintah yang ditetapkan oleh Allah dapat ditaati dengan setia."
Ketika merancangnya, Paus Yohanes XXIII sedang menderita kanker. Ia wafat dua bulan kemudian sesudah ensiklik ini selesai.



Tema – Tema Pokok Ensiklik Pacem In Terris

Tata dunia, tata negara, relasi antarwarga masyarakat dan negara, struktur negara (bagaimana diatur), hak-hak warganegara; hubungan internasional antarbangsa; seruan agar dihentikannya perlombaan senjata; soal “Cold War” (perang dingin) oleh produksi senjata nuklir; komitmen Gereja terhadap perdamaian dunia. Penekanan pondasi uraian pada gagasan hukum kodrat.

Konteks Zaman

Perang dingin antara Barat dan Blok Timur, pendirian Tembok Berlin yang memisahkan antara Jerman Barat dan Timur simbol pemisahan bangsa manusia (Agustus 1961), soal krisis Misile Cuba (1962).




5.         GAUDIUM ET SPES (GEREJA DI DUNIA MODERN)
Konsili Vatikan II, 7 Desember 1965

Dokumen Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II

Konsili Vatikan II merupakan tonggak pembaharuan hidup Gereja Katolik secara menyeluruh. GS (Gaudium et Spes) menaruh keprihatinan secara luas pada tema hubungan Gereja dan Dunia modern. Ada kesadaran kokoh dalam Gereja untuk berubah seiring dengan perubahan kehidupan manusia modern. Soal-soal yang disentuh oleh GS dengan demikian berkisar tentang kemajuan manusia di dunia modern. Di lain pihak tetap diangkat ke permukaan soal jurang yang tetap lebar antara si kaya dan si miskin. Relasi antara Gereja dan sejarah perkembangan manusia di dunia modern dibahas dalam suatu cara yang lebih gamblang, menyentuh nilai perkawinan, keluarga, dan tata hidup masyarakat pada umumnya. Judul dokumen ini mengatakan suatu “perubahan eksternal” dari kebijakan hidup Gereja: Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan manusia-manusia zaman ini, terutama kaum miskin dan yang menderita, adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga. Kardinal Joseph Suenens (dari Belgia) berkata bahwa pembaharuan Konsili Vatikan II tidak hanya mencakup bidang liturgis saja, melainkan juga hidup Gereja di dunia modern secara kurang lebih menyeluruh. GS membuka cakrawala baru dengan mengajukan perlunya “membaca tanda-tanda zaman” (signs of the times). Kegembiraan dan harapan, dengan kesedihan dan kegelisahan laki-laki usia ini, terutama mereka yang miskin atau dengan cara apapun menderita, ini adalah kegembiraan dan harapan, dengan kesedihan dan kecemasan para pengikut Kristus. Memang, tidak ada yang benar-benar manusia gagal untuk meningkatkan gema di dalam hati mereka. Untuk mereka adalah sebuah komunitas terdiri dari laki-laki. Bersatu dalam Kristus, mereka dipimpin oleh Roh Kudus dalam perjalanan mereka menuju Kerajaan Bapa mereka dan mereka menyambut kabar keselamatan yang dimaksudkan untuk setiap orang. Itulah sebabnya mengapa komunitas ini menyadari bahwa itu benar-benar dikaitkan dengan umat manusia dan sejarahnya oleh terdalam obligasi.

            Oleh karena itu Konsili Vatikan II ini, setelah diperiksa lebih mendalam ke dalam misteri Gereja, sekarang alamat itu sendiri tanpa ragu-ragu, tidak hanya untuk anak-anak Gereja dan kepada semua orang yang memanggil nama Kristus, tetapi untuk seluruh umat manusia. Untuk dewan merindukan untuk menjelaskan kepada semua orang bagaimana conceives dari kehadiran dan aktivitas Gereja dalam dunia saat ini.
Oleh karena itu, dewan memfokuskan perhatiannya pada dunia manusia, seluruh keluarga manusia seiring dengan jumlah dari realitas di tengah-tengah dari yang hidup, bahwa dunia yang merupakan teater sejarah manusia, dan ahli waris energinya, nya tragedi dan kemenangan-Nya, bahwa dunia yang Kristen melihat sebagai diciptakan dan didukung oleh Maker cinta nya, jatuh memang ke dalam perbudakan dosa, namun emansipasi sekarang oleh Kristus, yang disalibkan dan bangkit kembali untuk mematahkan terus mencekik kejahatan dipersonifikasikan, sehingga bahwa dunia mungkin gaya baru sesuai dengan desain Tuhan dan mencapai pemenuhannya.
            Meskipun umat manusia terserang heran pada penemuan sendiri dan kekuatannya, sering menimbulkan pertanyaan cemas tentang tren dunia saat ini, tentang tempat dan peran manusia dalam alam semesta, tentang makna perjuangan yang individual dan kolektif, dan tentang nasib akhir dari realitas dan kemanusiaan. Oleh karena itu, memberikan kesaksian dan suara kepada iman dari seluruh rakyat Allah berkumpul bersama-sama dengan Kristus, dewan ini tidak dapat memberikan bukti lebih fasih solidaritas dengan, serta hormat dan cinta bagi seluruh umat manusia dengan yang terikat Facebook, selain dengan terlibat dengan itu dalam percakapan tentang berbagai masalah. Dewan ini membawa kepada cahaya manusia dinyalakan dari Injil, dan menempatkan di pembuangan sumber daya tabungan mereka yang Gereja sendiri, di bawah bimbingan Roh Kudus, menerima darinya Pendiri. Untuk pribadi manusia pantas dipertahankan; masyarakat manusia layak untuk diperbaharui. Maka titik fokus dari presentasi total akan manusia itu sendiri, utuh dan seluruh, tubuh dan jiwa, jantung dan hati nurani, pikiran dan kehendak.
            Oleh karena itu, Konsili suci, mulia memproklamirkan nasib manusia dan membela dewa benih yang telah ditaburkan dalam dirinya, menawarkan kepada umat manusia jujur bantuan Gereja dalam mendorong bahwa persaudaraan dari semua orang yang sesuai dengan ini takdir mereka. Terinspirasi oleh tidak ada ambisi duniawi, Gereja berusaha tetapi tujuan tunggal: untuk meneruskan karya Kristus berada di bawah pimpinan Roh berteman. Dan Kristus memasuki dunia ini untuk memberi kesaksian tentang kebenaran, untuk penyelamatan dan tidak untuk duduk dalam penilaian, untuk melayani dan bukan untuk dilayani.

Tema – Tema Pokok Ensiklik Gaudium Et Spes

Penjelasan tentang perubahan- perubahan dalam tata hidup masyarakat zaman ini; martabat pribadi manusia; ateisme sistematis dan ateisme praktis; aktivitas hidup manusia; hubungan timbal balik antara Gereja dan dunia; beberapa masalah mendesak, seperti perkawinan, keluarga; cinta kasih suami isteri; kesuburan perkawinan; kebudayaan dan iman; pendidikan kristiani; kehidupan sosial ekonomi dan perkembangan terakhirnya; harta benda diperuntukkan bagi semua orang; perdamaian dan persekutuan bangsa-bangsa; pencegahan perang; kerjasama internasional.

Konteks Zaman

Perang dingin masih tetap berlangsung. Di lain pihak, negara-negara baru “bermunculan” (beroleh kemerdekaan)




6.         POPULORUM PROGRESSIO (KEMAJUAN BANGSA-BANGSA)
Paus Yohanes Paulus VI, 26 Maret 1967

Ensiklik Paus Paulus VI

Populorum progressio adalah sebuah ensiklik yang ditulis oleh Paus Paulus VI tentang "perkembangan orang-orang" dan bahawa ekonomi dunia seharusnya melayani semua uamt manusia dan tidak hanya sebagian kecil saja. Ensiklik ini dikeluarkan pada tanggal 26 Maret 1967. Dokumen ini menyinggung berbagai prinsip "Ajaran Sosial Katolik": hak akan upah yang adil; hak akan keamanan pekerjaan; hak akan kondisi kerja yang cukup baik dan wajar; hak akan bergabung dengan serikat pekerja dan melakukan unjuk rasa sebagai jalan terakhir; dan tujuan universal dari kekayaan dan harta benda.
Perkembangan bangsa-bangsa merupakan tema pokok perhatian dari Ensiklik Ajaran Sosial. Gereja memandang bahwa kemajuan bangsa manusia tidak hanya dalam kaitannya dengan perkara-perkara ekonomi atau teknologi, tetapi juga budaya (kultur). Kemajuan bangsa manusia masih tetap dan bahkan memiliki imbas pemiskinan pada sebagian besar bangsa-bangsa. Isu marginalisasi kaum miskin mendapat tekanan dalam dokumen ini. Revolusi di berbagai tempat di belahan dunia kerap kali tidak membawa bangsa manusia kepada kondisi yang lebih baik, malah kebalikannya, kepada situasi yang sangat runyam. Kekayaan dari sebagian negara-negara maju harus dibagi untuk memajukan negara-negara yang miskin. Soal-soal yang berkaitan dengan perdagangan (pasar) yang adil juga mendapat sorotan yang tajam. Ensiklik ini menaruh perhatian secara khusus pada perkembangan masyarakat dunia, teristimewa negara-negara yang sedang berkembang. Diajukan pula refleksi teologis perkembangan / kemajuan yang membebaskan dari ketidakadilan dan pemiskinan. Peningkatan kepemilikan bukanlah tujuan utama dari negara atau individu. pertumbuhan Semua ambivalen. Hal ini penting jika manusia adalah untuk mengembangkan sebagai manusia, tapi dalam cara memenjarakan manusia jika ia menganggap itu yang baik tertinggi, dan itu membatasi visinya. Kemudian kita lihat mengeraskan hati dan menutup pikiran, dan laki-laki tidak lagi berkumpul bersama dalam persahabatan, tetapi keluar dari self-bunga, yang segera mengarah pada pertentangan dan perpecahan. Pengejaran eksklusif harta sehingga menjadi hambatan untuk pemenuhan individu dan keagungan yang sejati manusia. Baik untuk bangsa dan untuk orang-orang individu, ketamakan adalah bentuk paling nyata dari keterbelakangan moral.
            Jika pengembangan lebih lanjut panggilan untuk pekerjaan teknisi semakin banyak, bahkan lebih penting adalah pemikiran yang mendalam dan refleksi dari orang bijak untuk mencari sebuah humanisme baru yang akan memungkinkan manusia modern untuk menemukan dirinya kembali oleh merangkul nilai-nilai yang lebih tinggi dari cinta dan persahabatan, doa dan kontemplasi. Ini adalah apa yang akan mengizinkan kepenuhan pembangunan otentik, suatu perkembangan yang untuk setiap dan semua transisi dari kondisi manusia kurang bagi mereka yang lebih manusiawi.
            Dikurangi kondisi manusia: kurangnya kebutuhan bahan untuk mereka yang tanpa minimum penting bagi kehidupan, kekurangan moral orang-orang yang dimutilasi oleh keegoisan. Dikurangi manusia kondisi: struktur sosial yang menindas, apakah karena penyalahgunaan kepemilikan atau penyalahgunaan kekuasaan, dengan eksploitasi pekerja atau untuk transaksi yang tidak adil. Kondisi yang lebih manusia: bagian dari kesengsaraan terhadap kepemilikan kebutuhan, kemenangan atas menyesah sosial, perkembangan ilmu pengetahuan, akuisisi budaya. kondisi tambahan yang lebih manusiawi: harga meningkat untuk martabat orang lain, yang berpaling ke arah semangat kemiskinan, kerjasama untuk akan, baik umum dan keinginan untuk perdamaian. Kondisi yang masih lebih manusiawi: pengakuan oleh manusia nilai tertinggi, dan Allah sumber dan finalitas mereka. Kondisi itu, akhirnya dan di atas semua, lebih manusia: iman, karunia Allah yang diterima oleh kehendak baik manusia, dan kesatuan dalam kasih Kristus, yang memanggil kita semua untuk berbagi sebagai anak-anak dalam kehidupan Allah yang hidup, Bapa dari semua orang.
            "Isi bumi dan menaklukkan itu": Alkitab, dari halaman pertama, mengajarkan kita bahwa seluruh ciptaan adalah untuk manusia, bahwa itu adalah tanggung jawabnya untuk mengembangkannya dengan usaha cerdas dan dengan cara kerja untuk sempurna itu, sehingga untuk berbicara, untuk penggunaan nya. Jika dunia ini dibuat untuk memberikan setiap individu dengan sarana penghidupan dan instrumen untuk pertumbuhan dan kemajuan, sehingga setiap orang memiliki hak untuk menemukan di dunia apa yang diperlukan untuk dirinya sendiri. Dewan baru-baru ini mengingatkan kita tentang hal ini: "Allah yang dimaksudkan bumi dan semua yang mengandung untuk penggunaan setiap manusia dan orang-orang demikian, karena semua orang mengikuti keadilan dan bersatu dalam amal, barang yang dibuat harus berlimpah bagi mereka secara wajar. "Semua hak-hak lainnya apapun, termasuk properti dan perdagangan bebas, harus tunduk kepada prinsip ini. Mereka seharusnya tidak menghalangi tetapi pada sebaliknya mendukung penerapannya. Ini adalah tugas berat dan mendesak sosial untuk mengarahkan mereka untuk finalitas utama mereka.

Tema – Tema Pokok Ensiklik Populorum Proggresio

Perkembangan bangsa manusia zaman ini; kesulitan-kesulitan yang dihadapi; kerjasama antarbangsa-bangsa; dukungan organisasi internasional, seperti badan-badan dunia yang mengurus bantuan keuangan dan pangan; kemajuan diperlukan bagi perdamaian.

Konteks Zaman

Tahun enampuluhan memang tahun perkembangan bangsa-bangsa; banyak negara baru bermunculan di Afrika; tetapi juga sekaligus perang ideologis dan antarkepentingan kelompok manusia luar biasa ramainya; pada saat yang sama terjadi ancaman proses marginalisasi (pemiskinan); terjadi perang di Vietnam yang sangat brutal; di Indonesia sendiri terjadi perang ideologis (Marxis-komunis dan militer).





7.         OCTOGESIMA ADVENIENS (PANGGILAN UNTUK BERTINDAK)
Paus Pius XI, 15 Mei 1971

Surat Apostolik Paus Paulus VI

Octogesima adveniens adalah incipit dari 14 Mei 1971 Surat Apostolik ditangani oleh Paus Paulus VI untuk Kardinal Maurice Roy , Presiden Dewan Kepausan untuk Awam dan dari Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian , pada kesempatan ulang tahun kedelapan puluh dari Paus Leo XIII 's ensiklik Rerum Rerum .
Ini membahas tema-tema seperti mengamankan yayasan demokratis dalam masyarakat.
Surat tersebut adalah salah satu dokumen magisterial pertama yang menyebutkan topik pelestarian lingkungan , sebuah isu yang cukup baru dalam bidang politik pada saat teks's publikasi.
Arti “Octogesima” adalah yang ke-80; maksudnya: surat apostolik ini dimaksudkan untuk manandai usia Rerum Novarum yang ke-80 tahun. Paulus VI menyerukan kepada segenap anggota Gereja dan bangsa manusia untuk bertindak memerangi kemiskinan. Soal-soal yang berkaitan dengan urbanisasi dipandang menjadi salah satu sebab lahirnya “kemiskinan baru”, seperti orang tua, cacat, kelompok masyarakat yang tinggal di pinggiran kota, dst. Diajukan ke permukaan pula masalah-masalah diskriminasi warna kulit, asal usul, budaya, sex, agama. Gereja mendorong umatnya untuk bertindak ambil bagian secara aktif dalam masalah-masalah politik dan mendesak untuk memperjuangkan nilai-nilai / semangat injili. Memperjuangkan keadilan social.

"Paulus VI memecahkan beberapa hal di halaman surat ini dengan. Dia membatasi dirinya untuk memberi cahaya ke pembaca dan meninggalkan mereka kemudian gratis hati nurani mereka. Ketika datang ke tindakan kata hati nurani menuntun kita ke titik yang lain.. Di sini kita dihadapkan dengan radikal modern teks Para pemimpin yang tahu segalanya dan tidak ditawarkan mata pelajaran mereka lebih dari rezeki yg telah dicernakan sebelumnya, telah menghilang ke dalam sejarah. yang baru orang suka memiliki perusahaan di jalan tapi dia tidak suka diarahkan, masih kurang didorong menerima. Paus Paulus VI cara dialog dan melakukannya tanpa menyangkal fungsinya sebagai panduan untuk Gereja .... Dia berbicara, converses , memberikan pendapat, menunjukkan aspek-aspek baru masalah, dan kemudian pensiun - meninggalkan tanggung jawab kepada komunitas Kristen ketika datang ke pilihan praktis ".
Amerika (29 Mei 1971) 554. "adalah nada yang sengaja sederhana dan sering pribadi, kontras dengan gaya serius menjemukan yang dicirikan dengan tingkat tertentu bahkan ensiklik Yohanes XXIII .... Pada sejumlah titik, lagi berangkat dalam beberapa mengukur dari bahasa abstrak dokumen sebelumnya, surat tersebut berbicara secara konkret negara .... (Ini berbicara) secara rinci dan jelas dengan kecanggihan tentang menantang fenomena urbanisasi di industri dan berkembang baik .... (Paus) menegaskan yang lokal atau regional Kristen masyarakat seperti itu harus melakukan tugas menerapkan norma-norma dan prinsip-prinsip yang luas dengan kondisi dari lokal yang berbeda .... Akhirnya, meskipun surat suara catatan realisme perusahaan di seluruh, semangat tetap tanpa berkedip positif dan penuh harapan. "
            Kesejahteraan bersama "Apa yang masih harus dilihat adalah bagaimana serius dunia akan mengambil pesan kepausan,. Ketika Rerum Rerum dikeluarkan, putusan kelas ini sangat puas menyikat off semua peringatan tentang kebodohan mereka dalam mengabaikan ledakan ketidakpuasan yang berada di bawah permukaan yang jelas. Hari ini sebanding dengan ketidakpuasan adalah endemik di seluruh sebagian besar: dunia. Seperti di hari-hari Leo, panggilan Paus Paulus adalah tindakan, dan pertanyaan itu akan menimbulkan adalah negara-negara kaya dan individu benar-benar bekerja untuk membentuk dunia baru di sepanjang garis manusia, atau akan mereka hanya menunggu, sebagai penguasa sebelumnya lakukan, untuk ledakan kekerasan untuk meniup membuang mereka ke dalam sejarah? "


Tema – Tema Pokok Ensiklik Octogesima Adveniens

Soal kepastian dan ketidakpastian fenomen kemajuan bangsa manusia zaman ini berkaitan dengan keadilan; urbanisasi dan konsekuensi-konsekuensinya; soal diskriminasi; hak-hak manusiawi; kehidupan politik, ideologi; menyimak sekali lagi daya tarik sosialisme; soal kapitalisme; panggilan kristiani untuk bertindak memberi kesaksian hidup dan partisipasi aktif dalam hidup politik.
            Dunia mengalami resesi ekonomi dengan korban mereka yang miskin; di Amerika aksi Martin Luther King untuk perjuangan hak-hak asasi marak dan menjadi perhatian dunia; protes melawan perang Vietnam.




8.         CONVENIENTES EX UNIVERSO (BERHIMPUN DARI SELURUH DUNIA) atau lebih tepat dikenal JUSTICIA IN MUNDO (JUSTICE IN THE WORLD)
Sinode Uskup, 30 November 1971

Sinode para Uskup di dunia

Dunia sedang berhadapan dengan problem keadilan. Untuk pertama kalinya (boleh disebut demikian) sinode para uskup menaruh perhatian pada soal-soal yang berkaitan dengan keadilan. Para uskup berhimpun dan bersidang serta menelorkan keprihatinan tentang keadilan dalam tata dunia. Misi Gereja tanpa ada suatu upaya konkret dan tegas mengenai tindakan perjuangan keadilan, tidaklah integral. Misi Kristus dalam mewartakan datangnya Kerajaan Allah mencakup pula datangnya keadilan. Dokumen ini banyak diinspirasikan oleh seruan keadilan dari Gereja-Gereja di Afrika, Asia, dan Latin Amerika. Secara khusus pengaruh pembahasan tema “Liberation” oleh para uskup Amerika Latin di Medellin (Kolumbia). Keadilan merupakan dimensi konstitutif pewartaan Injil. Dalam menghadapi situasi sekarang-hari dunia, seperti yang ditandai oleh dosa besar ketidakadilan, kami menyadari baik tanggung jawab kita dan ketidakmampuan kita untuk mengatasinya dengan kekuatan kita sendiri. Situasi seperti ini mendorong kita untuk mendengarkan dengan hati yang rendah hati dan terbuka untuk firman Allah, karena ia menunjukkan kita jalan baru terhadap tindakan di jalan keadilan di dunia.

Dalam Perjanjian Lama Allah menyatakan dirinya kepada kita sebagai pembebas kaum tertindas dan pembela kaum miskin, menuntut dari iman orang-orang di dalam Dia dan keadilan terhadap sesama. Hal ini hanya dalam ketaatan tugas keadilan bahwa Allah benar-benar diakui sebagai pembebas kaum tertindas.
            Oleh tindakan dan pengajaran Kristus bersatu dengan cara yang terpisahkan hubungan orang dengan Allah dan hubungan orang untuk satu sama lain. Kristus menjalani hidupnya di dunia sebagai total pemberian diri kepada Allah untuk keselamatan dan pembebasan orang. Dalam khotbahnya ia memberitakan kebapaan Allah terhadap semua orang dan campur tangan keadilan Tuhan atas nama orang miskin dan tertindas (Luk 6: 21-23). Dengan cara ini ia mengidentifikasi dirinya dengan-Nya "yang paling tidak," ketika ia menyatakan: "Seperti yang Anda lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini yang merupakan anggota keluarga saya, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Mat 25:40).
            Dari awal Gereja telah tinggal dan memahami Kematian dan Kebangkitan Kristus sebagai panggilan oleh Tuhan untuk konversi dalam iman Kristus dan dalam kasih satu sama lain, disempurnakan dalam saling membantu bahkan sampai ke titik berbagi sukarela barang-barang materi.
            Iman dalam Kristus, Anak Allah dan Penebus, dan kasih terhadap sesama merupakan tema mendasar dari para penulis Perjanjian Baru. Menurut St Paul, seluruh kehidupan Kristen adalah diringkas dalam mempengaruhi iman bahwa cinta dan pelayanan dari tetangga yang melibatkan pemenuhan tuntutan keadilan. Orang Kristen hidup di bawah hukum interior kebebasan, yang merupakan panggilan permanen untuk kita berpaling dari kemandirian untuk kepercayaan pada Tuhan dan dari kepedulian diri pada suatu cinta yang tulus dari tetangga. Dengan demikian terjadi pembebasan asli dan karunia dirinya untuk kebebasan orang lain.
            Menurut pesan Kristen, oleh karena itu, dari hubungan dengan sesama kita terikat dengan hubungan kita dengan Allah; tanggapan kita terhadap kasih Allah, menyelamatkan kita melalui Kristus, yang terbukti efektif dalam kasih-Nya dan pelayanan masyarakat. cinta Kristen tetangga dan keadilan tidak dapat dipisahkan. Karena cinta menyiratkan permintaan mutlak bagi keadilan, yaitu pengakuan atas martabat dan hak-hak sesama. Keadilan mencapai kepenuhannya batin hanya dalam cinta. Karena setiap orang benar-benar merupakan gambaran dari Allah yang tidak kelihatan dan saudara Kristus, orang Kristen menemukan dalam diri setiap orang Allah sendiri dan permintaan mutlak Tuhan untuk keadilan dan cinta.
            Situasi saat ini di dunia, terlihat dalam terang iman, panggilan kita kembali ke esensi dari pesan Kristen, menciptakan dalam diri kita kesadaran yang dalam makna sebenarnya dan tuntutan mendesak tersebut. Misi memberitakan Injil menentukan saat ini bahwa kita harus mendedikasikan diri untuk pembebasan orang bahkan dalam keberadaan mereka saat ini di dunia ini. Untuk kecuali pesan Kristen tentang kasih dan keadilan menunjukkan efektivitas melalui tindakan di jalan keadilan di dunia, ia akan hanya dengan kesulitan mendapatkan kredibilitas dengan orang-orang zaman kita.
            Gereja telah menerima dari Kristus misi memberitakan pesan Injil, yang berisi panggilan ke orang-orang untuk berpaling dari dosa dengan kasih Bapa, kekerabatan universal dan permintaan akibatnya bagi keadilan di dunia. Ini adalah alasan mengapa Gereja memiliki hak, memang tugas, untuk mewartakan keadilan pada tingkat sosial, nasional dan internasional, dan untuk mengecam kasus ketidakadilan, ketika hak-hak dasar orang dan sangat keselamatan mereka permintaan itu. Gereja, memang, tidak sendirian bertanggung jawab atas keadilan di dunia, namun, dia memiliki tanggung jawab yang tepat dan spesifik yang diidentifikasi dengan misinya memberi saksi sebelum dunia kebutuhan akan cinta dan keadilan yang terdapat dalam pesan Injil, sebuah saksi harus dilakukan di lembaga-lembaga Gereja sendiri dan dalam kehidupan orang Kristen.
            Dari itu sendiri bukan milik Gereja, sejauh ia merupakan suatu komunitas religius dan hirarkis, untuk menawarkan solusi konkrit di bidang sosial, ekonomi dan politik untuk keadilan di dunia. Misinya melibatkan membela dan memajukan martabat dan hak-hak dasar manusia.
            Para anggota Gereja, sebagai anggota masyarakat, memiliki hak yang sama dan tugas untuk mempromosikan baik warga umum lainnya seperti halnya. Kristen harus memenuhi kewajiban duniawi mereka dengan kesetiaan dan kompetensi. Mereka harus bertindak sebagai ragi di dunia, dalam, kehidupan keluarga mereka profesional, sosial, budaya dan politik. Mereka harus menerima tanggung jawab mereka di wilayah ini di bawah pengaruh Injil dan ajaran Gereja. Dengan cara ini mereka bersaksi kepada kuasa Roh Kudus melalui tindakan mereka dalam pelayanan orang dalam hal-hal yang menentukan bagi eksistensi dan masa depan kemanusiaan. Sementara di kegiatan seperti mereka umumnya bertindak atas inisiatif sendiri tanpa melibatkan tanggung jawab hirarki gerejawi, dalam arti mereka lakukan melibatkan tanggung jawab Gereja yang anggotanya mereka.
  
Tema – Tema Pokok Ensiklik Convenientes Ex Universo

Misi Gereja dan keadilan merupakan dua elemen yang tidak bisa dipisahkan; soal-soal yang berhubungan dengan keadilan dan perdamaian: hak asasi manusia; keadilan dalam Gereja; keadilan dan liturgi; kehadiran Gereja di tengah kaum miskin. Terminologi kunci yang dibicarakan adalah “oppression” dan “liberation.




 Konteks Zaman

Konteks peristiwa dunia masih berada pada dokumen di atasnya. Dunia sangat haus akan keadilan dan perdamaian. Pengaruh dari Pertemuan Medellin (di Kolumbia) tahun 1968 sangat besar.




9.         EVANGELII NUNTIANDI (EVANGELISASI DI DUNIA MODERN)

Anjuran apostolik Paus Paulus VI


Evangelii nuntiandi adalah nasihat apostolik yang diterbitkan pada tanggal 8 Desember 1975 oleh Paus Paulus VI berikut karya sinode pada tema (dari 7 September 1974 26 Oktober 1980). Hal ini berkaitan dengan penginjilan , dan menegaskan peranan setiap orang Kristen (dan bukan hanya ditahbiskan sebagai imam) dalam menyebarkan agama Katolik .
Itu namanya berasal dari kata-kata pertama dari teks: Evangelii nuntiandi studium aetatis hominibus nostrae (Upaya untuk mewartakan Injil kepada orang-orang waktu kita).



Ini nasihat apostolik misionaris memberikan dorongan baru kepada Gereja Katolik, dan pengajaran terinspirasi dari Yohanes Paulus II (yang berpartisipasi sangat dalam Surat drafting).
Arah dasarnya: agar Gereja dalam pewartaannya dapat menyentuh manusia pada abad ke duapuluh.  
Ada tiga pertanyaan dasar:
(1)     Sabda Tuhan itu berdaya, menyentuh hati manusia, tetapi mengapa Gereja dewasa ini menjumpai hidup manusia yang tidak disentuh oleh Sabda Tuhan (melalui pewartaan Gereja)?
(2)     Dalam arti apakah kekuatan evangelisasi sungguh-sungguh mampu mengubah manusia abad ke-20 ini?
(3)     Metode-metode apakah yang harus diterapkan agar kekuatan Sabda sungguh menemukan efeknya?
Tuhan Yesus mewartakan keselamatan sekaligus pewartaan pembebasan. Gereja melanjutkannya. Hal baru dalam dokumen ini ialah bahwa pewartaan Kabar Gembira sekaligus harus membebaskan pula. Pada perayaan Immaculate Conception tahun 1975, sedikit lebih dari satu tahun setelah penutupan Sinode, Paus diundangkan nasihat apostolik Evangelii nuntiandi . Ia melakukannya secara eksplisit sebagai pengganti Petrus, mencari "untuk mengkonfirmasi saudara-saudaranya", apa yang baginya adalah "sebuah program hidup dan sehari-hari] tindakan [." Pembacaan nasihat yang sangat mengesankan karena mempertahankan dan mata uang hari ini semangat yang terbuka terhadap besok.
            Sadar dari apa evangelisasi berarti suatu kewajiban bagi Gereja dan Anak-anaknya, Paus Paulus VI meringkas apa yang akan berkembang di nasihat sebagai berikut: "Setelah Dewan, dan terima kasih kepada Dewan yang telah dibentuk untuk waktu-Nya Allah dalam ini siklus sejarah, adalah Gereja lebih atau kurang tepat untuk mewartakan Injil dan untuk memasukkannya dalam hati manusia dengan keyakinan, kebebasan jiwa, dan manfaat? " Hasil Paus untuk membuat jawaban afirmatif indah eksplisit dalam proses halaman berikut, menunjukkan bagaimana penginjilan adalah panggilan yang sangat Gereja.
           



Hal ini tidak mungkin di sini untuk merangkum ajaran Evangelii nuntiandi . Garis-garis ini telah mencoba untuk latihan memori historis dari teks sangat penting dalam menghadapi abad mendatang. Mereka telah berusaha untuk menjadi undangan ke anak Gereja agar, 25 tahun sejak diundangkan, mereka dapat membaca teks ini Magister yang mengundang kita untuk menjadi dan penginjilan komunitas diinjili.

Tema – Tema Pokok Evangelii Nuntiandi

EN (Evangelii Nuntiandi) mengajukan tema-tema problem kultural sekularisme ateistis, indi-ference, konsumerisme, diskriminasi, pengedepanan kenikmatan dalam gaya hidup, nafsu untuk mendo-minasi.

Konteks Zaman

EN (Evangelii Nuntiandi) dimaksudkan untuk memperingati Konsili Vatikan ke-10.




10.       REDEMPTOR HOMINIS (SANG PENEBUS MANUSIA) Ensiklik Yohanes Paulus II (Ensiklik-nya yang pertama)

Redemptor Hominis (Bahasa Latin untuk "Sang Penebus Manusia") adalah nama dari ensiklik pertama yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II. Ensiklik ini meletakkan sebuah rancangan dari masa kepausannya dalam penjelajahannya akan masalah-masalah umat manusia saat ini dan terutama solusi-solusi yang diajukan oleh umat manusia itu yang ditemukan di dalam sebuah pengertian yang lebih mendalam akan pribadi manusia. Ensiklik ini diumumkan secara resmi pada tanggal 4 Maret 1979, kurang dari lima bulan setelah ia diangkat menjadi Sri Paus.
Sebenarnya Ensiklik ini tidak dikategorikan sebagai Ensiklik Ajaran Sosial Gereja. Tetapi, lukisan tentang penebusan umat manusia oleh Yesus Kristus sebagai penebusan yang menyeluruh memungkinkan beberapa gagasan ensiklik ini bersinggungan dengan tema-tema keadilan sosial. Gagasan dasarnya: manusia ditebus oleh Kristus dalam situasi hidupnya secara konkret. Yaitu, dalam hidup situasi di dunia modern. Disinggung mengenai konsekuensi kemajuan dan segala macam akibat yang ditimbulkan. Hak-hak asasi manusia dengan sendirinya juga didiskusikan. Misi Gereja dan tujuan hidup manusia. Ensiklik pertama Paus Yohanes Paulus II ini menelaah masalah-masalah besar yang dihadapi dunia saat itu. Paus Yohanes Paulus II memulai masa kepausannya selama masa krisis keragu-raguan pribadi dan kritik-kritik internal di dalam Gereja Katolik. Ia menyinggung akan hal ini dalam kata pengantar ensikliknya, menyampaikan kepercayaannya bahwa gerakan hidup yang baru di dalam Gereja "lebih kuat daripada gejala-gejala keragu-raguan, keruntuhan dan krisis."
Redemptor Hominis mengusulkan bahwa solusi dari masalah-masalah ini bisa ditemukan melalui pengertian yang lebih sempurna akan seseorang: baik akan diri seorang manusia maupun diri seorang Kristus. Sebagaimana demikian, ensiklik pertamanya ini berulang kali menekankan pendekatan filosofis yang disukai oleh Sri Paus, yaitu paham personalisme - sebuah pendekatan yang ia gunakan berulang kali selama masa kepausannya.
Ensiklik ini juga bekerja untuk menyiapkan Gereja bagi milenium ketiga yang akan datang, merujuk tahun-tahun yang tersisi di abad ke-20 sebagai "sebuah masa dari Advent (kedatangan yang ditunggu-tunggu) yang baru, sebuah masa penuh pengharapan" dalam persiapan atas kedatangan milenium yang baru.
            Hidup kekal, yang dijanjikan oleh Bapa dalam Yesus Kristus, "adalah pemenuhan terakhir dari panggilan manusia." Gereja, yang hidup kenyataan ini manusia, "harus berkonsentrasi dan mengumpulkan sekitar yang Misteri, menemukan di dalamnya cahaya dan kekuatan yang sangat diperlukan untuk misinya."
            Dalam terang ajaran Konsili Vatikan II, Gereja muncul sebagai yang bertanggung jawab untuk transmisi benar kebenaran ilahi. Oleh karena itu, dia harus mematuhi dengan setia untuk itu ketika dia mengaku dan mengajarkan iman. Tanggung jawab untuk kebenaran ini juga berarti "mencintai dan mencari pemahaman yang paling tepat dari itu, dalam rangka untuk membawa lebih dekat ke diri kita sendiri dan orang lain." Di daerah ini, kerja sama yang erat pada bagian dari teolog dengan Magisterium sangat diperlukan. Sebagai hamba kebenaran, "teolog ... tidak pernah bisa melupakan arti pelayanan mereka di Gereja." 
Tanggung jawab Gereja kebenaran ilahi harus dibagi oleh semua. Teolog dan "semua orang belajar di Gereja saat ini dipanggil untuk bersatu iman dengan belajar dan kebijaksanaan, dalam rangka untuk membantu mereka untuk menggabungkan satu sama lain." Spesialis dalam beragam disiplin, sebagai anggota Umat Allah, berpartisipasi dalam misi kenabian Kristus untuk melayani kebenaran ilahi.
           

Kehidupan sakramental Gereja dan setiap orang Kristen mencapai kepenuhannya dalam Ekaristi. Dalam sakramen ini, oleh kehendak Kristus, misteri dari pengorbanan di kayu salib, dengan yang ia peroleh bagi kita dari Bapa karunia-karunia Roh Kudus dan hidup abadi baru dalam kebangkitan, terus-menerus diperbarui.
Dalam merayakan Sakramen Tubuh dan Darah Kristus, sangat penting untuk menghormati "besarnya penuh misteri ilahi ... di mana Kristus adalah benar-benar hadir dan diterima, dan jiwa dipenuhi dengan rahmat." Semua dalam Gereja, tetapi terutama uskup dan imam, harus waspada sehingga sakramen ini mungkin di tengah kehidupan umat Allah.
            Ekaristi adalah terkait erat dengan Tobat: "Tanpa upaya ini pernah diperbaharui konstan untuk konversi, mengambil bagian dari Ekaristi akan kurangnya efektivitas penuh penebusan tersebut." Kedua sakramen sangat erat terkait dengan hidup menurut semangat Injil. Gereja, terus mempersiapkan untuk kehidupan baru dari Tuhan, harus menjadi Gereja Ekaristi dan Tobat. "Hanya bila dilihat dalam aspek spiritual dari hidupnya dan aktivitas dia dipandang Gereja misi ilahi."
            Panggilan Kristen terdiri dari "menjadi hamba" dan "menjadi raja." Dalam terang ajaran Kristus, hanya dengan "menjadi hamba" bisa salah satu benar-benar "menjadi raja." Pada saat yang sama, "'menjadi hamba kedewasaan rohani tuntutan begitu banyak sehingga harus benar-benar digambarkan sebagai' menjadi raja." "
            Layanan ini kerajaan mengenakan pada kita masing-masing, mengikuti teladan Kristus, "tugas untuk permintaan sendiri persis apa yang telah kita dipanggil untuk." Fidelity panggilan untuk seseorang sangat penting berkaitan dengan tugas-tugas yang memerlukan komitmen yang lebih besar dan yang lebih berpengaruh pada kehidupan tetangga kita dan masyarakat.
            Bekerja sama dengan kasih karunia yang Kristus telah menang bagi kita, "kami dapat mencapai 'raja yang,' untuk artinya, kita mampu menghasilkan manusia dewasa di masing-masing dari kita." Ini berarti memanfaatkan penuh kebebasan yang Sang Pencipta telah memberi kita: "Kristus mengajar kita bahwa penggunaan terbaik dari kebebasan adalah amal, yang mengambil bentuk konkrit dalam diri memberi dan dalam pelayanan."
           

Gereja benar-benar melayani umat manusia ketika dia penjaga kebenaran ini dengan kasih nyala api, dan ketika dia mengirimkan dan memberikan itu bentuk nyata dalam kehidupan manusia. Ini menegaskan bahwa "manusia adalah dan selalu menjadi 'jalan' untuk kehidupan sehari-hari Gereja."
            Dalam menghadapi tugas-tugas yang Gereja depannya dan kesulitan ia mungkin mengalami, doa yang intens menjadi penting. "Hanya doa dapat mencegah semua tugas ini sukses besar dan kesulitan dari menjadi sumber krisis dan membuat mereka bukan kesempatan itu dan, karena itu, dasar untuk prestasi dewasa semakin pada Umat march Allah terhadap Tanah Perjanjian."

Tema – Tema Pokok Redemptor Huminis

Misteri penebusan manusia di zaman modern; kemajuan dan akibat-akibatnya; misi Gereja untuk menjawab persoalan zaman ini.

Konteks Zaman
Merupakan Ensiklik pertama dari kepausan Bapa Suci Yohanes Paulus II.



11.       LABOREM EXCERCENS (KERJA MANUSIA)

Laborem Exercens adalah sebuah ensiklik yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II di tahun 1981 mengenai pekerjaan manusiawi. Ensiklik ini merupakan bagian dari sebuah kumpulan tulisan yang dikenal dengan nama "Ajaran Sosial Katolik", yang asal-usulnya bisa ditelusuri pada dokumen Rerum Novarum yang dikeluarkan oleh Paus Leo XIII di tahun 1891.
Yohanes Paulus II menulis Ensiklik "Laborem Exercens" pada tahun 1981, pada kesempatan ulang tahun ke-90 Ensiklik Leo XIII "Rerum Rerum" pada pertanyaan tentang tenaga kerja. Itu ditandatangani pada tanggal 14 September, pesta Salib Suci.
            Di dalamnya ia mengembangkan konsep martabat manusia dalam pekerjaan, penataan dalam empat poin: subordinasi bekerja untuk manusia; keunggulan pekerja atas seluruh instrumen dan pengkondisian yang secara historis merupakan dunia kerja, hak-hak manusia orang sebagai faktor penentu dari semua proses sosial-ekonomi, teknologi dan produktif, yang harus diakui, dan beberapa elemen yang dapat membantu semua orang mengidentifikasi dengan Kristus melalui pekerjaan mereka sendiri.
            Ensiklik memiliki pengenalan dan empat bab: "Kerja dan Man," "Konflik Antara Tenaga Kerja dan Modal dalam Fase kini Sejarah," "Hak Pekerja," dan "Elemen untuk Spiritualitas Kerja.
"Aku ingin mencurahkan dokumen ini," tulis Paus, "untuk bekerja manusia dan, bahkan lebih, pada manusia dalam konteks yang luas dari realitas kerja ... Kerja adalah salah satu aspek, satu abadi dan mendasar., salah satu yang selalu relevan dan selalu menuntut perhatian diperbaharui dan saksi yang menentukan. "
            Hal ini tidak bagi Gereja untuk menganalisis dampak bahwa perubahan di dunia kerja ini terhadap koeksistensi manusia. "Tetapi Gereja menganggap itu tugasnya selalu untuk memperhatikan martabat dan hak-hak mereka yang bekerja, untuk mengutuk situasi di mana bahwa martabat dan hak-hak tersebut dilanggar, dan membantu untuk memandu perubahan yang disebutkan di atas untuk memastikan otentik kemajuan oleh manusia dan masyarakat. "
            "Pekerjaan manusia adalah kunci, mungkin kunci penting, untuk masalah sosial keseluruhan, jika kita mencoba melihat pertanyaan yang benar-benar dari sudut pandang manusia baik Dan jika solusi -. Atau lebih tepatnya solusi bertahap - dari masalah sosial , yang terus datang dan menjadi semakin kompleks, harus dicari dalam arah kehidupan membuat lebih manusiawi ', kemudian kunci, yaitu pekerjaan manusia, memperoleh kepentingan mendasar dan menentukan. “
Yohanes Paulus II menggarisbawahi keyakinan Gereja bahwa "pekerjaan merupakan dimensi fundamental dari keberadaan manusia di bumi." Keyakinan ini ditemukan di halaman pertama kitab Kejadian: "Beranakcuculah dan bertambah banyak, dan memenuhi bumi dan menaklukkan itu."
            "Kekuasaan manusia atas bumi yang dicapai dalam dan melalui kerja ... Subjek kerja yang tepat terus menjadi manusia.," Dan finalitas kerja "selalu manusia itu sendiri." Ini adalah pertanyaan tentang makna obyektif dan subjektif dari kerja: meskipun keduanya penting, kedua diutamakan, "tidak ada keraguan bahwa karya manusia memiliki nilai etis dari sendiri, yang secara jelas dan langsung tetap terkait dengan fakta bahwa orang yang membawanya keluar adalah orang, subyek yang sadar dan bebas, artinya subjek yang memutuskan tentang dirinya. "

Walaupun memupuk teknologi peningkatan dalam hal-hal yang dihasilkan oleh pekerjaan, kadang-kadang "bisa berhenti menjadi sekutu manusia dan menjadi hampir musuhnya, seperti ketika mekanisasi 'supplants' kerja dia, menghilangkan semua kepuasan pribadi dan insentif untuk kreativitas dan tanggung jawab , ketika banyak pekerja menghalangi pekerjaan mereka sebelumnya, atau ketika, melalui meninggikan mesin, mengurangi manusia status budak tersebut. "
            Bapa Suci ingat bahwa "untuk mencapai keadilan sosial di berbagai belahan dunia, di berbagai negara, dan dalam hubungan antara mereka, ada kebutuhan untuk gerakan yang selalu baru solidaritas para pekerja dan buruh. "
            "Kerja adalah hal yang baik bagi manusia - hal yang baik bagi kemanusiaan-Nya - karena melalui pekerjaan manusia tidak hanya mengubah alam, beradaptasi dengan kebutuhan sendiri, tetapi ia juga mencapai pemenuhan sebagai manusia dan memang, dalam arti tertentu, menjadi ' lebih manusia menjadi '.
Paus mengamati bahwa selama periode yang telah berlalu sejak publikasi "Rerum Rerum" (1891), "yang tidak berarti belum selesai, masalah pekerjaan yang tentu saja telah diajukan atas dasar konflik besar yang di usia, dan bersama-sama dengan, perkembangan industri muncul antara 'modal' dan 'tenaga kerja'. "
            Antagonisme ini "menemukan ekspresi dalam konflik ideologis antara liberalisme, dipahami sebagai ideologi kapitalisme, dan Marxisme, dipahami sebagai ideologi sosialisme ilmiah dan komunisme, yang mengaku bertindak sebagai juru bicara bagi kelas pekerja dan kaum proletar seluruh dunia. "
            Kemudian, ia mengingat prinsip "prioritas tenaga kerja atas modal." Yang pertama "selalu merupakan penyebab efisien utama, sedangkan modal, seluruh koleksi sarana produksi, tetap menjadi instrumen belaka atau menyebabkan instrumental." Dengan demikian muncul kesalahan ekonomisme, "yang mempertimbangkan kerja manusia semata-mata sesuai dengan tujuan ekonomi."
            Yohanes Paulus II kemudian merujuk pada hak milik pribadi, menekankan bahwa ajaran Gereja mengenai prinsip ini "menyimpang radikal dari program kolektivisme seperti yang dicanangkan oleh Marxisme," dan "program kapitalisme dipraktekkan oleh liberalisme dan oleh sistem politik yang diilhami oleh itu. "
            "Posisi kapitalisme 'kaku' terus tetap tidak dapat diterima, yaitu posisi yang membela hak eksklusif untuk kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi sebagai 'dogma' tak tersentuh kehidupan ekonomi Prinsip menghormati tuntutan pekerjaan. Bahwa hak ini harus menjalani revisi konstruktif, baik dalam teori maupun dalam praktek. " Untuk alasan ini, terlepas dari jenis sistem produksi, maka perlu bagi setiap pekerja untuk menyadari bahwa "dia bekerja 'untuk dirinya sendiri'.” Bapa Suci menggarisbawahi bahwa hak asasi manusia yang berasal dari pekerjaan adalah bagian dari hak-hak dasar orang.
            Dia membahas kebutuhan untuk mengambil tindakan terhadap pengangguran, yang merupakan bencana sosial yang benar dan masalah moral serta sifat ekonomi.
            Dimulai dengan konsep "majikan tidak langsung," dengan kata lain, "semua agen di tingkat nasional dan internasional yang bertanggung jawab untuk seluruh orientasi kebijakan tenaga kerja," catatan dia bahwa untuk memecahkan masalah pengangguran, ini agen "harus membuat ketentuan untuk perencanaan keseluruhan." Ini "tidak bisa berarti sentralisasi sepihak oleh otoritas publik Sebaliknya,. Apa yang ada dalam pertanyaan adalah koordinasi adil dan rasional, dalam kerangka yang inisiatif individu ... harus dijaga."
            Berbicara tentang hak-hak pekerja, ia mengingat martabat bekerja di sektor pertanian dan kebutuhan untuk menawarkan pekerjaan ke orang cacat. Adapun soal gaji, ia menulis bahwa "masalah utama etika sosial dalam hal ini adalah bahwa hanya remunerasi untuk pekerjaan yang dilakukan."
            Selain itu, "harus ada evaluasi ulang sosial peran ibu." Secara khusus, "proses kerja secara keseluruhan harus diorganisir dan diadaptasi sedemikian rupa untuk menghormati persyaratan orang dan nya bentuk kehidupan, atas semua kehidupan di rumah, dengan mempertimbangkan usia dan jenis kelamin individu."
            Sudah sepatutnya bahwa perempuan "harus dapat memenuhi tugas mereka sesuai dengan sifat mereka sendiri, tanpa diskriminasi dan tanpa dikeluarkan dari pekerjaan yang mereka mampu, tetapi juga tanpa mengurangi rasa hormat terhadap aspirasi keluarga mereka dan untuk mereka yang spesifik peran dalam berkontribusi, bersama-sama dengan laki-laki, untuk kebaikan masyarakat. "
            Selain upah, ada manfaat sosial lainnya yang bertujuan "untuk menjamin kehidupan dan kesehatan pekerja dan keluarga mereka." Dalam hal ini, ia mencatat hak untuk waktu luang, yang harus mencakup istirahat mingguan dan liburan tahunan.
            Paus kemudian mempertimbangkan pentingnya serikat pekerja, yang ia sebut "elemen tak terpisahkan dari kehidupan sosial." "Salah satu metode yang digunakan oleh serikat pekerja di mengejar hanya hak-hak anggota mereka adalah penghentian mogok atau metode kerja ini diakui oleh ajaran sosial Katolik sebagai sah dalam kondisi yang tepat dan hanya dalam batas,." Tetapi tidak boleh disalahgunakan.

Adapun pertanyaan tentang emigrasi untuk alasan bekerja, ia menegaskan bahwa manusia berhak untuk meninggalkan negaranya untuk mencari kondisi kehidupan yang lebih baik di negara lain. "Yang paling penting adalah bahwa orang yang bekerja jauh dari tanah kelahirannya, baik sebagai permanen emigran atau sebagai pekerja musiman, tidak boleh ditempatkan pada posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan pekerja lain di masyarakat yang dalam hal hak-hak bekerja.


Tema – Tema Pokok

Sebagian besar isinya ialah tentang keadilan kerja, yang sudah dikatakan dalam Rerum Novarum; memang Ensiklik ini dimaksudkan untuk memperingati 90 tahun Rerum Novarum.
Kerja dan manusia; semua orang berhak atas kerja, termasuk di dalamnya yang cacat; perlunya jaminan keselamatan / kesehatan dalam kerja; manusia berhak atas pencarian kerja yang lebih baik di mana pun, juga di negeri orang.

Konteks Zaman

Dalam periode zaman ini dirasakan sangat besar jumlah pengangguran. Para pekerja migrant (tenaga asing) sangat mudah diperas dan mendapat perlakuan tidak adil.




12.       SOLLICITUDO REI SOCIALIS (KEPRIHATINAN SOSIAL)

Ensiklik Paus Yohanes Paulus II

Sollicitudo Rei Socialis adalah sebuah ensiklik yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 30 Desember 1987. Ensiklik ini ditulis dalam hubungannya dengan 'Keprihatinan Sosial' bagi perayaan tahun ke-20 'Populorum progressio'.
Ensiklik ini menyajikan berbagai perbedaan antara kemajuan dan pembangunan, dan
menandaskan bahwa “pembangunan yang sejati tidak dapat dibatasi pada penggandaan barang dan jasa – pada apa yang dimiliki seseorang – tetapi mesti memberi andil bagi kepenuhan ‘keberadaan’ manusia. Dengan demikian corak moral dari pembangunan yang nyata ditampakkan secara jelas.” Yohanes Paulus II, seraya merujuk pada moto kepausan Paus Pius XII, “opus iustitiae pax” (perdamaian adalah buah keadilan), berkomentar: “sekarang dapat dikatakan dengan secermat itu dan atas
kekuatan ilham alkitabiah yang sama pula (bdk. Yes 32:17; Yak 3:18), opussolidaritatis pax (damai merupakan buah solidaritas).
Ensiklik ini merupakan ulang tahun ke-20 dari Ensiklik Populorum Progressio. Jurang antara wilayah / negara-negara Selatan (miskin) dan Utara (kaya) luar biasa besarnya. Perkembangan dan kemajuan sering kali sekaligus pemiskinan pada wilayah lain. Persoalannya semakin rumit manakala dirasakan semakin hebatnya pertentangan ideologis antara Barat dan Timur, antara kapitalisme dan komunisme. Persaingan ini semakin memblokir kerjasama dan solidaritas kepada yang miskin. Negara-negara Barat semakin membabi buta dalam eksplorasi kemajuan. Sementara negara-negara miskin semakin terpuruk oleh kemiskinannya. Konsumerisme dan “dosa struktural” makin mendominasi hidup manusia. Dalam konteks pengalaman sedih tahun terakhir dan gambar negatif terutama saat ini, Gereja sangat harus menegaskan kemungkinan mengatasi hambatan yang, dengan kelebihan atau dengan cacat, berdiri di jalan pembangunan. Dan dia harus menegaskan kepercayaan dirinya dalam sebuah pembebasan sejati. Pada akhirnya, ini keyakinan dan kemungkinan ini didasarkan pada kesadaran Gereja dari janji ilahi menjamin bahwa sejarah sekarang kita tidak tetap tertutup dalam dengan sendirinya tapi terbuka untuk Kerajaan Allah.
            Gereja memiliki keyakinan juga pada manusia, meskipun ia tahu kejahatan yang ia mampu. Karena ia juga tahu bahwa walaupun warisan dosa, dan dosa yang masing-masing mampu melakukan terdapat dalam kualitas manusia yang cukup dan energi, sebuah "kebaikan" fundamental (lih. Kej 1:31), karena dia adalah citra sang pencipta, ditempatkan di bawah pengaruh penebusan Kristus, yang "bersatu dirinya dengan cara tertentu dengan setiap manusia", dan karena manjur "memenuhi bumi" (Keb 1:7).
            Tidak ada pembenaran maka untuk putus asa atau pesimisme atau inersia. Meskipun itu dengan kesedihan, harus dikatakan bahwa hanya sebagai salah satu mungkin dosa melalui egoisme dan keinginan untuk mendapatkan keuntungan yang berlebihan dan kekuasaan, kita juga dapat ditemukan ingin berkenaan dengan kebutuhan mendesak dari orang banyak manusia tenggelam dalam kondisi keterbelakangan, karena takut, kebimbangan dan, pada dasarnya, melalui sikap pengecut. Kita semua dipanggil, memang berkewajiban, untuk menghadapi tantangan yang luar biasa dekade terakhir Milenium kedua, juga karena bahaya ini mengancam setiap orang: dunia krisis ekonomi, perang tanpa batas, tanpa pemenang atau pecundang. Dalam menghadapi ancaman tersebut, perbedaan antara orang kaya dan negara-negara dan individu miskin dan negara akan memiliki nilai yang kecil, kecuali bahwa tanggung jawab yang lebih besar terletak pada mereka yang memiliki lebih dan dapat berbuat lebih banyak.
            Ini bukan satu-satunya namun motif atau bahkan yang paling penting. Dipertaruhkan adalah martabat manusia, yang pertahanan dan promosi telah dipercayakan kepada kita oleh Pencipta, dan kepada siapa laki-laki dan wanita pada setiap saat sejarah secara ketat dan bertanggung jawab dalam utang. Seperti banyak orang yang sudah lebih atau kurang jelas menyadari, situasi saat ini tampaknya tidak sesuai dengan martabat ini. Setiap individu dipanggil untuk memainkan perannya dalam kampanye damai, kampanye yang akan dilakukan dengan cara damai, dalam rangka untuk mengamankan pembangunan dalam damai, guna melindungi alam itu sendiri dan dunia sekitar kita. Gereja juga merasa sangat terlibat dalam usaha ini, dan dia berharap untuk sukses akhirnya.
            Akibatnya, mengikuti contoh Paus Paulus VI dengan nya Ensiklik Populorum Progressio,Saya ingin banding dengan kesederhanaan dan kerendahan hati untuk semua orang, kepada semua laki-laki dan perempuan tanpa terkecuali. Saya ingin meminta mereka untuk menjadi yakin keseriusan saat ini dan tanggung jawab setiap individu seseorang, dan melaksanakan dengan cara mereka hidup sebagai individu dan sebagai keluarga, dengan menggunakan sumber daya mereka, oleh aktivitas sipil mereka, dengan kontribusi untuk ekonomi dan politik keputusan dan komitmen pribadi untuk usaha nasional dan internasional - tindakan yang diilhami oleh kesetiakawanan dan kasih preferensi bagi masyarakat miskin. Ini adalah apa yang dituntut oleh saat ini dan di atas semua dengan sangat martabat pribadi manusia, gambar dihancurkan Allah Pencipta, yang identik dalam kita masing-masing.
            Dalam komitmen ini, putra dan putri Gereja harus menjadi contoh dan panduan, karena mereka dipanggil, sesuai dengan program yang diumumkan oleh Yesus sendiri di sinagoga di Nazaret, untuk "memberitakan kabar baik kepada orang miskin ... untuk memberitakan pembebasan bagi para tawanan dan memulihkan penglihatan orang buta, untuk ditetapkan pada kebebasan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun diterima Tuhan "(Luk 4:18-19). Hal ini sesuai untuk menekankan peran terkemuka yang dimiliki oleh kaum awam, baik laki-laki dan perempuan, seperti yang ditegaskan dalam Majelis Sinode baru-baru ini. Ini adalah tugas mereka untuk menghidupkan realitas temporal dengan komitmen Kristen, dengan mana mereka menunjukkan bahwa mereka adalah saksi dan pelaku perdamaian dan keadilan.
            Saya ingin alamat terutama mereka yang, melalui Sakramen Pembaptisan dan profesi dari Pengakuan Iman yang sama, berbagi, sesungguhnya meskipun tidak sempurna, persekutuan dengan kami. Saya yakin bahwa kekhawatiran yang dinyatakan dalam Ensiklik ini serta motif inspirasi akan asing bagi mereka, karena motif tersebut terinspirasi oleh Injil Yesus Kristus. Kita dapat menemukan di sini sebuah undangan baru untuk menjadi saksi bersama-sama untuk keyakinan bersama tentang martabat manusia, diciptakan oleh Allah, ditebus oleh Kristus, disucikan oleh Roh dan dipanggil di dunia ini hidup sesuai dengan martabat ini.
            Aku juga alamat banding ini kepada orang Yahudi, yang berbagi dengan kami warisan dari Abraham, "kami ayah dalam iman" (lih. Rm 4:11 f.) dan tradisi Perjanjian Lama, serta Muslim yang, seperti kita, percaya pada Tuhan adil dan penyayang. Dan saya memperpanjang untuk semua pengikut agama-agama besar di dunia.
            Pertemuan diadakan pada tanggal 27 Oktober lalu di Assisi, kota Santo Fransiskus, untuk berdoa dan bertekad untuk perdamaian --- masing-masing satu di kesetiaan kepada profesi agamanya sendiri menunjukkan berapa banyak perdamaian dan, sebagai kondisi yang diperlukan nya, pengembangan seluruh pribadi dan semua orang, juga masalah agama, dan bagaimana pencapaian penuh baik satu dan yang lainnya tergantung pada kesetiaan kita untuk panggilan kita sebagai pria dan wanita iman. Untuk itu tergantung, di atas semua, pada Tuhan.
            Gereja juga tahu bahwa tidak ada prestasi temporal adalah diidentifikasi dengan Kerajaan Allah, tetapi bahwa semua prestasi tersebut hanya mencerminkan dan dalam arti mengantisipasi kemuliaan Kerajaan, Kerajaan yang kita menunggu pada akhir sejarah, ketika Tuhan akan datang lagi. Tapi harapan yang tidak pernah bisa menjadi alasan untuk kurangnya perhatian bagi orang-orang dalam situasi konkret mereka pribadi dan dalam kehidupan sosial, nasional dan internasional, karena mantan dikondisikan oleh terakhir, khususnya hari ini.
            Namun tidak sempurna dan sementara adalah semua hal yang dapat dan harus dilakukan melalui upaya gabungan semua orang dan melalui rahmat ilahi, pada saat tertentu sejarah, dalam rangka untuk membuat hidup rakyat "lebih manusiawi", tidak akan hilang atau akan sia-sia. Ini adalah ajaran Konsili Vatikan II, dalam bagian mencerahkan dari Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes: "Ketika kita telah menyebar di bumi buah dari sifat kita dan perusahaan martabat manusia, persekutuan persaudaraan, dan kebebasan sesuai dengan perintah Tuhan dan Roh-Nya, kita akan berakhir mereka sekali lagi, kali ini dibersihkan dari noda dosa, diterangi dan dimuliakan, ketika Kristus hadir untuk Bapa-Nya kerajaan abadi dan universal ... di bumi bahwa Kerajaan sudah hadir di misteri ".
            Kerajaan Allah menjadi hadir di atas semua dalam perayaan Sakramen Ekaristi, yang merupakan Pengorbanan Tuhan. Dalam perayaan bahwa buah dari bumi dan pekerjaan tangan manusia roti dan anggur berubah secara misterius, tapi benar-benar dan substansial, melalui kuasa Roh Kudus dan kata-kata menteri, menjadi Tubuh dan Darah Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah dan Anak Maryam, melalui siapa Kerajaan Bapa telah dibuat hadir di tengah-tengah kita.
            Barang-barang dunia ini dan pekerjaan tangan kami roti dan anggur melayani untuk kedatangan Kerajaan definitif, karena Tuhan, melalui Roh-Nya, membawa mereka ke dalam dirinya untuk menawarkan dirinya kepada Bapa dan untuk menawarkan kita dengan dirinya dalam perpanjangan satu Kurban, yang mengantisipasi Kerajaan Allah dan menyatakan yang terakhir datang.
            Jadi Tuhan menyatukan kita dengan dirinya sendiri melalui Sakramen Ekaristi dan Pengorbanan dan dia menyatukan kita dengan dirinya sendiri dan dengan satu sama lain dengan ikatan yang kuat dari setiap kesatuan alam; dan dengan demikian bersatu, dia mengirimkan kami ke seluruh dunia menjadi saksi, melalui iman dan bekerja, untuk mengasihi Tuhan, mempersiapkan kedatangan Kerajaan-Nya dan mengantisipasi hal itu, meskipun dalam ketidakjelasan saat ini.
            Semua dari kita yang mengambil bagian dalam Ekaristi dipanggil untuk menemukan, melalui Sakramen, makna mendalam dari tindakan kita di dunia dalam mendukung pembangunan dan perdamaian, dan untuk menerima dari itu kekuatan untuk melakukan diri kita semakin murah hati, berikut contoh Kristus, yang dalam Sakramen ini memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (bdk. Yoh 15:13). komitmen pribadi kita, seperti Kristus dan dalam persatuan dengan-Nya, tidak akan sia-sia tetapi pasti berbuah.
            Disebut sebagai Tahun Maria saat ini agar umat Katolik mungkin terlihat lebih banyak dan lebih kepada Maria yang berjalan di depan kita di ziarah iman dan dengan berdoa perawatan ibu untuk kita sebelum dia Putra, Penebus kita. Saya ingin mempercayakan dan dia syafaat nya saat ini sulit dunia modern, dan upaya yang sedang dibuat dan akan dibuat, sering dengan penderitaan yang besar, dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pembangunan masyarakat yang benar.
            Sesuai dengan kesalehan Kristen selama berabad-abad, kami hadir untuk situasi Santa Perawan individu sulit, sehingga ia dapat menempatkan mereka sebelum nya Putra, meminta bahwa ia meringankan dan mengubahnya. Tapi kami juga hadir untuk situasi sosial dan krisis internasional itu sendiri, dalam aspek mengkhawatirkan mereka dari kemiskinan, pengangguran, kekurangan pangan, perlombaan senjata, penghinaan terhadap hak asasi manusia, dan situasi atau bahaya konflik, sebagian atau total. Dalam semangat berbakti kita ingin menempatkan semua ini sebelum nya "mata belas kasih", mengulang sekali lagi dengan iman dan harapan pujian kuno: "Suci Bunda Allah, tidak memandang rendah petisi kami di kebutuhan kita, tetapi selalu bebaskanlah kami dari segala bahaya , mulia dan diberkati .

Tema – Tema Pokok

Ensiklik ini mengajukan makna baru tentang pengertian “the structures of sin”; pemandangan secara teliti sumbangsih Ensiklik yang diperingati, Populorum Progressio; digambarkan pula panorama zaman ini dengan segala kemajuannya; tinjauan teologis masalah-masalah modern.


Konteks Zaman

Perang berkecamuk seputar ideologi pada zaman ini; Soviet menginvasi Afganistan dan setahun kemudian menarik diri dari Afganistan; dan berbagai ketegangan yang dimunculkan oleh persaingan ideologis yang hebat.




13.       CENTESIMUS ANNUS (TAHUN KE SERATUS)

Ensiklik Yohanes Paulus II

Centesimus Annus (bahasa Latin yang berarti "seratus tahun") adalah sebuah ensiklik yang ditulis Paus Yohanes Paulus II pada 1991, pada saat perayaan ke-100 dari Rerum Novarum. Ensiklik ini merupakan bagian dari tulisan mengenai Ajaran sosial Katolik, yang bermula dari Rerum Novarum, yang dikeluarkan oleh Paus Leo XIII pada 1891, dan terutama Perjanjian Baru.
Menandai ulang tahun Rerum Novarum yang ke-100. Dokumen ini memiliki jalan pikiran yang kurang lebih sama, paradigma yang ditampilkan dalam Rerum Novarum untuk menyimak dunia saat ini. Perkembangan baru berupa jatuhnya komunisme dan sosialisme marxisme di wilayah Timur (Eropa Timur) menandai suatu periode baru yang harus disimak secara lebih teliti. Jatuhnya sosialisme marxisme tidak berarti kapitalisme dan liberalisme menemukan pembenarannya. Kesalahan fundamental dari sosialisme ialah tiadanya dasar yang lebih manusiawi atas perkembangan. Martabat dan tanggung jawab pribadi manusia seakan-akan disepelekan. Di lain pihak, kapitalisme bukanlah pilihan yang tepat pula. Perkembangan yang mengedepankan eksplorasi kebebasan akan memicu ketidakadilan yang sangat besar. Centesimus Annus mengurus pula soal-soal lingkungan hidup yang menjadi permasalahan menyolok pada zaman ini.
Pope John Paul II, yang paus Foundation "Centesimus Annus Pro Pontifice (CAPP)" dengan Chirograph dari 5 Juni 1983 dan didirikan pada tanggal 1 Mei 1991 dimasukkan ke dalam kekerasan. Dia didukung oleh sekelompok orang-orang Katolik, melalui kewirausahaan yang profesional dan berkualitas, awalnya dipimpin oleh Cardinal Rosalio José Castillo Lara, sejak 2006 oleh Cardinal Attilio Nicora.
Tujuan Yayasan paus "Centesimus Annus Pro Pontifice" adalah sosial Katolik mengajar lebih dikenal untuk dilakukan, terutama surat ensiklik "Centesimus Annus". Oleh karena itu adalah dengan asosiasi keagamaan lainnya. CAPP yang akan mendukung inisiatif untuk mengembangkan keberadaan dan kegiatan Gereja Katolik di berbagai sektor masyarakat. Yayasan juga mempromosikan pencarian moneter sumbangan untuk mendukung kegiatan langsung dari Apostolic kursi.
Ensiklik ini merupakan bagian dari perayaan untuk mengucap syukur kepada Allah, yang "turun semua don yang sangat baik dan setiap anugerah yang sempurna"  ( St 1, 17), karena telah menggunakan dokumen yang dipublikasikan abad yang lalu oleh Tahta Petrus, yang telah memberikan banyak manfaat bagi Gereja dan dan menyebar begitu banyak cahaya dunia. Perayaan dibuat di sini menyangkut Leonin ensiklik dan ensiklik dan tulisan-tulisan lain dari pendahulu saya, yang telah membantu untuk membuat hadir dan hidup di dalam waktu, sehingga merupakan apa yang disebut 'sosial doktrin', ' sosial mengajar "atau bahkan" magisterium sosial "Gereja.
            Validitas ajaran ini berkaitan dan saya telah menerbitkan dua ensiklik pada tahun saya kepausan: yang Exercens Laborem pada tenaga kerja manusia, dan Sollicitudo Rei Sosialis pada masalah saat ini perkembangan individu dan masyarakat .       Pada akhir abad lalu Gereja mendapati dirinya menghadapi proses sejarah yang sudah lama, tapi kemudian mencapai puncaknya. Menentukan faktor dalam proses ini adalah satu set perubahan-perubahan radikal dalam, ekonomi, sosial, dan bahkan dalam ilmu politik dan teknologi, selain pengaruh luas ideologi dominan.
Hasil dari perubahan ini di arena politik, konsepsi baru masyarakat, negara dan, karenanya, dari otoritas. Sebuah masyarakat tradisional adalah meninggal dunia, saat ia mulai membentuk baterai dibebankan pada harapan kebebasan baru tapi pada saat yang sama dengan ancaman bentuk-bentuk baru ketidakadilan dan perbudakan.
            Dalam bidang ekonomi, di mana penemuan ilmiah dan aplikasi mereka, secara bertahap mencapai struktur baru dalam produksi barang-barang konsumsi. Ada muncul suatu bentuk baru dari harta, modal, dan bentuk baru dari tenaga kerja, upah buruh, ditandai dengan tingginya tingkat produksi, tanpa memperhatikan untuk seks, usia atau situasi keluarga, dan hanya ditentukan oleh efisiensi dengan maksud untuk meningkatkan keuntungan.
            Pekerjaan demikian menjadi komoditas, yang bisa dibeli dan dijual bebas di pasar dan harga ditentukan oleh hukum penawaran dan permintaan, tanpa memperhitungkan minimal diperlukan untuk mempertahankan individu dan keluarganya. Selain itu, pekerja bahkan tidak yakin mampu menjual "baik sendiri" mereka, terus-menerus terancam oleh pengangguran, yang, karena tidak adanya jaminan sosial, berarti momok kelaparan.
            Akibat transformasi ini adalah "pembagian masyarakat menjadi dua kelas yang dipisahkan oleh sebuah jurang yang dalam". Keadaan ini terkait dengan perubahan politik yang ditandai. Dan dominan teori politik maka demikian adalah untuk mempromosikan kebebasan ekonomi total oleh undang-undang yang sesuai, atau, sebaliknya, dengan tidak sengaja intervensi apapun. Pada saat yang sama mulai muncul di sebuah, sering kekerasan terorganisir, lain konsepsi tentang properti dan kehidupan ekonomi yang berarti sebuah organisasi sosial dan politik baru.
            Pada puncak bentrokan ini, ketika sudah jelas ketidakadilan serius dari realitas sosial, yang berkembang di banyak bagian, dan bahaya dari sebuah revolusi dibantu oleh ide-ide yang kemudian disebut "sosialis", Leo XIII campur dengan dokumen organik menghadapi "pertanyaan tenaga kerja." Dalam ensiklik ini telah didahului oleh lain yang ditujukan terutama untuk ajaran politik, kemudian akan muncul lainnya . Dalam konteks ini kita harus ingat khususnya ensiklik praestantissimum Libertas, yang menekankan hubungan intrinsik antara kebebasan manusia dengan kebenaran, sehingga kebebasan yang menolak untuk terikat pada kebenaran akan jatuh ke dalam kesewenang-wenangan dan akhirnya menyerahkan ke nafsu basest dan menghancurkan dirinya sendiri. Memang, dari mana semua kejahatan yang timbul terhadap yang ingin bereaksi Rerum Rerum, tapi kebebasan yang, di bidang sosial dan kegiatan ekonomi, dipisahkan dari kebenaran tentang manusia?
            Paus juga menarik inspirasi dalam ajaran pendahulu mereka, dokumen banyak uskup, studi ilmiah yang disponsori oleh orang awam, dalam kegiatan gerakan Katolik dan asosiasi, serta prestasi praktis dalam bidang sosial, yang ditandai kehidupan Gereja pada paruh kedua abad kesembilan belas.

Tema – Tema Pokok Ensiklik Centesimus Annus

Skema jalan pikiran Ensiklik ini serupa dengan dokumen-dokumen sebelumnya: pertama-tama dibicarakan dulu mengenai Rerum Novarum yang diperingati; berikutnya dengan menyimak pola Rerum Novarum, Ensiklik Centesimus Annus membahas “hal-hal baru zaman sekarang”; diajukan pula catatan “tahun 1989” (adalah tahun jatuhnya tembok Berlin); prinsip harta benda dunia diperuntukkan bagi semua orang; negara dan kebudayaan; manusia ialah jalan bagi Gereja; soal lingkungan hidup.
Ensiklik Paus Yohanes Paulus II “Centesimus Annus” disusun dan dikeluarkan untuk Yubileum (seratus tahun kenangan atas Ensiklik Rerum Novarum dari Paus Leo XIII). Poin-poin pokok di awal ” Centesimus Annus”, sebagai kenangan 100 tahun ajaran sosial ensiklik Rerum Novarum, yaitu sebagai berikut:
·         mengecam ideologi sosialisme yang mengingkari hak milik pribadi. Menurut paham sosialis, milik pribadi dialihkan hanya kepada negara. Turut mengecam liberalis yang punya akses kekayaan ke pihak penguasa negara, sehingga para pemilik modal menjadi “anak emas” penguasa negara.
·         tidak boleh memperlakukan buruh sebagai barang dan budak. Tapi setiap manusia harus dihargai martabatnya. Seturut keluhuran martabat Kristiani.
·         Jadi secara singkat, ada empat pokok penting dalam kenangan 100 tahun Rerum Novarum:
1.      paham sosialis harus ditolak. Karena tidak mengakui hak milik pribadi;
2.      menuntut hak akan upah yang adil: upah harus menjamin kesempurnaan hidup para buruh juga, antara lain: kesehatan, cuti hamil, meningkatkan skill dll.
3.      kaum buruh berhak untuk berserikat: sehingga kesatuan untuk membela hak-haknya makin menjadi kuat.
4.      Ada peran/intervensi negara: guna mengatur kehidupan masyarakat dan melindungi golongan lemah, seperti buruh. Ini sebagai peranan subsidier dari pihak negara.
·         masalah dan peristiwa baru dewasa ini:
a. akhir dari ideologi sosialisme (di negara komunis). Dimana sosialisme dan
paham ateis itu tak mampu memahami dimensi pribadi pada manusia.
Padahal manusia adalah Ciptaan Allah paling luhur. Bagi paham sosialis, kesejahteraan manusia diabdikan demi alat/hamba ekonomi dan tatanan hidup sosial belaka, (AC 13);
b. modal produksi dan hak milik pribadi berkait dengan kerja. Kerja sebagai
faktor produksi dari kekayaan (bumi/alam). Dan kerja disebut produktif jika mengenal baik daya produktifitas bumi. Dan juga mengenal baik kebutuhan nyata dari yang dilayani oleh kerja tersebut, (AC 31). Maka Paus menekankan bahwa sumber kekayaan hidup adalah kerja. Ini mencakup peran inisiatif (dalam aspek ekonomi) para usahawan pula. Dimana perusahaan merupakan kesatuan banyak individu dan punya sikap menanggungnya secara bersama-sama, (AC 43).
Konteks Zaman

Jatuhnya komunisme di Eropa Timur yang ditandai dengan runtuhnya tembok Berlin; Nelson Mandela – sang figur penentang diskriminasi – bebas dari penjara (1990). Memang ada sekian “hal-hal baru” yang pantas disimak




14.       The Participation of Catholics in Political life


Dokumen yang dikeluarkan oleh Kongregasi Suci untuk Ajaran Iman. Dokumen ini merupakan garis bawah pentingnya partisipasi umat Katolik pada kehidupan politik. Umat Katolik tidak boleh pasif. Tantangan perkembangan dan kemajuan demikian besar, umat Katolik diminta memiliki kesadaran-kesadaran tanggung jawab dan partisipasi untuk memajukan kehidupan bersama dalam soal-soal politik. Politik bukanlah lapangan kotor, melainkan lapangan kehidupan yang harus ditata dengan baik.

Dalam pemilihan tahun ini isu aborsi setidaknya sama signifikan di masa lalu. Selama kunjungan Paus Benediktus XVI ke Amerika Serikat pada bulan April, 2008, masalah menerima banyak publisitas ketika beberapa high-profile "pro-choice" politisi Katolik - gubernur, anggota kongres, dll - yang disiarkan televisi menerima Komuni Kudus pada Misa Kepausan. Ini masalah moral mendasar datang ke fokus lebih tajam karena calon wakil presiden dari partai Demokrat adalah Katolik senator dari Delaware yang jelas "pro-choice", dan Ketua DPR adalah "pro-choice" Katolik Demokrat senator dari California. Keduanya telah membuat pernyataan yang sangat umum dan menyesatkan tentang ajaran Gereja tentang aborsi. (Para calon Partai Republik untuk presiden dan wakil presiden tegas pada masalah kehidupan, meskipun tidak beragama Katolik.)
Sengketa ini tidak lebih dari apa ajaran moral Katolik hidup-masalah ini - bahwa seluruh hidup manusia adalah suci, bahwa hak untuk hidup merupakan dasar untuk semua hak asasi manusia lainnya, dan bahwa aborsi, pembunuhan disengaja anak-anak yang belum lahir, yang paling rentan manusia makhluk, adalah suatu kejahatan mengerikan.
            Sebaliknya, konflik berpusat pada kewajiban setiap Katolik tidak hanya untuk mengenali apa yang Gereja mengajarkan, tapi untuk secara aktif melestarikan, melindungi dan membela ajaran moral yang mendasar, menempatkan mereka dalam praktek bila memungkinkan.
            Beberapa politisi Katolik berpendapat bahwa ada "dinding pemisah" antara Gereja dan Negara, dan bahwa keyakinan seseorang hanyalah urusan pribadi dari "hati nurani" yang tidak (dan tidak harus) mempengaruhi keputusan legislatif '- tidak bahkan pada isu moral kunci .
            Salah satu manifestasi dari konflik moral dasar adalah apakah politisi Katolik yang pro-aborsi dapat diterima untuk Komuni. Hal ini menjadi masalah kontroversi, bahkan di antara beberapa pemimpin Katolik terkemuka, tidak termasuk beberapa uskup.
            Pada bagian ini, kami telah mengumpulkan sumber daya penting, termasuk kutipan dari dokumen Gereja kunci, laporan dari uskup US individu, dan link bermanfaat lainnya.
            Tujuan kami adalah untuk memberikan bantuan informatif bagi umat Katolik dalam membedakan isu yang terlibat, dan dalam membentuk dasar bagi keputusan untuk mendukung calon untuk kantor yang bekerja untuk perundang-undangan yang konsisten dengan hukum moral yang mendasar sesuai dengan ajaran Katolik.
Keadilan adalah baik tujuan dan kriteria intrinsik dari semua politik . Politik adalah lebih dari sekedar mekanisme untuk mendefinisikan aturan kehidupan publik: asal-usul dan tujuannya ditemukan dalam keadilan, yang pada dasarnya harus dilakukan dengan etika. Negara mau tak mau harus menghadapi pertanyaan bagaimana keadilan dapat dicapai di sini dan sekarang. Namun ini mengandaikan suatu yang lebih radikal bahkan pertanyaan: apakah keadilan? Masalahnya adalah salah satu alasan praktis, tetapi jika alasannya adalah untuk dilaksanakan dengan baik, itu harus menjalani pemurnian konstan, karena ia tidak pernah dapat benar-benar bebas dari bahaya kebutaan etis tertentu yang disebabkan oleh efek mempesona kekuasaan dan kepentingan khusus.
            Di sini politik dan iman bertemu. Iman oleh alam khususnya adalah sebuah perjumpaan dengan Allah yang hidup - sebuah perjumpaan membuka cakrawala baru memperluas di luar lingkup nalar. Tetapi juga kekuatan pemurni karena alasan itu sendiri. Dari sudut pandang Allah, iman alasan membebaskan dari bintik buta dan karenanya membantu untuk menjadi yang lebih lengkap sendiri. Iman memungkinkan alasan untuk melakukan tugasnya lebih efektif dan untuk melihat objek yang tepat dengan lebih jelas. Di sinilah ajaran sosial Katolik memiliki tempat: ia tidak berniat memberikan Gereja kuasa atas Negara. Apalagi itu merupakan upaya untuk memaksakan pada mereka yang tidak berbagi iman cara berpikir dan cara melakukan yang benar kepada iman. Tujuannya adalah hanya untuk membantu memurnikan akal dan memberikan kontribusi, di sini dan sekarang, untuk pengakuan dan pencapaian apa yang adil. ajaran sosial Gereja berargumen berdasarkan nalar dan hukum alam, yaitu, berdasarkan apa yang sesuai dengan sifat setiap manusia . Ini mengakui bahwa tidak Gereja tanggung jawab untuk membuat ajaran ini berlaku dalam kehidupan politik. Sebaliknya, Gereja ingin membantu membentuk hati nurani dalam kehidupan politik dan untuk merangsang wawasan yang lebih besar persyaratan otentik keadilan serta kesiapan yang lebih besar untuk bertindak sesuai, bahkan ketika ini mungkin melibatkan konflik dengan situasi kepentingan pribadi. Membangun ketertiban sosial dan sipil saja, dimana setiap orang menerima apa yang nya jatuh tempo, adalah tugas penting yang setiap generasi harus mengambil lagi. Sebagai tugas politik, ini tidak dapat's langsung tanggung jawab Gereja. Namun, karena juga merupakan tanggung jawab manusia yang paling penting, Gereja berkewajiban untuk menawarkan, melalui pemurnian akal dan melalui pembentukan etika, kontribusi sendiri yang spesifik ke arah memahami persyaratan keadilan dan mencapai mereka secara politis.

Tema – Tema Pokok

Seputar kehidupan politik dan pentingnya partisipasi umat beriman Katolik untuk peduli dengan soal-soal politik.

Konteks Zaman

Zaman ini mengukir soal-soal yang sangat menyolok: hidup manusia ditentukan oleh realitas tata politik; aneka persoalan kemunduran sosial seringkali ditandai dengan kebangkrutan politik dalam hidup bersama; soal-soal yang menyangkut kebebasan beragama dan kebebasan berkembang dalam budayanya juga menjadi perkara yang dominan pada periode sekarang ini




15.       DIGNITATIS HUMANAE (Pernyataan tentang Kebebasan Beragama)


 Dokumen lain dari Konsili Vatikan II yang sangat penting dalam kumpulan ajaran sosial Gereja adalah Pernyataan Dignitatis Humanae,di mana hak untuk kebebasan beragama dimaklumkan dengan sangat jelas dan tegas. Dokumen ini menyajikan tema tersebut dalam dua bab. Yang pertama, yang bercorak umum, menegaskan bahwa kebebasan beragama dilandaskan pada martabat pribadi manusia dan bahwa kebebasan itu mesti dikokohkan sebagai sebuah hak sipil dalam tatanan hukum masyarakat. Bab kedua mengkaji tema tersebut dalam terang wahyu serta menjelaskan dampak-dampak pastoralnya, sembari menunjukkan bahwa itu adalah sebuah hak yang tidak hanya bersangkut paut denganrang sebagai individu tetapi juga dengan berbagai kelompok orang
Dignitatis Humanæ atau Pernyataan tentang Kebebasan Beragama adalah salah satu dokumen yang signifikan dari Konsili Vatikan Kedua. Pernyataan ini disetujui oleh para Uskup dalam sebuah pemungutan suara 2.308 berbanding 70.
Judul Dignitatis Humanæ atau Martabat Pribadi Manusia (Dalam Bahasa Inggris "Of the Dignity of the Human Person" diambil dari baris pertama dokumen, sebagaimana umumnya dokumen Gereja Katolik dinamai. Kebebasan atau kekebalan dari paksaan dalam hal keagamaan yang merupakan sumbangan dari orang-orang sebagai individu juga untuk diakui sebagai hak mereka ketika mereka bertindak di masyarakat. Komunitas-komunitas keagamaan adalah persyaratan sifat sosial baik manusia dan agama itu sendiri.
            Diperoleh hanya tuntutan ketertiban umum yang diamati, komunitas agama berhak mengklaim kebebasan agar mereka dapat mengatur sendiri sesuai dengan norma mereka sendiri, menghormati Mahatinggi dalam kebaktian umum, membantu anggota mereka dalam praktek kehidupan religius, memperkuat mereka dengan instruksi, dan mempromosikan lembaga-lembaga di mana mereka bisa bergabung bersama-sama untuk tujuan pemesanan kehidupan mereka sendiri sesuai dengan prinsip agama mereka.
            Komunitas-komunitas keagamaan juga memiliki hak untuk tidak terhalang, baik oleh tindakan hukum atau tindakan administratif dari pihak pemerintah, dalam pengangkatan, pelatihan seleksi,, dan kepindahan menteri mereka sendiri, dalam berkomunikasi dengan otoritas agama dan masyarakat luar negeri, di mendirikan bangunan untuk tujuan keagamaan, dan dalam perolehan dan penggunaan dana yang sesuai atau properti.     
Komunitas-komunitas keagamaan juga memiliki hak untuk tidak terhalang dalam mengajar publik mereka dan saksi iman mereka, baik oleh diucapkan atau dengan kata-kata tertulis. Namun, dalam menyebarkan keyakinan agama dan praktik keagamaan memperkenalkan setiap orang harus setiap saat untuk menahan diri dari segala macam tindakan yang mungkin tampaknya membawa petunjuk pemaksaan atau semacam persuasi yang akan tercela atau tidak layak, terutama ketika berhadapan dengan orang miskin atau tidak berpendidikan orang. Sedemikian rupa tindakan harus dianggap sebagai penyalahgunaan hak seseorang dan pelanggaran hak orang lain.
            Selain itu, ia datang dalam arti kebebasan beragama bahwa masyarakat agama tidak harus dilarang. bebas melakukan untuk menunjukkan nilai khusus doktrin mereka dalam apa yang menyangkut organisasi masyarakat dan inspirasi dari seluruh aktivitas manusia. Akhirnya, sifat sosial manusia dan sifat agama mampu dasar dari hak orang bebas untuk mengadakan pertemuan dan mendirikan organisasi pendidikan, budaya, amal dan sosial, di bawah dorongan rasa religius mereka sendiri.
            Keluarga, karena masyarakat dalam dirinya sendiri aslinya, berhak dengan bebas untuk hidup religius sendiri domestik di bawah bimbingan orang tua. Orang tua, apalagi, memiliki hak untuk menentukan, sesuai dengan keyakinan agama mereka sendiri, jenis pendidikan agama bahwa anak-anak mereka untuk menerima. Pemerintah, karena itu, harus mengakui hak orang tua untuk membuat pilihan yang benar-benar bebas dari sekolah dan sarana pendidikan lainnya, dan penggunaan kebebasan memilih ini tidak untuk dijadikan alasan untuk memaksakan beban yang tidak adil pada orang tua, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, hak orang tua dilanggar, jika anak-anak mereka dipaksa untuk mengikuti pelajaran atau petunjuk yang tidak sesuai dengan keyakinan agama mereka, atau jika satu sistem pendidikan, dari mana semua pembentukan agama yang dikeluarkan, dikenakan pada semua.

Karena kesejahteraan umum masyarakat terdiri dalam keseluruhan kondisi kehidupan sosial dimana laki-laki menikmati kemungkinan mencapai kesempurnaan mereka sendiri dalam kepenuhan tertentu mengukur dan juga dengan beberapa relatif mudah, itu terutama terdiri dalam perlindungan hak, dan dalam pelaksanaan tugas, pribadi manusia. Oleh karena itu perawatan hak untuk kebebasan beragama devolves pada seluruh warga, pada kelompok-kelompok sosial, pada pemerintah, dan atas Gereja dan komunitas keagamaan lainnya, dalam kebajikan tugas dari semua terhadap kesejahteraan umum, dan dalam cara yang tepat untuk masing-masing.
            Perlindungan dan promosi hak-hak inviolable peringkat manusia di antara tugas penting dari pemerintah. Oleh karena itu pemerintah. Adalah mengasumsikan melindungi kebebasan beragama semua warganya, secara efektif, hanya dengan hukum dan dengan cara lain yang sesuai .
            Pemerintah juga untuk membantu menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pembinaan kehidupan beragama, supaya orang mungkin benar-benar diaktifkan untuk menggunakan hak keagamaan mereka dan untuk memenuhi kewajiban agama mereka, dan juga agar masyarakat itu sendiri dapat keuntungan dengan kualitas moral keadilan dan perdamaian yang asalnya dalam kesetiaan laki-laki kepada Allah dan kudus-Nya akan .
            Jika, dilihat dari keadaan aneh mendapatkan antara masyarakat, pengakuan sipil khusus diberikan kepada satu komunitas agama dalam tatanan konstitusional masyarakat, maka pada saat yang sama penting bahwa hak semua warga negara dan komunitas keagamaan untuk kebebasan beragama harus diakui dan dibuat efektif dalam prakteknya.
            Akhirnya, pemerintah adalah untuk memastikan bahwa kesetaraan warga negara di depan hukum, yang itu sendiri merupakan unsur kesejahteraan umum, tidak pernah dilanggar, baik secara terbuka atau diam-diam, karena alasan agama. Juga tidak ada harus diskriminasi antara warga negara.
Oleh karena itu suatu kesalahan dilakukan ketika pemerintah menetapkan atas orang-orangnya, dengan paksaan atau rasa takut atau cara lain, profesi atau penolakan agama apapun, atau jika menghalangi orang dari bergabung atau meninggalkan suatu komunitas religius. Semua lebih sebuah pelanggaran kehendak Allah dan hak-hak suci orang dan keluarga bangsa-bangsa ketika gaya dibawa untuk menanggung dengan cara apapun untuk menghancurkan atau menekan agama, baik dalam seluruh umat manusia atau suatu negara tertentu atau komunitas tertentu.

Tema – Tema Pokok

Seputar kehidupan manusia yg berpindah agama dengan alasan yg berbeda dan tertentu yg terkadang banyak ditentang oleh bnyak pihak maupun Negara.

Konteks Zaman

Zaman ini mengukir soal-soal yang sangat menyolok: hidup manusia ditentukan karena adanya suatu panggilan dari agama lain yang ingin dia kenal lebih dekat sehingga menjadi agama yang diyakininya tapi masi ada orang yg menentang perbuatanya untuk berpindah agama dari orang maupun pemerintah dalam bentuk kebebasan mendirikan rumah ibadah.



16.       THEOLOGY OF LIBERATION (Teologi Pembebasan)
Kongregasi Doktrin Iman, 6 Agustus 1984

Teologi pembebasan adalah sebuah gerakan Kristen di teologi politik yang menafsirkan ajaran Yesus Kristus dalam kaitannya dengan pembebasan dari kondisi ekonomi, politik, atau sosial yang tidak adil. Ini telah digambarkan oleh para pendukung sebagai "interpretasi iman Kristen melalui miskin penderitaan, perjuangan dan harapan, dan kritik dari masyarakat dan iman Katolik dan Kristen melalui mata orang miskin", dan oleh pengkritik sebagai dikristenkan Marxisme .
Meskipun teologi pembebasan telah tumbuh menjadi sebuah dan antar-denominasi gerakan internasional, mulai sebagai suatu gerakan dalam Katolik Roma gereja di Amerika Latin pada tahun 1950-1960-an. Pembebasan teologi muncul terutama sebagai reaksi moral terhadap kemiskinan yang disebabkan oleh ketidakadilan sosial di wilayah itu. Istilah ini diciptakan pada tahun 1971 oleh Peru imam Gustavo Gutiérrez , yang menulis salah satu gerakan yang paling terkenal buku-buku, Sebuah Teologi Pembebasan . eksponen mencatat lainnya adalah Leonardo Boff dari Brazil, Jon Sobrino El Salvador, dan Juan Luis Segundo Uruguay.
Pengaruh teologi pembebasan berkurang setelah para pendukung menggunakan konsep Marxis diberi peringatan oleh Vatikan s ' Kongregasi Ajaran Iman (CDF) pada tahun 1984 dan 1986. Vatikan mengkritik strain tertentu Teologi Pembebasan untuk berfokus pada dimensi kelembagaan dosa dengan mengesampingkan individu, dan karena diduga misidentifying hirarki gereja sebagai anggota kelas istimewa.
Secara sederhana, Teologi Pembebasan adalah sebuah usaha untuk menafsirkan Kitab Suci melalui penderitaan masyarakat miskin. Hal ini sebagian besar merupakan doktrin humanistik. Hal ini dimulai di Amerika Selatan pada tahun 1950-an bergolak ketika Marxisme membuat keuntungan besar di antara masyarakat miskin karena penekanannya pada redistribusi kekayaan, yang memungkinkan petani miskin untuk berbagi dalam kekayaan elit kolonial dan dengan demikian peningkatan status ekonomi mereka dalam kehidupan. Sebagai teologi, ia telah sangat kuat akar Roma Katolik.
            Teologi Pembebasan itu diperkuat tahun 1968 di Konferensi Uskup Amerika Latin kedua yang bertemu di Medellin, Kolombia. Idenya adalah untuk mempelajari Alkitab dan untuk memperjuangkan keadilan sosial dalam Kristen (Katolik) masyarakat. Karena model pemerintah hanya untuk redistribusi kekayaan di negara Amerika Selatan adalah model Marxis, redistribusi kekayaan untuk meningkatkan standar ekonomi masyarakat miskin di Amerika Selatan mengambil rasa Marxis tertentu. Karena mereka yang memiliki uang sangat enggan untuk berpisah dengan dalam setiap model redistribusi kekayaan, penggunaan populis (baca miskin) pemberontakan didorong oleh mereka yang bekerja paling dekat dengan orang miskin. Akibatnya, Teologi Pembebasan model terperosok dalam dogma Marxis dan menyebabkan revolusioner.
            Sebagai hasil dari kecenderungan Marxis-nya, Teologi Pembebasan seperti yang dilakukan oleh para uskup dan imam Amerika Selatan dikritik pada tahun 1980 oleh hirarki Katolik, dari Paus Yohanes Paulus di bawah. Hirarki atas Gereja Katolik dituduh teolog pembebasan mendukung revolusi kekerasan dan perjuangan kelas Marxis langsung. penyimpangan ini biasanya hasil dari pandangan humanis manusia yang dikodifikasikan ke dalam Gereja Doktrin oleh imam bersemangat dan uskup dan menjelaskan mengapa hirarki Katolik atas sekarang ingin memisahkan diri dari doktrin Marxis dan revolusi.
Pembebasan teologi dimulai dengan premis bahwa teologi semua bias - yaitu, teologi tertentu mencerminkan kelas ekonomi dan sosial dari mereka yang dikembangkan mereka. Oleh karena itu, teologi tradisional dominan di Amerika Utara dan Eropa dikatakan "mengabadikan kepentingan putih, / Amerika Utara Eropa, laki-laki kapitalis." Teologi ini diduga "mendukung dan melegitimasi sistem politik dan ekonomi - kapitalisme demokrasi - yang bertanggung jawab untuk memanfaatkan dan memiskinkan Dunia Ketiga."
            Seperti Bonhoeffer, teolog pembebasan mengatakan teologi harus dimulai dengan "pandangan dari bawah" - yaitu, dengan penderitaan kaum tertindas. Dalam kerangka yang luas, teolog pembebasan berbeda telah mengembangkan metodologi khusus untuk teologi "melakukan". Sejak munculnya teologi pembebasan dan pertumbuhan yang pesat melalui komunitas-komunitas basis gerejawi, memecah belah perpecahan telah terjadi antara kepemimpinan Vatikan dan teolog Katolik Roma di Amerika Latin. Selama beberapa dekade yang lalu, Vatikan telah menjadi semakin terbuka untuk konsep pembebasan.
            Sebagai contoh, Konsili Vatikan II - diadakan di Roma 1962-1965 - mengutuk kesenjangan yang lebar antara negara kaya dan miskin dunia. pemimpin Gereja itu menyatakan sebuah "pilihan preferensial bagi masyarakat miskin." Tiga tahun kemudian, Medellin Konferensi Uskup Amerika Latin (1968) mengecam ketidaksetaraan ekstrim di antara kelas sosial serta penggunaan adil kekuasaan dan eksploitasi.
            Paus Yohanes Paulus II telah selama bertahun-tahun mengabdikan dirinya untuk menetapkan kebijakan seimbang pada aktivisme politik bagi rohaniwan Katolik Roma. Dia telah kukuh menganjurkan keadilan sosial, tetapi juga konsisten memperingatkan para ulama tentang menjadi terlalu terlibat dalam urusan sekuler dan tentang bahaya Marxisme.

Tema – Tema Pokok Ensiklik Theology of Liberation

Sebagian besar isinya ialah tentang teologi pembebasa sebuah gerakan Kristen di teologi politik yang menafsirkan ajaran Yesus Kristus dalam kaitannya dengan pembebasan dari kondisi ekonomi, politik, atau sosial yang tidak adil. Ini telah digambarkan oleh para pendukung sebagai "interpretasi iman Kristen melalui miskin penderitaan, perjuangan dan harapan, dan kritik dari masyarakat dan iman Katolik dan Kristen melalui mata orang miskin", dan oleh pengkritik sebagai dikristenkan Marxisme .
Meskipun teologi pembebasan telah tumbuh menjadi sebuah dan antar-denominasi gerakan internasional,

Konteks Zaman

Pada saat aliraan agama yang semaikin banyak ,karena banyak penafsiran dari para tokoh teolog yg ada di seluruh dunia mengenai agama.




17.       SACRAMENTUM CARITATIS ("Sakramen Kasih")

Caritatis Sacramentum ("Sakramen Kasih") adalah yang pertama pasca- synodal ( Roma , 2 Oktober 2005-Oktober 23, 2005) nasihat apostolik oleh Paus Benediktus XVI . Itu ditandatangani 22 Februari 2007.
Dokumen ini menguraikan tentang sakramen dari Ekaristi . Setelah pendahuluan, itu terdiri dari tiga bagian, masing-masing menyajikan perspektif yang berbeda dari Gereja pemahaman 'Ekaristi.
Ini menyangkut dokumen kata sakramen Ekaristi dan dibagi dalam tiga bagian berputar di sekitar Ekaristi sebagai misteri ;
(1) dapat dipercaya,
(2) untuk dirayakan, dan
(3) harus dijalani.

Bisa dipercaya
Karena Ekaristi tidak menawarkan apapun yang hanya kita tetapi orang yang sangat Yesus Kristus itu harus dianggap sebagai sumber dan puncak kehidupan Kristen. Ekaristi adalah par excellence, misteri iman itu sendiri karena iman kita yang terkandung di dalamnya. Iman adalah pertama-tama terbangun oleh firman Tuhan dan kemudian dipelihara dan dibuat untuk tumbuh dalam perjumpaan dengan Kristus Yesus yang bangkit yang hadir dalam Sakramen Ekaristi. Paragraf 7-11 menafsirkan Alkitab sebagai Yesus menyajikan secara bebas memberikan diri dalam berkorban untuk kita dan membawa tentang perjanjian baru dan kekal kebaruan radikal yang terkandung dalam setiap perayaan Ekaristi. Dia adalah sastra roti hidup yang telah turun dari surga (ref Yoh 6:51). Ini sama paragraf bersama dengan ayat 12 sekarang ini dimensi Trinitarian dalam Ekaristi dimana Yesus diutus oleh Bapa yang kekal dan disusun atas kelahirannya itu oleh kuasa Roh Kudus. Roti dan anggur transubstantiate ke dalam tubuh dan darah Yesus Kristus dalam cara yang sama: sebagai diutus oleh Bapa dan ditransformasikan oleh Roh Kudus .Karena keindahan Ekaristi berkaitan langsung dengan Kristus secara pribadi, itu memungkinkan para peserta sekilas ke dalam negara eskatologis urusan .



Harus dirayakan
Dalam perayaan Ekaristi, Yesus Kristus menunjukkan kepada kita bagaimana kebenaran cinta bisa mengubah bahkan misteri gelap kematian ke dalam cahaya bersinar kebangkitan. Melalui Ekaristi, Dia menjadi semua dalam semua, hadir dalam totalitas-Nya dalam diri para anggota Gereja .
Para anggota individu membentuk batu rohani Gereja. Menyanyi adalah ekspresi dari sukacita dan, jika kita mempertimbangkan materi, ungkapan cinta. Manusia baru menyanyikan sebuah lagu baru.

Kita juga harus menekankan hubungan antara Sinode baru-baru ini Uskup tentang Ekaristi dan peristiwa yang telah terjadi di kehidupan Gereja dalam beberapa tahun terakhir. Pertama-tama, kita harus mengingat Jubileum Agung tahun 2000, Tahun dengan yang Pendahulu saya tercinta, Hamba Allah Yohanes Paulus II, yang dipimpin Gereja Kristen ke milenium ketiga. Tahun Yobel jelas memiliki dimensi Ekaristi signifikan. Juga tidak dapat kita lupa bahwa Sinode para Uskup didahului, dan dalam arti dipersiapkan untuk, dengan Tahun Ekaristi yang Yohanes Paulus II, dengan pandangan ke depan yang besar, ingin seluruh Gereja untuk merayakan.            Tahun itu, yang dimulai dengan Kongres Ekaristi Internasional di Guadalajara pada Oktober 2004 , berakhir pada 23 Oktober 2005 , pada akhir XI Synodal Majelis, dengan kanonisasi lima orang kudus khususnya dibedakan untuk kesalehan Ekaristi mereka: Uskup Józef Bilczewski, Bapa Gaetano Catanoso, Zygmunt Gorazdowski dan Alberto Hurtado Cruchaga, dan Kapusin Fra Felice da Nicosia. Berkat ajaran yang diajukan oleh Yohanes Paulus II dalam Surat Apostolik Mane Nobiscum Domine dan saran bermanfaat Kongregasi untuk Ibadat dan Disiplin Sakramen, banyak inisiatif dilakukan oleh Keuskupan dan berbagai kelompok gerejawi dalam rangka untuk membangunkan kembali dan meningkatkan iman Ekaristi, untuk meningkatkan kualitas perayaan Ekaristi, untuk mempromosikan adorasi Ekaristi dan untuk mendorong solidaritas praktis yang, mulai dari Ekaristi, akan menjangkau mereka yang membutuhkan. Akhirnya, menyebutkan harus terbuat dari pentingnya terhormat Pendahulu's Ensiklik terakhir, Ecclesia de Eucharistia, di mana ia meninggalkan kami pernyataan magisterial yakin Gereja mengajar pada Ekaristi dan kesaksian akhir tempat pusat yang ilahi ini sakramen yang ada dalam hidupnya sendiri,
Dan Post-Synodal Apostolik berusaha untuk mengambil kekayaan dan keragaman refleksi dan proposal yang baru-baru ini muncul dari Sidang Umum Biasa dari Sinode para Uskup - dari Lineamenta ke Propositiones , sepanjang jalan laboris Instrumentum , maka Relationes ante dan post disceptationem , intervensi dari para Bapa Sinode, yang auditores dan delegasi persaudaraan - dan dapat menawarkan beberapa petunjuk dasar yang ditujukan untuk memperbaharui komitmen terhadap minat dan semangat Ekaristi di Gereja. Sadar akan warisan besar doktrin dan disiplin terakumulasi selama berabad-abad yang berkaitan dengan sakramen ini, Saya ingin di sini untuk mendukung keinginan diungkapkan oleh para Bapa Sinode dengan mendorong orang-orang Kristen untuk memperdalam pemahaman mereka tentang hubungan antara yang misteri Ekaristi , yang tindakan liturgi , dan ibadah rohani yang baru yang berasal dari Ekaristi sebagai sakramen amal
SC 88:    Ekaristi adalah misteri untuk dipersembahkan kepada dunia; Ekaristi adalah   roti yang dibagi-bagi untuk kehidupan dunia (Yoh 6:51).
SC 89:    Ekaristi memiliki ciri sosial: kesatuan dengan juga merupakan kesatuan dengan semua orang. Saya tidak dapat memiliki Kristus hanya untuk diri saya sendiri. Saya dapat menjadi anggota-Nya hanya dalam kesatuan dengan semua yang menjadi milik-Nya.
Maka: hubungan ekaristi dan komitmen sosial harus dinyatakan secara eksplisit.
SC 91-92: menyebut secara eksplisit tema ASG.
Tema – Tema Pokok Ensiklik Sacramentum Caritatis

Untuk mendukung keinginan diungkapkan oleh para Bapa Sinode dengan mendorong orang-orang Kristen untuk memperdalam pemahaman mereka tentang hubungan antara yang misteri Ekaristi , yang tindakan liturgi , dan ibadah rohani yang baru yang berasal dari Ekaristi sebagai sakramen amal .



Konteks Zaman

Mengingat kebutuhan untuk menemukan kembali pengampunan sakramental, harus ada sebuah Lembaga Pemasyarakatan di setiap Keuskupan. Akhirnya, dan suara praktek seimbang mendapatkan indulgensi , baik untuk diri sendiri atau untuk orang mati, dapat bermanfaat untuk penghargaan yang diperbarui dari hubungan antara Ekaristi dan Rekonsiliasi. Dengan ini berarti umat beriman mendapatkan "pengampunan di hadapan Allah dari hukuman sementara akibat dosa-dosa yang kesalahannya telah diampuni." 




18.       CARITASIN VERITATE ("Amal di Kebenaran")
Paus Benediktus XVI ( 2009 )

Caritas di Veritate ( Latin : "Amal di Kebenaran" ) adalah yang ketiga ensiklik dari Paus Benediktus XVI dan ensiklik pertama sosialnya. Itu ditandatangani pada tanggal 29 Juni 2009, dan diumumkan pada tanggal 7 Juli 2009. Pada awalnya diterbitkan dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Polandia, Portugis, dan Spanyol.
Ensiklik berkaitan dengan masalah-masalah perkembangan global dan kemajuan menuju kebaikan bersama, dengan alasan bahwa kedua Kasih dan Kebenaran merupakan elemen penting dari suatu respon yang efektif. Karya ini ditujukan kepada semua lapisan masyarakat global - ada titik-titik tertentu yang ditujukan pada para pemimpin politik, pemimpin bisnis, pemimpin agama, penyedia dana dan lembaga bantuan tetapi bekerja secara keseluruhan juga ditujukan kepada semua orang yang baik akan.
Ensiklik berisi refleksi terperinci mengenai masalah-masalah ekonomi dan sosial dan masalah. Paus menunjukkan bahwa Gereja tidak menawarkan solusi teknis yang spesifik, tetapi prinsip-prinsip moral lebih untuk menginformasikan membangun solusi tersebut. Tema ekonomi meliputi serangan terhadap fundamentalisme pasar bebas, meskipun polarisasi sederhana dari model pasar bebas versus intervensionis solusi pemerintah besar ditolak. Ada penekanan tentang perlunya tindakan dari semua pelaku ekonomi untuk diberitahu oleh etika serta motif profit. daerah lain yang dibahas meliputi kelaparan, lingkungan, migrasi, pariwisata seksual, bioetika, relativisme budaya, solidaritas sosial, energi dan isu-isu kependudukan. Charity dalam kebenaran, yang menjadi saksi Yesus Kristus dengan kehidupan duniawi dan terutama oleh kematian dan kebangkitan, merupakan kekuatan pendorong utama di balik pengembangan otentik setiap orang dan semua umat manusia. Love - caritas - merupakan kekuatan luar biasa yang menyebabkan orang untuk memilih dan murah hati keterlibatan berani di bidang keadilan dan perdamaian. Ini adalah kekuatan yang berasal dari Allah, Abadi Cinta dan Kebenaran Mutlak. Setiap orang menemukan kebaikan mereka dengan ketaatan pada rencana Tuhan untuk dia, dalam rangka mewujudkan sepenuhnya: dalam rencana ini, dia menemukan kebenaran, dan melalui kepatuhan terhadap kebenaran ini ia menjadi bebas (bdk. Yoh 8:32). Untuk membela kebenaran, untuk mengartikulasikan dengan kerendahan hati dan keyakinan, dan untuk memberi kesaksian dalam hidup Oleh karena itu menuntut dan bentuk yang tidak terpisahkan dari amal. Amal, pada kenyataannya, "karena kebenaran" (1 Kor 13:6). Semua orang merasakan dorongan interior untuk mencintai otentik: cinta dan kebenaran tidak pernah meninggalkan mereka sepenuhnya, karena ini adalah panggilan ditanam oleh Allah dalam hati dan pikiran setiap orang manusia. Pencarian cinta dan kebenaran adalah dimurnikan dan dibebaskan oleh Yesus Kristus dari pemiskinan yang membawa kemanusiaan kita itu, dan dia menyatakan kepada kita dalam segala kepenuhan inisiatif cinta dan rencana untuk hidup benar bahwa Tuhan telah disiapkan untuk kita. Di dalam Kristus, amal dalam kebenaran menjadi Wajah nya Person, suatu panggilan bagi Charity adalah cinta diterima dan diberikan. Ini adalah "kasih karunia" ( Charis ). Sumbernya adalah mata air kasih Bapa untuk Anak, dalam Roh Kudus. Cinta datang kepada kita dari Anak. Ini adalah kasih kreatif, melalui mana kita hidup, itu adalah kasih penebusan, melalui mana kita diciptakan. Cinta itu terungkap dan dibuat hadir oleh Kristus (bdk. Yoh 13:1) dan "dituangkan ke dalam hati kita melalui Roh Kudus" (Rom 5:5). Sebagai objek, pria kasih Allah dan perempuan menjadi subyek amal, mereka dipanggil untuk membuat diri mereka instrumen kasih karunia, sehingga mencurahkan's amal Allah dan untuk menenun jaringan amal.kita untuk mengasihi saudara-saudara kita dalam kebenaran rencananya. Memang, ia sendiri adalah Kebenaran (lih. Yoh 14:6).
            Charity merupakan inti dari doktrin sosial Gereja. Setiap tanggung jawab dan setiap komitmen yang dieja oleh doktrin yang berasal dari amal yang menurut ajaran Yesus, adalah sintesis dari seluruh Hukum (cf. Mat 22:36 - 40). Ini memberikan substansi nyata terhadap hubungan pribadi dengan Allah dan dengan tetangga, itu adalah prinsip tidak hanya mikro-hubungan (dengan teman-teman, dengan anggota keluarga atau dalam kelompok kecil), tetapi juga makro-hubungan (, ekonomi dan politik yang sosial) . Bagi Gereja, dan diperintahkan oleh Injil, amal adalah segalanya karena, seperti Santo Yohanes mengajar (cf. 1 Yoh 4:8, 16) dan saat aku ingat pertama saya di Surat Ensiklik , "Allah kasih".       ( Deus Caritas Est ): semuanya mempunyai asal dalam cinta Tuhan, semuanya dibentuk oleh itu, semuanya diarahkan ke arah itu . Cinta adalah karunia terbesar Tuhan untuk umat manusia, itu adalah janji dan harapan kita.



Tema – Tema Pokok Ensiklik Caritas in Veritate

Charity dalam kebenaran, yang menjadi saksi Yesus Kristus dengan kehidupan duniawi dan terutama oleh kematian dan kebangkitan, merupakan kekuatan pendorong utama di balik pengembangan otentik setiap orang dan semua umat manusia. Love - caritas - merupakan kekuatan luar biasa yang menyebabkan orang untuk memilih dan murah hati keterlibatan berani di bidang keadilan dan perdamaian.

Konteks Zaman

Pada tahun 1967, ketika ia mengeluarkan Ensiklik Populorum Progressio , pendahulu saya Paus Paulus VI terhormat menerangi tema besar pengembangan masyarakat dengan kemuliaan kebenaran dan cahaya lembut's amal Kristus. Dia mengajarkan bahwa hidup dalam Kristus adalah faktor pertama dan utama pembangunan dan dia mempercayakan kami dengan tugas perjalanan jalan pembangunan dengan segenap hati kita dan semua kecerdasan kita, yang mengatakan dengan kegairahan amal dan hikmat kebenaran.
 Ajaran sosial adalah milik Gereja karena Gereja adalah subjek yang merumuskannya, menyebarluaskannya dan mengajarkannya. Ajaran sosial Gereja bukanlah sebuah hak prerogatif dari satu komponen tertentu dalam lembaga gerejawi melainkan dari keseluruhan jemaat; ajaran sosial.Gereja adalah bentuk ungkapan dari cara Gereja memahami masyarakat serta posisinya sendiri berkenaan dengan berbagai struktur serta perubahan sosial. Keseluruhan jemaat Gereja – para imam, biarawan dan kaum awam – ambil bagian dalam perumusan ajaran sosial ini, masingmasing menurut tugas, karisma serta pelayanan yang berbeda-beda yang ditemukan di dalam Gereja.
Istilah “ajaran sosial” merunut kembali ke Paus Pius XI139 dan merujuk pada “kumpulan” ajaran yang bersangkut paut dengan soal-soal yang relevan dengan masyarakat yang, sejak Surat Ensiklik Rerum Novarum dari Paus Leo XIII, dikembangkan di dalam Gereja melalui Magisterium Uskup Roma dan para uskup dalam persekutuan dengannya.Perhatian Gereja untuk persoalan-persoalan sosial tentu saja tidak baru dimulai dengan dokumen tersebut, karena Gereja tidak pernah lalai menunjukkan perhatiannya terhadap masyarakat. Namun demikian, Ensiklik Rerum Novarum menandai permulaan sebuah jalan baru. Seraya mencangkokkan dirinya pada sebuah tradisi yang telah berusia ratusan tahun, ensiklik itu mengisyaratkan sebuah permulaan baru dan sebuah perkembangan yang istimewa dari ajaran Gereja dalam bidang persoalan-persoalan sosial.Dalam perhatian yang terus-menerus terhadap manusia yang hidup di tengah masyarakat, Gereja telah mengumpulkan sebuah khazanah doktrinal yang kaya. Khazanah ini memiliki akar-akarnya dalam Alkitab, khususnya Injil-Injil dan tulisan-tulisan apostolik, dan mulai mendapat bentuk serta kumpulannya sejak Bapa-Bapa Gereja dan para Pujangga agung dari abad pertengahan, yang berupa sebuah doktrin di mana biarpun tanpa maklumat Magisterium secara eksplisit dan langsung Gereja secara perlahan-lahan mengakui kewenangannya sendiri.



Ada 13 dokumen yang dapat dikategorikan sebagai ASG :

 1. Rerum Novarum, "Keadaan Buruh", 1891, Paus Leo XIII
 2. Quadragesimo Anno, "Empat Puluh Tahun Kemudian", 1931, Paus Pius XI
 3. Mater et Magistra, "Kekristenan dan Kemajuan Sosial", 1961, Paus Yohanes XXIII
 4. Pacem in Terris, "Perdamaian Dunia", 1963, Paus Yohanes XXIII
 5. Gaudium et Spes,"Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Modern",1965,
    Konsili Vatikan II
 6. Dignitatis Humanae, "Deklarasi tentang Kebebasan Beragama", 1965, Konsili
    Vatikan II
 7. Populorum Progressio, "Tentang Kemajuan Bangsa", 1967, Paus Paulus VI
 8. Octogesima Adveniens, "Panggilan untuk bertindak, dalam rangka Memperingati
    ulang tahun ke-80 Rerum Novarum, 1971, Paus Paulus VI
 9. Iustitia in Mundo, "Keadilan di Dunia", 1971, Sinode Uskup di Roma
10. Evangelii Nuntiandi, "Penginjilan dalam dunia modern", 1975, Paus Paulus VI
11. Laborem Excersens, "Tentang Kerja Manusia", 1981, Paus Yohanes Paulus II
12. Solicitudo rei socialis, "Tentang Keprihatinan Sosial", 1987, Paus Yohanes Paulus
13. Centesimus Annus, "Pada peringatan Ulang Tahun ke-100 Rerum Novarum",
      1991, Paus Yohanes Paulus II
14. The Participation of Catholics in Political life
15. Dignitatis Humanae (Pernyataan tentang Kebebasan Beragama)
16. Theology Of Liberation (Teologi Pembebasan) Kongregasi Doktrin Iman,
       6 Agustus 1984
17. Sacramentum Caritatis ("Sakramen Kasih")
18. Caritasin Veritate ("Amal di Kebenaran") Paus Benediktus XVI ( 2009 )


Keseluruhan dokumen tersebut haruslah dibaca dan dimengerti sesuai dengan jaman yang melingkupi pembuatan dokumen tersebut, inilah kekayaan kita yang menghargai adanya Tradisi dalam gereja kita. Misalnya munculnya Rerum Novarum, tidak lepas dari situasi abad ke-19dimana buruh / pekerja kurang dimanusiawikan dalam lingkup dunia industri saat ituDokumen-dokumen sosial dari para uskup tersebut mencerminkan pergulatan Gereja dalam usaha menghadirkan diri di tengah kehidupan bermasyarakat dalam konteks masing-masing. Karena itu, ASG tidak dapat dipahami melulu sebagai kumpulan dokumen sosial yang diterbitkan oleh Magisterium. Sementara dokumen atau ensiklik sosial berisikan ajaran sosial yang kurang lebih baku, ASG ditafsirkan dan dijabarkan dalam pergulatan umat kristiani di tengah-tengah kehidupan sosial, politik, budaya dan ekonomi (bdk. Kieser, 2). Kehidupan bermasyarakat dan konteks hidup sehari-harinya menjadi lapangan konkret bagi pengembangan ajaran sosial Gereja. Dengan kata lain, ASG telah ada sejak umat kristiani menjalani hidup di tengah masyarakat dan dunia.
Ajaran Sosial Gereja atau ASG berisikan ajaran Gereja tentang permasalahan keadilan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. ASG berusaha membawakan terang Injil ke dalam persoalan keadilan sosial di tengah jaringan relasi masyarakat yang begitu kompleks. Dengan kata lain, ASG berusaha mengaplikasikan ajaran-ajaran Injil ke dalam realitas sosial hidup bermasyarakat di dunia. Tujuan ASG adalah menghadirkan kepada manusia rencana Allah bagi realitas sekular dan menerangi serta membimbing manusia dalam membangun dunia seturut rencana Tuhan (bdk. Hervada).
Keberadaan ASG dalam Gereja tidak dapat dilepaskan dari kenyataan bahwa Gereja diutus oleh Tuhan ke dalam dunia (bdk. Yoh 17:18). Tuhan bahkan tidak berpikir untuk mengambil Gereja dari dunia (bdk. Yoh 17:15). Tuhan mengutus Gereja ke dunia untuk menjadi sakramen kehadirannya dan menandai hadirnya tanda dan sarana keselamatan Tuhan di dunia. Karena itu, tugas Gereja adalah hadir di dunia, bukan lari dari dunia. Misinya adalah mewartakan dan mengomunikasikan keselamatan Kristus, yang disebutNya “Kerajaan Allah”, yakni persatuan dengan Allah dan persatuan seluruh umat manusia. Dengan hadir di dunia, Gereja menjadi benih dan awal dari Kerajaan Allah (bdk. Compendium art. 49).
Warta keselamatan Kristus melalui kehadiran Gereja menuntut terjadinya perubahan nyata tatanan dunia sesuai dengan yang dikehendaki Kristus. Cinta kasih Kristus, yang menjadi perintah utama dan syarat utama sebagai murid Tuhan (Yoh 13:35), harus diterapkan kepada sesama dalam relasi sehari-hari. Perwujudan cinta kasih itu bukan sekedar menyapa orang lain, memberi senyum, dan membantu dengan mengulurkan tangan. Perintah kasih diwujudkan dalam konteks membuat dunia ini menjadi tempat yang sesuai dengan kehendak Allah dan membangun KerajaanNya. Maka, membangun keadilan sosial, menebarkan perdamaian, mengutamakan kepentingan mereka yang paling membutuhkan, mempromosikan hormat terhadap martabat manusia merupakan bentuk nyata dari aplikasi perintah kasih. Ajaran Sosial Gereja berkaitan langsung dengan bagaimana hukum cinta kasih Kristus dilaksanakan oleh Gereja dalam hidup sehari-hari di tengah masyarakat dan dunia.

5 comments:

  1. thanks ya, kak info nya :) Lengkap bgt..
    GBU

    ReplyDelete
  2. Artikel yang sangat menarik, smeoga solidaritas gereja terus tumbuh dalam inamn.... Saya ingin berbagi wawancara dengan Leonardo da Vinci (imajiner) di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2018/03/wawancara-dengan-leonardo.html

    ReplyDelete
  3. apa bedanya perjuangan gereja dan perjuangan kaum komunis dalam membanttu para buruh?

    ReplyDelete