Ajaran Sosial Gereja atau ASG
berisikan ajaran Gereja tentang permasalahan keadilan di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat. ASG berusaha membawakan terang Injil ke
dalam persoalan keadilan sosial di tengah jaringan relasi masyarakat yang
begitu kompleks. Dengan kata lain, ASG berusaha mengaplikasikan ajaran-ajaran
Injil ke dalam realitas sosial hidup bermasyarakat di dunia. Tujuan ASG adalah
menghadirkan kepada manusia rencana Allah bagi realitas sekular dan menerangi
serta membimbing manusia dalam membangun dunia seturut rencana Tuhan (bdk.
Hervada).
Secara sempit ASG dimengerti
sebagai kumpulan aneka dokumen (umumnya disebut ensiklik) yang dikeluarkan oleh
Magisterium Gereja dan berbicara tentang persoalan-persoalan sosial.
1. RERUM NOVARUM (KONDISI KERJA)
Paus Leo XIII, 15 Mei 1891
Ensiklik Paus
Leo XIII
RN
(Rerum Novarum) merupakan Ensiklik pertama ajaran sosial Gereja. Menaruh fokus
keprihatinan pada kondisi kerja pada waktu itu, dan tentu saja juga nasib para
buruhnya. Tampilnya masyarakat terindustrialisasi mengubah pola lama hidup
bersama, pertanian. Tetapi, para buruh mendapat perlakuan buruk. Mereka
diperas. Jatuh dalam kemiskinan struktural yang luar biasa. Dan tidak mendapat
keadilan dalam upah dan perlakuan.
Ensiklik
RENUM NOVARUM merupakan ensiklik pertama yang menaruh perhatian pada
masalah-masalah sosial secara sistematis dan dalam jalan pikiran yang berangkat
dari prinsip keadilan universal. Dalam RENUM NOVARUM hak-hak buruh dibahas dan
dibela. Pokok-pokok pemikiran RENUM NOVARUM menampilkan tanggapan Gereja
atas isu-isu keadilan dan pembelaan atas martabat manusia (kaum buruh). Bersama
dengan karya Leo lainnya dan masa kepemimpinannya sebagai Paus yang panjang
(1878–1903), salah satu akibatnya yang mendalam adalah mendorong Gereja Katolik
dan hierarkhinya ke dalma dunia modern. Pada saat itu dukungannya kepada
serikat buruh dan upah yang layak dipandang sebagai pandangan kiri yang
radikal.Namun pernyataan-pernyataan yang lain tampaknya juga menentang
kapitalisme. Banyak dari posisi dalam Rerum Novarum didukung oleh ensiklik-ensiklik
lainnya, khususnya Quadragesimo Anno (1931) dari Paus Pius XI, Mater et
Magistra (1961) dari Paus Yohanes XXIII dan Centesimus Annus (1991) dari Paus
Yohanes Paulus II. Uskup Agung Westminster, Kardinal Henry Edward Manning
memainkan peranan yang paling berpengaruh dalam penyusunan ensiklik ini.
Sebelumnya ia adalah seorang pendeta Anglikan yang mempunyai kecenderungan
evangelikal. Ia membawa pengaruh yang berasal dari karya John Wesley ke dalam
Gereja Katolik modern.
Rerum Novarum menelisik masalah-masalah kerja dengan
menggunakan sebuah metodologi yang kemudian menjadi “suatu paradigma yang berkanjang”
bagi perkembangan-perkembangan selanjutnya dalam ajaransosial Gereja.
Prinsip-prinsip yang ditegaskan Paus Leo XIII kelak diangkat kembali dan dipelajari
secara lebih mendalam dalam ensiklik-ensiklik sosial selanjutnya. Keseluruhan
ajaran sosial Gereja dapat dilihat sebagai sebuah pemutakhiran, sebuah analisis
yang lebih mendalam serta sebuah perluasan terhadap intipati asali dari
prinsip-prinsip yang Rerum Novarum.
Bersama teks yang berani lagi berwawasan jauh ke depan ini, Paus Leo XIII
“memberi Gereja semacam ‘status kewarganegaraan’ di tengah realitas-realitas
kehidupan publik yang sedang berubah”dan membuat sebuah “pernyataan yang sangat
tegas” yang kemudian menjadi “unsur permanen ajaran sosial Gereja”. Beliau
mengakui bahwa masalah-masalah sosial yang berat “hanya akan dapat dipecahkan bila
semua tenaga dan sumber daya dikerahkan secara terpadu”dan menambahkan bahwa
“menyangkut Gereja, kerja sama dari pihaknyatidak akan pernah pudar”.
Tema-Tema Pokok Ensiklik Rerum Novarum
Promosi
martabat manusia lewat keadilan upah pekerja; hak-hak buruh; hak milik pribadi
(melawan gagasan Marxis-komunis); konsep keadilan dalam konteks pengertian
hukum kodrat; persaudaraan antara yang kaya dan miskin untuk melawan kemiskinan
(melawan gagasan dialektis Marxis); kesejahteraan umum; hak-hak negara untuk
campur tangan (melawan gagasan komunisme); soal pemogokan; hak membentuk
serikat kerja; dan tugas Gereja dalam membangun keadilan sosial
Ensiklik
Rerum Novarum merupakan ensiklik yang menanggapi masalah sosial akhir abad XIX
yaitu masalah kaum buruh. Masalah yang dibicarakan adalah semacam tanggapan
terhadap pandangan dan gerakan sosialis-marxisme dari satu pihak dan lain pihak
pandangan liberalisme yang menguasai dunia ekonomi. Ensiklik ini tidak langsung
dialamatkan kepada kaum buruh, tetapi menguraikan masalah-masalah kaum buruh
kepada para pemimpin Gereja dan masyarakat. Kaum buruh dan para pengusaha yang
dimaksudkan ensiklik ini pada prinsipnya adalah orang-orang Katolik, oleh
karena itu masalah sosial menjadi masalah Gereja juga. Ensiklik Rerum Novarum
ini dibagi menjadi tiga tema pokok. Pertama; situasi rakyat miskin dan kaum
buruh, kedua; penolakan atas pemecahan sosialis terhadap kemiskinan, ketiga;
usulan Sri Paus untuk memecahkan permasalahan terhadap kemiskinan.
# Situasi Rakyat Miskin dan Kaum
Buruh
Kemerosotan
moralitas umum selama revolusi Industri membuka jalan bagi pemerasan para buruh
yang tidak dilindungi oleh undang-undang dan terisolasi. Ketamakan orang-orang
kaya dalam proses produksi melahirkan suatu situasi di mana orang kaya
memperbudak masa pekerja yang tidak memiliki modal dan sarana produksi.
disebutkan bahwa harta kekayaan tertimbun dalam tangan segelintir orang,
sedangkan masyarakat luas meringkuk dalam kemelaratan, dan kemalangan yang
celaka;
“Kaum
pekerja yang berdiri sendiri, tanpa perlindungan apaun, lama kelamaan menjadi
mangsa majikan-majikan yang tak berperi kemanusiaan dan bernafsu kelobaan
persaingan bebas”
Masih dikatakan
bahwa masalah kaum buruh bukanlah masalah harta dan pembagian kekayaan; tetapi
masalah kebebasan kaum buruh dan penghargaan terhadap pribadi manusia.
Menanggapi masalah itu memang sangat sulit, sebab sukarlah untuk; “menetapkan
dengan seksama dan tepat, hak dan kewajiban majikan dan buruh, yakni mereka
yang memberi modal dan mereka yang menyumbangkan pekerjaan”
# Penolakan Pemecahan Sosialis terhadap
Kemiskinan
Kaum
sosialis menangani permasalahan kemiskinan dengan cara pengahapusan hak milik
pribadi dari tiap orang yang kemudian dijadikan milik bersama dan dikelola oleh
negara .Ensiklik Rerum Novarum mengecam keras hal ini. Sebab dalam pandangan
Paus, masalah hak milik pribadi merupakan inti dalam seluruh pandangan ajaran
sosial dari marxisme dan sosialisme, maka hak milik pribadi menjadi titik
perhatian pembelaan Paus. Untuk selanjutnya Bapa Suci menguraikan secara
panjang lebar tentang hak milik pribadi. Pada pokok pembicaraannya ditekankan
bahwa para buruh berhak untuk mempunyai milik pribadi melalui usaha kerja keras
mereka. Ini adalah hak kodrati manusia. Meniadakan hak milik pribadi berarti
memperkosa hak-hak para pemilik yang sah. Bahkan negarapun tidak berhak untuk
mengambil alih hak milik pribadi itu .Karena pembelaanya pada hak milik oleh
para sosialis ensiklik ini dituduh memihak kaum kapitalis. Padahal sebenarnya
Paus memihak kaum buruh;“mesti dirubah situasi kaum buruh yang tidak pantas,
yang disebabkan oleh keserakahan dan kekerasan hati majikan-majikan, yang
menghisap kaum buruh tanpa batas dan memperlakukan mereka bukan sebagi manusia
melainkan sebagi barang”
Dari
pernyataan ini menjadi jelaslah bahwa Paus sama sekali tidak bermaksud membela
para majikan, melainkan memperjuangkan nasib para kaum buruh. Selanjutnya
dikatakan bahwa kaum buruh diharapkan untuk berusaha menabung hasil upahnya,
sehingga mereka dapat menjadi mandiri baik dari majikan-majikan maupun dari
kelompok-kelompok buruh dan partai politik yang berusaha menarik keuntungan
dari kondisi kemelaratan kaum buruh .
# Usulan Pemecahan Permasalahan
Kemiskinan
Paus
Pius XIII mengusulkan agar permasalahan kemiskinan dipecahkan dengan melibatkan
peranan dari Gereja, buruh dan majikan, serta negara.
Peranan Gereja. Gereja berhak berbicara mengenai masalah-masalah sosial, sebab
persoalan sosial mempengaruhi agama dan moralitas. Untuk itu dengan menggunakan
prinsip-prinsip Injil Gereja dapat membantu memperdamaikan dan mempersatukan
kelas-kelas sosial. Tidaklah benar menerima dengan gampang bahwa suatu kelas
masyarakat yang tak terdamaikan, dan perpecahan antara kaya dan miskin bukanlah
kodrat Dengan demikian Gereja dapat mengusakan pendidikan untuk bertindak adil
Rerum Novarum juga diajarkan bahwa para buruh tidak boleh diperlakukan sebagai
budak; keadilan menuntut penghormatan akan martabat manusia.
Peranan
buruh dan majikan. Peranan buruh dan orang miskin adalah bekerja dengan baik
dan tidak merusak milik majikan, serta menghinadri kekerasan ketika berniat
hendak melindungi kepentingan mereka. Sedangkan para majikan dan orang kaya
haruslah tidak memperlakukan buruh sebagai budak. Harkat dan martabat kaum
buruh harus dihormati, dan diberi kesempatan untuk menjalankan kewajiban
agamanya serta kewajiban terhadap keluarganya. Para
majikan hendaknya memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kekuatan, jenis
kelamin, serta usia si buruh. Buruh juga harus diberi keleluasaan untuk dapat
menabung. Orang kaya berkewajiban memenuhi kebutuhan orang miskin. Di balik itu
semua, kewajiban pokok majikan dan orang kaya adalah memberikan upah yang adil
kepada buruh, serta tidak pernah dibenarkan melakukan penindasan terhadap orang
miskin .Karena sebenarnya antara majikan dan buruh saling membutuhkan satu sama
lain . Bapa Suci menyadari bahwa buruhpun sebagai mahkluk sosial dan untuk
melindungi kepentingan dan hak-haknya dibutuhkan serikat-serikat pekerja .Untuk
itu ditekankan dengan adanya serikat kerja ini kesejahteraan, baik jiwa maupun
jasmani, dapat dinikmati para buruh .
Peranan
negara. Dengan undang-undang yang melayani kesejahteraan umum, negara harus
mencurahkan perhatiannya untuk melindungi kesejahteraan dan hak-hak buruh yang
tidak memiliki sarana produksi, serta melindungi semua kelas warga negara,
mencegah perubahan prinsip keadilan distributif Negara juga harus memajukan dan
mengusahakan hak-hak keluarga Maka bila perlu, negara harus campur tangan untuk
melindungi keselamatan individu-individu atau kesejahteraan umum. Dengan tidak
membahayakan kepentingan umum, individu-individu dan keluarga haruslah diperbolehkan
menikmati kebebasannya dalam bertindak .Dalam usahanya untuk melindungi hak-hak
pribadi, perhatian utamnya ditujukan kepada mereka yang lemah dan miskin karena
mereka tidak memiliki sarana perlindungan diri. Untuk itu negara harus
mendukung hak miliki pribadi dan memampukan untuk memiliki milik pribadi
Peranan negara lebih lanjut adalah menjunjung tinggi hak-hak rakyat untuk
berserikat dan beragama
Konteks Zaman
Revolusi industri;
Kemiskinan
yang hebat pada kaum pekerja/buruh; tiadanya perlindungan pekerja oleh otoritas
publik dan pemilik modal; jurang kaya miskin yang luar biasa.
2. QUADRAGESIMO ANNO (SESUDAH 40 THN)
Paus Pius XI, 15 Mei 1931
Ensiklik Paus
Pius XI
QA
(Quadragesimo Anno) memiliki judul maksud “Rekonstruksi Tatanan Sosial.” Nama
Ensiklik ini (40 tahun) dimaksudkan untuk memperingati Ensiklik Rerum Novarum.
Tetapi pada zaman ini memang ada kebutuhan sangat hebat untuk menata kehidupan
sosial bangsa manusia. Diperkenalkan dan ditekankan terminologi yang sangat
penting dalam Ajaran Sosial Gereja, yaitu “subsidiaritas” (maksudnya, apa yang
bisa dikerjakan oleh tingkat bawah, otoritas di atasnya tidak perlu ikut
campur). Dalam banyak hal Quadragesimo Anno masih melanjutkan RERUM NOVARUM
mengenai soal-soal “dialog”-nya dengan perkembangan masyarakat. Menolak solusi
komunisme yang menghilangkan hak-hak pribadi. Tetapi juga sekaligus mengkritik
persaingan kapitalisme sebagai yang akan menghancurkan dirinya sendiri. Fungsi
dari penguasa Negara adalah untuk mengawasi masyarakat dan bagian-bagiannya,
tetapi dalam melindungi individu-individu pribadi di hak-hak mereka,
pertimbangan utama harus diberikan kepada yang lemah dan miskin.
Pada
permulaan tahun 1930-an, menyusul krisis ekonomi dahsyattahun 1929, Paus Pius
XI menerbitkan Ensiklik Quadragesimo Anno, yangmemperingati ulang tahun
ke-40 Rerum Novarum. Sri paus membaca ulang masa lampau dalam terang
situasi ekonomi dan sosial di mana ekspansi pengaruh kelompok-kelompok
keuangan, baik secara nasional maupun internasional, ditambahkan pada
dampak-dampak industrialisasi. Itu adalah kurun waktu pasca perang di mana
rezim-rezim totaliter tengah merangsek di Eropa malah ketika perjuangan kelas
kian menjadi sengit.Ensiklik ini memperingatkan tentang kegagalan untuk
menghormati kemerdekaan membentuk perserikatan dan menekankan prinsip-prinsip solidaritas
dan kerja sama dalam rangka mengatasi berbagai kontradiksi sosial. Relasi
antara modal dan kerja harus diwarnai oleh semangat kerjasama.Quadragesimo
Anno menegaskan prinsip bahwa upah harus seimbang tidak saja dengan
kebutuhan-kebutuhan pekerja tetapi juga dengan kebutuhan keluarganya. Negara,
dalam relasinya dengan sektor swasta, hendaknya menerapkan prinsip
subsidiaritas, sebuah prinsip yang akan menjadi sebuah unsur tetap dari
ajaran sosial Gereja. Ensiklik ini menolak liberalisme, yang dipahami sebagai
persaingan yang tidak terbatas antara kekuatan-kekuatan ekonomi, serta
menegaskan kembalinilai harta milik pribadi, seraya mengingatkan fungsi
sosialnya. Dalamsebuah masyarakat yang mesti dibangun kembali dari
pijakan-pijakanekonominya, sebuah masyarakat di mana ia sendiri seluruhnya
menjadi “permasalahan” yang mesti ditangani, “Pius XI merasakan tugas dan tanggung
jawab untuk menggalakkan suatu kesadaran yang lebih besar, sebuah penafsiran
yang lebih persisi serta sebuah penerapan yang mendesak atas hukum moral yang
mengatur relasi-relasi insani ...dengan sasaran mengatasi pertikaian di antara
kelas-kelas dan sampai pada sebuah tatanan sosial baru yang dilandaskan pada
keadilan dancinta kasih.Sebagai salah satu yang rusak pada saat, atau datang
dekat, apa yang dikenal sebagai "individualisme" dengan menyangkal
atau meminimalkan karakter sosial dan publik hak properti, sehingga dengan
menolak atau meminimalkan karakter pribadi dan individu ini hak yang sama, satu
pasti berlari ke "kolektivisme."
Sama
seperti yang serius salah untuk mengambil dari individu apa yang dapat mereka
capai dengan inisiatif sendiri dan industri dan memberikannya kepada
masyarakat, demikian juga itu adalah ketidakadilan dan pada saat yang sama
kejahatan serius dan gangguan urutan yang benar untuk menetapkan ke lebih besar
dan lebih tinggi asosiasi apa organisasi yang lebih kecil dan bawahan bisa
melakukannya. Untuk setiap kegiatan sosial harus sifatnya demikian untuk
memberikan bantuan kepada para anggota badan sosial, dan tidak pernah
menghancurkan dan menyerap mereka.
Tema-Tema Pokok Quadragesimo Anno
Quadragesimo
Anno bermaksud menggugat kebijakan-kebijakan ekonomi zaman itu; membeberkan
akar-akar kekacau-annya sekaligus menawarkan solusi pembenahan tata sosial
hidup bersama, sambil mengenang Ensklik RERUM NOVARUM; soal hak-hak pribadi dan
kepemilikan bersama; soal modal dan kerja; prinsip-prinsip bagi hasil yang
adil; upah adil; prinsip-prinsip pemulihan ekonomi dan tatanan sosial;
pembahasan sosialisme dan tentu saja kapitalisme; langkah-langkah Gereja dalam
mengatasi kemiskinan struktural.
Konteks Zaman
Depresi
ekonomi sangat hebat terjadi tahun 1929 menggoyang dunia. Di Eropa bermunculan
diktator, kebalikannya demokrasi merosot di mana-mana.
3. MATER ET
MAGISTRA (KRISTIANITAS DAN KEMAJUAN SOSIAL) Paus Yohanes XXIII, 15
Mei 1961
Ensiklik Yohanes
XXIII
Masalah-masalah
sosial yang diprihatinkan oleh Ensiklik ini khas pada zaman ini. Soal jurang
kaya miskin tidak hanya disimak dari sekedar urusan pengusaha dan pekerja, atau
pemilik modal dan kaum buruh, melainkan sudah menyentuh masalah internasional.
Untuk pertama kalinya isu “internasional” dalam hal keadilan menjadi tema
ajaran sosial Gereja. Ada
jurang sangat hebat antara negara-negara kaya dan negara-negara miskin.
Kemiskinan di Asia, Afrika, dan Latin Amerika adalah produk dari sistem tata
dunia yang tidak adil. Di lain pihak, persoalan menjadi makin rumit menyusul
perlombaan senjata nuklir, persaingan eksplorasi ruang angkasa, bangkitnya
ideologi-ideologi. Dalam Ensiklik ini diajukan pula “jalan pikiran” Ajaran
Sosial Gereja: see, judge, and act. Gereja Katolik didesak untuk
berpartisipasi secara aktif dalam memajukan tata dunia yang adil.
Untuk
melaksanakan misi Kristus dalam transformasi lingkungan sosial, Yohanes XXIII
menafsirkan tanda-tanda zaman dari perspektif Injil.
Pertama, Gereja menjadi seorang ibu dan
seorang guru, Yohanes XXIII [pada tahun 1960 ensiklik "Mater et
Magistra"] transpiring menyebutkan perubahan di masyarakat. Pada tingkat
teknologi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang optimis, penemuan
energi atom adalah sebuah kemajuan, modernisasi pertanian merupakan tanda
perlindungan dan promosi sektor pertanian, dan sarana komunikasi dan
transportasi telah menyatakan yang keterkaitan masyarakat di seluruh dunia.
Pada tingkat sosial, pekerja menjadi
sadar akan hak mereka untuk asuransi, pendidikan, kesadaran sebagai anggota
serikat pekerja, dan keinginan untuk hidup nyaman. Di bidang kehidupan politik,
Gereja telah menyadari penurunan kolonialisme memungkinkan munculnya
negara-bangsa. Situasi pascaperang telah menyediakan langkah besar menuju
menegaskan keunikan budaya dan bangsa. Masyarakat sekarang mengatur diri mereka
sendiri dan mendirikan hukum-hukum mereka sendiri dan institusi. Kemerdekaan
bangsa dan budaya telah ditegaskan oleh Gereja untuk mengejar tugasnya
inkulturasi, dialog, dan bentuk-bentuk penginjilan.
Kedua, Yohanes XIII telah mengembangkan
prinsip subsidiaritas saling ketergantungan masyarakat dan bangsa. Umur ekonomi
dan teknologi yang berkembang telah mengubah dunia menjadi sebuah desa global
melalui alat komunikasi dan transportasi. Meningkatnya kompleksitas dari
kehidupan sosial ekonomi telah membuat keinginan orang untuk saling
ketergantungan melalui asosiasi, sehingga "yang saling ketergantungan yang
lebih kompleks harian warga negara, memperkenalkan ke dalam kehidupan mereka
dan banyak kegiatan dan bentuk bervariasi berserikat"
Ketiga, Yohanes XXIII menggunakan
pribadi manusia sebagai kriteria untuk mengevaluasi situasi sosial-ekonomi.
Martabat pribadi manusia tetap penting bagi kemajuan politik, ekonomi dan
sosial. Ini menyoroti bahwa, "konsekuensinya, jika organisasi dan struktur
kehidupan ekonomi sedemikian rupa sehingga martabat manusia pekerja
dikompromikan, atau rasa tanggung jawab mereka dilemahkan, atau kebebasan
mereka tindakan akan dihapus, kemudian kita menilai seperti tatanan ekonomi
untuk tidak adil, meskipun menghasilkan sejumlah besar barang, distribusi yang
sesuai dengan norma-norma keadilan dan kesetaraan "
Yohanes XXIII membuat titik bahwa
ekonomi saja tidak hanya berarti kelimpahan dan distribusi dari produksi barang
dan jasa. Hal ini juga meliputi proses individu sebagai pribadi manusia yang
merupakan subjek dan objek dari barang-barang dan jasa.
Keempat, itu adalah panggilan negara
untuk mengejar dan mempromosikan kebaikan bersama. "Mater et
Magistra" dikejar dialog antara Gereja dan komunitas internasional
berkaitan dengan hak asasi manusia. Ini adalah panggilan Gereja untuk
melindungi dan membela dengan kejelasan penuh. promosi hak asasi manusia adalah
misi yang sangat diperlukan Gereja. Yohanes XXIII menggunakan ekspresi dari
pendahulunya Pius XII "tanda-tanda zaman" sebagai peluang positif
bagi Gereja untuk mewartakan dan menanggapi kebutuhan kali dalam terang
Injil.
Kelima, itu adalah panggilan Gereja dan
orang Kristen individu untuk mengatasi ketidaksetaraan yang berlebihan di
antara berbagai sektor masyarakat. Yohanes XXIII mengatakan bahwa pribadi
manusia bertanggung jawab atas tindakan dan memiliki kapasitas untuk penguasaan
diri . Pemesanan material dan dunia sosial adalah menghormati martabat manusia.
Pribadi manusia
diciptakan dalam gambar Allah dan berakar dalam alam yang fisik dan rohani
melaksanakan karunia kebebasan. Ini adalah keprihatinan Gereja untuk martabat
manusia yang membuatnya berusaha untuk menolak perubahan ekonomi dan politik
yang akan kompromi martabat manusia dan kebebasan.
Tema – Tema Pokok Ensiklik Mater et Magistra
Ensiklik
ini masih berkaitan dengan peringatan RN, maka pada bagian awal Mater et
Magistra diingat sekali lagi semangat RN dan QA. Disadari isu-isu baru dalam
perkembangan terakhir di bidang sosial, politik dan ekonomi; peranan negara
dalam kemajuan ekonomi; partisipasi kaum buruh; soal kaum petani; bagaimana
ekonomi ditata seimbang; kerjasama antarnegara; bantuan internasional; soal
pertambahan penduduk; kerjasama internasional; ajaran sosial Gereja dan
kepentingannya
Konteks Zaman
Kemiskinan
luar biasa di negara-negara selatan; maraknya problem sosial dalam skala luas
dunia.
4. PACEM IN TERRIS (DAMAI DI BUMI)
Paus
Yohanes XXIII, 11 April 1963
Ensiklik Paus
Yohanes XIII
Pacem
in Terris menggagas perdamaian, yang menjadi isu sentral pada dekade enam
puluhan. Bilamana terjadi perdamaian? Bila ada rincian tatanan yang adil dengan
mengedepankan hak-hak manusiawi dan keluhuran martabatnya. Yang dimaksudkan
dengan tatanan hidup ialah tatanan relasi (1) antarmasyarakat, (2) antara masyarakat
dan negara, (3) antarnegara, (4) antara masyarakat dan negara-negara dalam
level komunitas dunia. Ensiklik menyerukan dihentikannya perang dan perlombaan
senjata serta pentingnya memperkokoh hubungan internasional lewat lembaga yang
sudah dibentuk: PBB. Ensiklik ini memiliki muatan ajaran yang ditujukan tidak
hanya bagi kalangan Gereja Katolik tetapi seluruh bangsa manusia pada umumnya.
Tentang Menegakkan Perdamaian yang Universal berdasarkan Kebenaran, Keadilan,
Kemurahan, dan Kebebasan adalah sebuah ensiklik kepausan yang dikeluarkan oleh
Paus Yohanes XXIII pada 11 April 1963. Ensiklik ini hingga kini tetap merupakan
ensiklik yang paling terkenal dari abad ke-20 dan menetapkan prinsip-prinsip
yang kelak muncul dalam sejumlah dokumen dari Konsili Vatikan II dan paus-paus
yang kemudian. Ini adalah ensiklik terakhir yang dirancang oleh Yohanes XXIII.
Kalimat
pembukaan "Pacem in Terris" (Damai di Bumi) menegaskan pemahaman
Gereja Katolik tentang bagaimana perdamaian dapat tercipta di dunia:
"PACEM IN TERRIS,
quam homines universi cupidissime quovis tempore appetiverunt, condi
confirmarique non posse constat, nisi ordine, quem Deus constituit, sancte
servato."
"Damai di
bumi, yang paling dirindukan oleh semua orang dari segala zaman, dapat
ditegakkan dengan kuat, hanya apabila perintah yang ditetapkan oleh Allah dapat
ditaati dengan setia."
Ketika
merancangnya, Paus Yohanes XXIII sedang menderita kanker. Ia wafat dua bulan
kemudian sesudah ensiklik ini selesai.
Tema – Tema Pokok Ensiklik Pacem In Terris
Tata
dunia, tata negara, relasi antarwarga masyarakat dan negara, struktur negara
(bagaimana diatur), hak-hak warganegara; hubungan internasional antarbangsa;
seruan agar dihentikannya perlombaan senjata; soal “Cold War” (perang dingin)
oleh produksi senjata nuklir; komitmen Gereja terhadap perdamaian dunia.
Penekanan pondasi uraian pada gagasan hukum kodrat.
Konteks Zaman
Perang
dingin antara Barat dan Blok Timur, pendirian Tembok Berlin yang memisahkan
antara Jerman Barat dan Timur simbol pemisahan bangsa manusia (Agustus 1961),
soal krisis Misile Cuba (1962).
5. GAUDIUM ET SPES (GEREJA DI DUNIA
MODERN)
Konsili
Vatikan II, 7 Desember 1965
Dokumen
Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II
Konsili
Vatikan II merupakan tonggak pembaharuan hidup Gereja Katolik secara
menyeluruh. GS (Gaudium et Spes) menaruh keprihatinan secara luas pada tema
hubungan Gereja dan Dunia modern. Ada
kesadaran kokoh dalam Gereja untuk berubah seiring dengan perubahan kehidupan
manusia modern. Soal-soal yang disentuh oleh GS dengan demikian berkisar
tentang kemajuan manusia di dunia modern. Di lain pihak tetap diangkat ke
permukaan soal jurang yang tetap lebar antara si kaya dan si miskin. Relasi
antara Gereja dan sejarah perkembangan manusia di dunia modern dibahas dalam
suatu cara yang lebih gamblang, menyentuh nilai perkawinan, keluarga, dan tata
hidup masyarakat pada umumnya. Judul dokumen ini mengatakan suatu “perubahan
eksternal” dari kebijakan hidup Gereja: Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan
manusia-manusia zaman ini, terutama kaum miskin dan yang menderita, adalah
kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga. Kardinal
Joseph Suenens (dari Belgia) berkata bahwa pembaharuan Konsili Vatikan II tidak
hanya mencakup bidang liturgis saja, melainkan juga hidup Gereja di dunia
modern secara kurang lebih menyeluruh. GS membuka cakrawala baru dengan
mengajukan perlunya “membaca tanda-tanda zaman” (signs of the times).
Kegembiraan dan harapan, dengan kesedihan dan kegelisahan laki-laki usia ini,
terutama mereka yang miskin atau dengan cara apapun menderita, ini adalah
kegembiraan dan harapan, dengan kesedihan dan kecemasan para pengikut Kristus.
Memang, tidak ada yang benar-benar manusia gagal untuk meningkatkan gema di
dalam hati mereka. Untuk mereka adalah sebuah komunitas terdiri dari laki-laki.
Bersatu dalam Kristus, mereka dipimpin oleh Roh Kudus dalam perjalanan mereka
menuju Kerajaan Bapa mereka dan mereka menyambut kabar keselamatan yang
dimaksudkan untuk setiap orang. Itulah sebabnya mengapa komunitas ini menyadari
bahwa itu benar-benar dikaitkan dengan umat manusia dan sejarahnya oleh
terdalam obligasi.
Oleh karena itu Konsili Vatikan II
ini, setelah diperiksa lebih mendalam ke dalam misteri Gereja, sekarang alamat itu
sendiri tanpa ragu-ragu, tidak hanya untuk anak-anak Gereja dan kepada semua
orang yang memanggil nama Kristus, tetapi untuk seluruh umat manusia. Untuk
dewan merindukan untuk menjelaskan kepada semua orang bagaimana conceives dari
kehadiran dan aktivitas Gereja dalam dunia saat ini.
Oleh
karena itu, dewan memfokuskan perhatiannya pada dunia manusia, seluruh keluarga
manusia seiring dengan jumlah dari realitas di tengah-tengah dari yang hidup,
bahwa dunia yang merupakan teater sejarah manusia, dan ahli waris energinya,
nya tragedi dan kemenangan-Nya, bahwa dunia yang Kristen melihat sebagai
diciptakan dan didukung oleh Maker cinta nya, jatuh memang ke dalam perbudakan
dosa, namun emansipasi sekarang oleh Kristus, yang disalibkan dan bangkit
kembali untuk mematahkan terus mencekik kejahatan dipersonifikasikan, sehingga
bahwa dunia mungkin gaya baru sesuai dengan desain Tuhan dan mencapai
pemenuhannya.
Meskipun umat manusia terserang heran
pada penemuan sendiri dan kekuatannya, sering menimbulkan pertanyaan cemas
tentang tren dunia saat ini, tentang tempat dan peran manusia dalam alam
semesta, tentang makna perjuangan yang individual dan kolektif, dan tentang
nasib akhir dari realitas dan kemanusiaan. Oleh karena itu, memberikan
kesaksian dan suara kepada iman dari seluruh rakyat Allah berkumpul
bersama-sama dengan Kristus, dewan ini tidak dapat memberikan bukti lebih fasih
solidaritas dengan, serta hormat dan cinta bagi seluruh umat manusia dengan
yang terikat Facebook, selain dengan terlibat dengan itu dalam percakapan
tentang berbagai masalah. Dewan ini membawa kepada cahaya manusia dinyalakan
dari Injil, dan menempatkan di pembuangan sumber daya tabungan mereka yang
Gereja sendiri, di bawah bimbingan Roh Kudus, menerima darinya Pendiri. Untuk
pribadi manusia pantas dipertahankan; masyarakat manusia layak untuk
diperbaharui. Maka titik fokus dari presentasi total akan manusia itu sendiri,
utuh dan seluruh, tubuh dan jiwa, jantung dan hati nurani, pikiran dan
kehendak.
Oleh karena itu, Konsili suci, mulia
memproklamirkan nasib manusia dan membela dewa benih yang telah ditaburkan
dalam dirinya, menawarkan kepada umat manusia jujur bantuan Gereja dalam
mendorong bahwa persaudaraan dari semua orang yang sesuai dengan ini takdir
mereka. Terinspirasi oleh tidak ada ambisi duniawi, Gereja berusaha tetapi
tujuan tunggal: untuk meneruskan karya Kristus berada di bawah pimpinan Roh
berteman. Dan Kristus memasuki dunia ini untuk memberi kesaksian tentang
kebenaran, untuk penyelamatan dan tidak untuk duduk dalam penilaian, untuk
melayani dan bukan untuk dilayani.
Tema – Tema Pokok Ensiklik Gaudium Et Spes
Penjelasan
tentang perubahan- perubahan dalam tata hidup masyarakat zaman ini; martabat
pribadi manusia; ateisme sistematis dan ateisme praktis; aktivitas hidup
manusia; hubungan timbal balik antara Gereja dan dunia; beberapa masalah
mendesak, seperti perkawinan, keluarga; cinta kasih suami isteri; kesuburan
perkawinan; kebudayaan dan iman; pendidikan kristiani; kehidupan sosial ekonomi
dan perkembangan terakhirnya; harta benda diperuntukkan bagi semua orang;
perdamaian dan persekutuan bangsa-bangsa; pencegahan perang; kerjasama
internasional.
Konteks Zaman
Perang
dingin masih tetap berlangsung. Di lain pihak, negara-negara baru “bermunculan”
(beroleh kemerdekaan)
6. POPULORUM PROGRESSIO (KEMAJUAN
BANGSA-BANGSA)
Paus
Yohanes Paulus VI, 26 Maret 1967
Ensiklik Paus
Paulus VI
Populorum
progressio adalah sebuah ensiklik yang ditulis oleh Paus Paulus VI tentang
"perkembangan orang-orang" dan bahawa ekonomi dunia seharusnya
melayani semua uamt manusia dan tidak hanya sebagian kecil saja. Ensiklik ini
dikeluarkan pada tanggal 26 Maret 1967. Dokumen ini menyinggung berbagai
prinsip "Ajaran Sosial Katolik": hak akan upah yang adil; hak akan
keamanan pekerjaan; hak akan kondisi kerja yang cukup baik dan wajar; hak akan
bergabung dengan serikat pekerja dan melakukan unjuk rasa sebagai jalan
terakhir; dan tujuan universal dari kekayaan dan harta benda.
Perkembangan
bangsa-bangsa merupakan tema pokok perhatian dari Ensiklik Ajaran Sosial.
Gereja memandang bahwa kemajuan bangsa manusia tidak hanya dalam kaitannya
dengan perkara-perkara ekonomi atau teknologi, tetapi juga budaya (kultur).
Kemajuan bangsa manusia masih tetap dan bahkan memiliki imbas pemiskinan pada
sebagian besar bangsa-bangsa. Isu marginalisasi kaum miskin mendapat tekanan
dalam dokumen ini. Revolusi di berbagai tempat di belahan dunia kerap kali
tidak membawa bangsa manusia kepada kondisi yang lebih baik, malah
kebalikannya, kepada situasi yang sangat runyam. Kekayaan dari sebagian
negara-negara maju harus dibagi untuk memajukan negara-negara yang miskin.
Soal-soal yang berkaitan dengan perdagangan (pasar) yang adil juga mendapat
sorotan yang tajam. Ensiklik ini menaruh perhatian secara khusus pada
perkembangan masyarakat dunia, teristimewa negara-negara yang sedang
berkembang. Diajukan pula refleksi teologis perkembangan / kemajuan yang
membebaskan dari ketidakadilan dan pemiskinan. Peningkatan kepemilikan bukanlah
tujuan utama dari negara atau individu. pertumbuhan Semua ambivalen. Hal ini
penting jika manusia adalah untuk mengembangkan sebagai manusia, tapi dalam
cara memenjarakan manusia jika ia menganggap itu yang baik tertinggi, dan itu
membatasi visinya. Kemudian kita lihat mengeraskan hati dan menutup pikiran,
dan laki-laki tidak lagi berkumpul bersama dalam persahabatan, tetapi keluar
dari self-bunga, yang segera mengarah pada pertentangan dan perpecahan.
Pengejaran eksklusif harta sehingga menjadi hambatan untuk pemenuhan individu
dan keagungan yang sejati manusia. Baik untuk bangsa dan untuk orang-orang
individu, ketamakan adalah bentuk paling nyata dari keterbelakangan moral.
Jika pengembangan lebih lanjut
panggilan untuk pekerjaan teknisi semakin banyak, bahkan lebih penting adalah
pemikiran yang mendalam dan refleksi dari orang bijak untuk mencari sebuah
humanisme baru yang akan memungkinkan manusia modern untuk menemukan dirinya
kembali oleh merangkul nilai-nilai yang lebih tinggi dari cinta dan persahabatan,
doa dan kontemplasi. Ini adalah apa yang akan mengizinkan kepenuhan pembangunan
otentik, suatu perkembangan yang untuk setiap dan semua transisi dari kondisi
manusia kurang bagi mereka yang lebih manusiawi.
Dikurangi kondisi manusia: kurangnya
kebutuhan bahan untuk mereka yang tanpa minimum penting bagi kehidupan,
kekurangan moral orang-orang yang dimutilasi oleh keegoisan. Dikurangi manusia
kondisi: struktur sosial yang menindas, apakah karena penyalahgunaan
kepemilikan atau penyalahgunaan kekuasaan, dengan eksploitasi pekerja atau
untuk transaksi yang tidak adil. Kondisi yang lebih manusia: bagian dari
kesengsaraan terhadap kepemilikan kebutuhan, kemenangan atas menyesah sosial,
perkembangan ilmu pengetahuan, akuisisi budaya. kondisi tambahan yang lebih
manusiawi: harga meningkat untuk martabat orang lain, yang berpaling ke arah
semangat kemiskinan, kerjasama untuk akan, baik umum dan keinginan untuk
perdamaian. Kondisi yang masih lebih manusiawi: pengakuan oleh manusia nilai
tertinggi, dan Allah sumber dan finalitas mereka. Kondisi itu, akhirnya dan di
atas semua, lebih manusia: iman, karunia Allah yang diterima oleh kehendak baik
manusia, dan kesatuan dalam kasih Kristus, yang memanggil kita semua untuk
berbagi sebagai anak-anak dalam kehidupan Allah yang hidup, Bapa dari semua
orang.
"Isi bumi dan menaklukkan
itu": Alkitab, dari halaman pertama, mengajarkan kita bahwa seluruh
ciptaan adalah untuk manusia, bahwa itu adalah tanggung jawabnya untuk
mengembangkannya dengan usaha cerdas dan dengan cara kerja untuk sempurna itu,
sehingga untuk berbicara, untuk penggunaan nya. Jika dunia ini dibuat untuk
memberikan setiap individu dengan sarana penghidupan dan instrumen untuk
pertumbuhan dan kemajuan, sehingga setiap orang memiliki hak untuk menemukan di
dunia apa yang diperlukan untuk dirinya sendiri. Dewan baru-baru ini
mengingatkan kita tentang hal ini: "Allah yang dimaksudkan bumi dan semua
yang mengandung untuk penggunaan setiap manusia dan orang-orang demikian,
karena semua orang mengikuti keadilan dan bersatu dalam amal, barang yang
dibuat harus berlimpah bagi mereka secara wajar. "Semua hak-hak lainnya
apapun, termasuk properti dan perdagangan bebas, harus tunduk kepada prinsip
ini. Mereka seharusnya tidak menghalangi tetapi pada sebaliknya mendukung
penerapannya. Ini adalah tugas berat dan mendesak sosial untuk mengarahkan
mereka untuk finalitas utama mereka.
Tema – Tema Pokok Ensiklik Populorum
Proggresio
Perkembangan
bangsa manusia zaman ini; kesulitan-kesulitan yang dihadapi; kerjasama
antarbangsa-bangsa; dukungan organisasi internasional, seperti badan-badan
dunia yang mengurus bantuan keuangan dan pangan; kemajuan diperlukan bagi
perdamaian.
Konteks Zaman
Tahun
enampuluhan memang tahun perkembangan bangsa-bangsa; banyak negara baru
bermunculan di Afrika; tetapi juga sekaligus perang ideologis dan
antarkepentingan kelompok manusia luar biasa ramainya; pada saat yang sama
terjadi ancaman proses marginalisasi (pemiskinan); terjadi perang di Vietnam
yang sangat brutal; di Indonesia sendiri terjadi perang ideologis (Marxis-komunis
dan militer).
7. OCTOGESIMA ADVENIENS (PANGGILAN UNTUK
BERTINDAK)
Paus
Pius XI, 15 Mei 1971
Surat Apostolik Paus Paulus VI
Octogesima
adveniens adalah incipit dari 14 Mei 1971 Surat Apostolik ditangani oleh Paus
Paulus VI untuk Kardinal Maurice Roy , Presiden Dewan Kepausan untuk Awam dan
dari Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian , pada kesempatan ulang tahun
kedelapan puluh dari Paus Leo XIII 's ensiklik Rerum Rerum .
Ini
membahas tema-tema seperti mengamankan yayasan demokratis dalam masyarakat.
Surat tersebut adalah
salah satu dokumen magisterial pertama yang menyebutkan topik pelestarian
lingkungan , sebuah isu yang cukup baru dalam bidang politik pada saat teks's
publikasi.
Arti
“Octogesima” adalah yang ke-80; maksudnya: surat apostolik ini dimaksudkan untuk
manandai usia Rerum Novarum yang ke-80 tahun. Paulus VI menyerukan kepada
segenap anggota Gereja dan bangsa manusia untuk bertindak memerangi kemiskinan.
Soal-soal yang berkaitan dengan urbanisasi dipandang menjadi salah satu sebab
lahirnya “kemiskinan baru”, seperti orang tua, cacat, kelompok masyarakat yang
tinggal di pinggiran kota, dst. Diajukan ke permukaan pula masalah-masalah
diskriminasi warna kulit, asal usul, budaya, sex, agama. Gereja mendorong
umatnya untuk bertindak ambil bagian secara aktif dalam masalah-masalah politik
dan mendesak untuk memperjuangkan nilai-nilai / semangat injili. Memperjuangkan
keadilan social.
"Paulus VI
memecahkan beberapa hal di halaman surat
ini dengan. Dia membatasi dirinya untuk memberi cahaya ke pembaca dan
meninggalkan mereka kemudian gratis hati nurani mereka. Ketika datang ke
tindakan kata hati nurani menuntun kita ke titik yang lain.. Di sini kita
dihadapkan dengan radikal modern teks Para
pemimpin yang tahu segalanya dan tidak ditawarkan mata pelajaran mereka lebih
dari rezeki yg telah dicernakan sebelumnya, telah menghilang ke dalam sejarah.
yang baru orang suka memiliki perusahaan di jalan tapi dia tidak suka
diarahkan, masih kurang didorong menerima. Paus Paulus VI cara dialog dan
melakukannya tanpa menyangkal fungsinya sebagai panduan untuk Gereja .... Dia
berbicara, converses , memberikan pendapat, menunjukkan aspek-aspek baru
masalah, dan kemudian pensiun - meninggalkan tanggung jawab kepada komunitas
Kristen ketika datang ke pilihan praktis ".
Amerika
(29 Mei 1971) 554. "adalah nada yang sengaja sederhana dan sering pribadi,
kontras dengan gaya
serius menjemukan yang dicirikan dengan tingkat tertentu bahkan ensiklik
Yohanes XXIII .... Pada sejumlah titik, lagi berangkat dalam beberapa mengukur
dari bahasa abstrak dokumen sebelumnya, surat
tersebut berbicara secara konkret negara .... (Ini berbicara) secara rinci dan
jelas dengan kecanggihan tentang menantang fenomena urbanisasi di industri dan
berkembang baik .... (Paus) menegaskan yang lokal atau regional Kristen
masyarakat seperti itu harus melakukan tugas menerapkan norma-norma dan
prinsip-prinsip yang luas dengan kondisi dari lokal yang berbeda .... Akhirnya,
meskipun surat
suara catatan realisme perusahaan di seluruh, semangat tetap tanpa berkedip
positif dan penuh harapan. "
Kesejahteraan bersama "Apa yang
masih harus dilihat adalah bagaimana serius dunia akan mengambil pesan
kepausan,. Ketika Rerum Rerum dikeluarkan, putusan kelas ini sangat puas
menyikat off semua peringatan tentang kebodohan mereka dalam mengabaikan
ledakan ketidakpuasan yang berada di bawah permukaan yang jelas. Hari ini
sebanding dengan ketidakpuasan adalah endemik di seluruh sebagian besar: dunia.
Seperti di hari-hari Leo, panggilan Paus Paulus adalah tindakan, dan pertanyaan
itu akan menimbulkan adalah negara-negara kaya dan individu benar-benar bekerja
untuk membentuk dunia baru di sepanjang garis manusia, atau akan mereka hanya
menunggu, sebagai penguasa sebelumnya lakukan, untuk ledakan kekerasan untuk
meniup membuang mereka ke dalam sejarah? "
Tema – Tema Pokok Ensiklik Octogesima
Adveniens
Soal
kepastian dan ketidakpastian fenomen kemajuan bangsa manusia zaman ini
berkaitan dengan keadilan; urbanisasi dan konsekuensi-konsekuensinya; soal
diskriminasi; hak-hak manusiawi; kehidupan politik, ideologi; menyimak sekali
lagi daya tarik sosialisme; soal kapitalisme; panggilan kristiani untuk
bertindak memberi kesaksian hidup dan partisipasi aktif dalam hidup politik.
Dunia mengalami resesi ekonomi dengan
korban mereka yang miskin; di Amerika aksi Martin Luther King untuk perjuangan
hak-hak asasi marak dan menjadi perhatian dunia; protes melawan perang Vietnam.
8. CONVENIENTES
EX UNIVERSO (BERHIMPUN DARI SELURUH DUNIA) atau lebih tepat dikenal JUSTICIA
IN MUNDO (JUSTICE IN THE WORLD)
Sinode
Uskup, 30 November 1971
Sinode para
Uskup di dunia
Dunia
sedang berhadapan dengan problem keadilan. Untuk pertama kalinya (boleh disebut
demikian) sinode para uskup menaruh perhatian pada soal-soal yang berkaitan
dengan keadilan. Para uskup berhimpun dan
bersidang serta menelorkan keprihatinan tentang keadilan dalam tata dunia. Misi
Gereja tanpa ada suatu upaya konkret dan tegas mengenai tindakan perjuangan
keadilan, tidaklah integral. Misi Kristus dalam mewartakan datangnya Kerajaan
Allah mencakup pula datangnya keadilan. Dokumen ini banyak diinspirasikan oleh
seruan keadilan dari Gereja-Gereja di Afrika, Asia,
dan Latin Amerika. Secara khusus pengaruh pembahasan tema “Liberation” oleh
para uskup Amerika Latin di Medellin (Kolumbia). Keadilan merupakan dimensi
konstitutif pewartaan Injil. Dalam menghadapi situasi sekarang-hari dunia,
seperti yang ditandai oleh dosa besar ketidakadilan, kami menyadari baik
tanggung jawab kita dan ketidakmampuan kita untuk mengatasinya dengan kekuatan
kita sendiri. Situasi seperti ini mendorong kita untuk mendengarkan dengan hati
yang rendah hati dan terbuka untuk firman Allah, karena ia menunjukkan kita
jalan baru terhadap tindakan di jalan keadilan di dunia.
Dalam
Perjanjian Lama Allah menyatakan dirinya kepada kita sebagai pembebas kaum
tertindas dan pembela kaum miskin, menuntut dari iman orang-orang di dalam Dia
dan keadilan terhadap sesama. Hal ini hanya dalam ketaatan tugas keadilan bahwa
Allah benar-benar diakui sebagai pembebas kaum tertindas.
Oleh tindakan dan pengajaran Kristus
bersatu dengan cara yang terpisahkan hubungan orang dengan Allah dan hubungan
orang untuk satu sama lain. Kristus menjalani hidupnya di dunia sebagai total
pemberian diri kepada Allah untuk keselamatan dan pembebasan orang. Dalam
khotbahnya ia memberitakan kebapaan Allah terhadap semua orang dan campur
tangan keadilan Tuhan atas nama orang miskin dan tertindas (Luk 6: 21-23).
Dengan cara ini ia mengidentifikasi dirinya dengan-Nya "yang paling
tidak," ketika ia menyatakan: "Seperti yang Anda lakukan untuk salah
seorang dari yang paling hina ini yang merupakan anggota keluarga saya, kamu
telah melakukannya untuk Aku" (Mat 25:40).
Dari awal Gereja telah tinggal dan
memahami Kematian dan Kebangkitan Kristus sebagai panggilan oleh Tuhan untuk
konversi dalam iman Kristus dan dalam kasih satu sama lain, disempurnakan dalam
saling membantu bahkan sampai ke titik berbagi sukarela barang-barang materi.
Iman dalam Kristus, Anak Allah dan
Penebus, dan kasih terhadap sesama merupakan tema mendasar dari para penulis
Perjanjian Baru. Menurut St Paul, seluruh kehidupan Kristen adalah diringkas
dalam mempengaruhi iman bahwa cinta dan pelayanan dari tetangga yang melibatkan
pemenuhan tuntutan keadilan. Orang Kristen hidup di bawah hukum interior
kebebasan, yang merupakan panggilan permanen untuk kita berpaling dari
kemandirian untuk kepercayaan pada Tuhan dan dari kepedulian diri pada suatu
cinta yang tulus dari tetangga. Dengan demikian terjadi pembebasan asli dan
karunia dirinya untuk kebebasan orang lain.
Menurut pesan Kristen, oleh karena
itu, dari hubungan dengan sesama kita terikat dengan hubungan kita dengan
Allah; tanggapan kita terhadap kasih Allah, menyelamatkan kita melalui Kristus,
yang terbukti efektif dalam kasih-Nya dan pelayanan masyarakat. cinta Kristen
tetangga dan keadilan tidak dapat dipisahkan. Karena cinta menyiratkan
permintaan mutlak bagi keadilan, yaitu pengakuan atas martabat dan hak-hak
sesama. Keadilan mencapai kepenuhannya batin hanya dalam cinta. Karena setiap
orang benar-benar merupakan gambaran dari Allah yang tidak kelihatan dan
saudara Kristus, orang Kristen menemukan dalam diri setiap orang Allah sendiri
dan permintaan mutlak Tuhan untuk keadilan dan cinta.
Situasi saat ini di dunia, terlihat
dalam terang iman, panggilan kita kembali ke esensi dari pesan Kristen,
menciptakan dalam diri kita kesadaran yang dalam makna sebenarnya dan tuntutan
mendesak tersebut. Misi memberitakan Injil menentukan saat ini bahwa kita harus
mendedikasikan diri untuk pembebasan orang bahkan dalam keberadaan mereka saat
ini di dunia ini. Untuk kecuali pesan Kristen tentang kasih dan keadilan
menunjukkan efektivitas melalui tindakan di jalan keadilan di dunia, ia akan
hanya dengan kesulitan mendapatkan kredibilitas dengan orang-orang zaman kita.
Gereja telah menerima dari Kristus
misi memberitakan pesan Injil, yang berisi panggilan ke orang-orang untuk
berpaling dari dosa dengan kasih Bapa, kekerabatan universal dan permintaan
akibatnya bagi keadilan di dunia. Ini adalah alasan mengapa Gereja memiliki
hak, memang tugas, untuk mewartakan keadilan pada tingkat sosial, nasional dan
internasional, dan untuk mengecam kasus ketidakadilan, ketika hak-hak dasar
orang dan sangat keselamatan mereka permintaan itu. Gereja, memang, tidak
sendirian bertanggung jawab atas keadilan di dunia, namun, dia memiliki
tanggung jawab yang tepat dan spesifik yang diidentifikasi dengan misinya
memberi saksi sebelum dunia kebutuhan akan cinta dan keadilan yang terdapat dalam
pesan Injil, sebuah saksi harus dilakukan di lembaga-lembaga Gereja sendiri dan
dalam kehidupan orang Kristen.
Dari itu sendiri bukan milik Gereja,
sejauh ia merupakan suatu komunitas religius dan hirarkis, untuk menawarkan
solusi konkrit di bidang sosial, ekonomi dan politik untuk keadilan di dunia.
Misinya melibatkan membela dan memajukan martabat dan hak-hak dasar manusia.
Para
anggota Gereja, sebagai anggota masyarakat, memiliki hak yang sama dan tugas
untuk mempromosikan baik warga umum lainnya seperti halnya. Kristen harus
memenuhi kewajiban duniawi mereka dengan kesetiaan dan kompetensi. Mereka harus
bertindak sebagai ragi di dunia, dalam, kehidupan keluarga mereka profesional,
sosial, budaya dan politik. Mereka harus menerima tanggung jawab mereka di
wilayah ini di bawah pengaruh Injil dan ajaran Gereja. Dengan cara ini mereka
bersaksi kepada kuasa Roh Kudus melalui tindakan mereka dalam pelayanan orang
dalam hal-hal yang menentukan bagi eksistensi dan masa depan kemanusiaan.
Sementara di kegiatan seperti mereka umumnya bertindak atas inisiatif sendiri
tanpa melibatkan tanggung jawab hirarki gerejawi, dalam arti mereka lakukan
melibatkan tanggung jawab Gereja yang anggotanya mereka.
Tema – Tema Pokok Ensiklik Convenientes Ex
Universo
Misi
Gereja dan keadilan merupakan dua elemen yang tidak bisa dipisahkan; soal-soal
yang berhubungan dengan keadilan dan perdamaian: hak asasi manusia; keadilan
dalam Gereja; keadilan dan liturgi; kehadiran Gereja di tengah kaum miskin.
Terminologi kunci yang dibicarakan adalah “oppression” dan “liberation.
Konteks Zaman
Konteks
peristiwa dunia masih berada pada dokumen di atasnya. Dunia sangat haus akan
keadilan dan perdamaian. Pengaruh dari Pertemuan Medellin (di Kolumbia) tahun
1968 sangat besar.
9. EVANGELII NUNTIANDI (EVANGELISASI DI
DUNIA MODERN)
Anjuran
apostolik Paus Paulus VI
Evangelii
nuntiandi adalah nasihat apostolik yang diterbitkan pada tanggal 8 Desember
1975 oleh Paus Paulus VI berikut karya sinode pada tema (dari 7 September 1974
26 Oktober 1980). Hal ini berkaitan dengan penginjilan , dan menegaskan peranan
setiap orang Kristen (dan bukan hanya ditahbiskan sebagai imam) dalam
menyebarkan agama Katolik .
Itu namanya
berasal dari kata-kata pertama dari teks: Evangelii nuntiandi studium aetatis
hominibus nostrae (Upaya untuk mewartakan Injil kepada orang-orang waktu kita).
Ini
nasihat apostolik misionaris memberikan dorongan baru kepada Gereja Katolik,
dan pengajaran terinspirasi dari Yohanes Paulus II (yang berpartisipasi sangat
dalam Surat
drafting).
Arah dasarnya:
agar Gereja dalam pewartaannya dapat menyentuh manusia pada abad ke duapuluh.
Ada tiga pertanyaan dasar:
(1) Sabda
Tuhan itu berdaya, menyentuh hati manusia, tetapi mengapa Gereja dewasa ini menjumpai
hidup manusia yang tidak disentuh oleh Sabda Tuhan (melalui pewartaan Gereja)?
(2) Dalam
arti apakah kekuatan evangelisasi sungguh-sungguh mampu mengubah manusia abad
ke-20 ini?
(3) Metode-metode
apakah yang harus diterapkan agar kekuatan Sabda sungguh menemukan efeknya?
Tuhan Yesus
mewartakan keselamatan sekaligus pewartaan pembebasan. Gereja melanjutkannya.
Hal baru dalam dokumen ini ialah bahwa pewartaan Kabar Gembira sekaligus harus
membebaskan pula. Pada perayaan Immaculate Conception tahun 1975, sedikit lebih
dari satu tahun setelah penutupan Sinode, Paus diundangkan nasihat apostolik
Evangelii nuntiandi . Ia melakukannya secara eksplisit sebagai pengganti
Petrus, mencari "untuk mengkonfirmasi saudara-saudaranya", apa yang
baginya adalah "sebuah program hidup dan sehari-hari] tindakan [."
Pembacaan nasihat yang sangat mengesankan karena mempertahankan dan mata uang
hari ini semangat yang terbuka terhadap besok.
Sadar dari apa evangelisasi berarti
suatu kewajiban bagi Gereja dan Anak-anaknya, Paus Paulus VI meringkas apa yang
akan berkembang di nasihat sebagai berikut: "Setelah Dewan, dan terima
kasih kepada Dewan yang telah dibentuk untuk waktu-Nya Allah dalam ini siklus
sejarah, adalah Gereja lebih atau kurang tepat untuk mewartakan Injil dan untuk
memasukkannya dalam hati manusia dengan keyakinan, kebebasan jiwa, dan manfaat?
" Hasil Paus untuk membuat jawaban afirmatif indah eksplisit dalam proses
halaman berikut, menunjukkan bagaimana penginjilan adalah panggilan yang sangat
Gereja.
Hal
ini tidak mungkin di sini untuk merangkum ajaran Evangelii nuntiandi .
Garis-garis ini telah mencoba untuk latihan memori historis dari teks sangat
penting dalam menghadapi abad mendatang. Mereka telah berusaha untuk menjadi
undangan ke anak Gereja agar, 25 tahun sejak diundangkan, mereka dapat membaca
teks ini Magister yang mengundang kita untuk menjadi dan penginjilan komunitas
diinjili.
Tema – Tema Pokok Evangelii Nuntiandi
EN
(Evangelii Nuntiandi) mengajukan tema-tema problem kultural sekularisme
ateistis, indi-ference, konsumerisme, diskriminasi, pengedepanan kenikmatan
dalam gaya
hidup, nafsu untuk mendo-minasi.
Konteks Zaman
EN
(Evangelii Nuntiandi) dimaksudkan untuk memperingati Konsili Vatikan ke-10.
10. REDEMPTOR
HOMINIS (SANG PENEBUS MANUSIA) Ensiklik Yohanes Paulus II (Ensiklik-nya
yang pertama)
Redemptor
Hominis (Bahasa Latin untuk "Sang Penebus Manusia") adalah nama dari
ensiklik pertama yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II. Ensiklik ini
meletakkan sebuah rancangan dari masa kepausannya dalam penjelajahannya akan
masalah-masalah umat manusia saat ini dan terutama solusi-solusi yang diajukan
oleh umat manusia itu yang ditemukan di dalam sebuah pengertian yang lebih
mendalam akan pribadi manusia. Ensiklik ini diumumkan secara resmi pada tanggal
4 Maret 1979, kurang dari lima
bulan setelah ia diangkat menjadi Sri Paus.
Sebenarnya
Ensiklik ini tidak dikategorikan sebagai Ensiklik Ajaran Sosial Gereja. Tetapi,
lukisan tentang penebusan umat manusia oleh Yesus Kristus sebagai penebusan
yang menyeluruh memungkinkan beberapa gagasan ensiklik ini bersinggungan dengan
tema-tema keadilan sosial. Gagasan dasarnya: manusia ditebus oleh Kristus dalam
situasi hidupnya secara konkret. Yaitu, dalam hidup situasi di dunia modern.
Disinggung mengenai konsekuensi kemajuan dan segala macam akibat yang
ditimbulkan. Hak-hak asasi manusia dengan sendirinya juga didiskusikan. Misi
Gereja dan tujuan hidup manusia. Ensiklik pertama Paus Yohanes Paulus II ini
menelaah masalah-masalah besar yang dihadapi dunia saat itu. Paus Yohanes
Paulus II memulai masa kepausannya selama masa krisis keragu-raguan pribadi dan
kritik-kritik internal di dalam Gereja Katolik. Ia menyinggung akan hal ini
dalam kata pengantar ensikliknya, menyampaikan kepercayaannya bahwa gerakan
hidup yang baru di dalam Gereja "lebih kuat daripada gejala-gejala
keragu-raguan, keruntuhan dan krisis."
Redemptor
Hominis mengusulkan bahwa solusi dari masalah-masalah ini bisa ditemukan
melalui pengertian yang lebih sempurna akan seseorang: baik akan diri seorang
manusia maupun diri seorang Kristus. Sebagaimana demikian, ensiklik pertamanya
ini berulang kali menekankan pendekatan filosofis yang disukai oleh Sri Paus,
yaitu paham personalisme - sebuah pendekatan yang ia gunakan berulang kali
selama masa kepausannya.
Ensiklik ini
juga bekerja untuk menyiapkan Gereja bagi milenium ketiga yang akan datang,
merujuk tahun-tahun yang tersisi di abad ke-20 sebagai "sebuah masa dari
Advent (kedatangan yang ditunggu-tunggu) yang baru, sebuah masa penuh
pengharapan" dalam persiapan atas kedatangan milenium yang baru.
Hidup kekal, yang dijanjikan oleh
Bapa dalam Yesus Kristus, "adalah pemenuhan terakhir dari panggilan
manusia." Gereja, yang hidup kenyataan ini manusia, "harus
berkonsentrasi dan mengumpulkan sekitar yang Misteri, menemukan di dalamnya
cahaya dan kekuatan yang sangat diperlukan untuk misinya."
Dalam terang ajaran Konsili Vatikan
II, Gereja muncul sebagai yang bertanggung jawab untuk transmisi benar
kebenaran ilahi. Oleh karena itu, dia harus mematuhi dengan setia untuk itu
ketika dia mengaku dan mengajarkan iman. Tanggung jawab untuk kebenaran ini
juga berarti "mencintai dan mencari pemahaman yang paling tepat dari itu,
dalam rangka untuk membawa lebih dekat ke diri kita sendiri dan orang lain."
Di daerah ini, kerja sama yang erat pada bagian dari teolog dengan Magisterium
sangat diperlukan. Sebagai hamba kebenaran, "teolog ... tidak pernah bisa
melupakan arti pelayanan mereka di Gereja."
Tanggung
jawab Gereja kebenaran ilahi harus dibagi oleh semua. Teolog dan "semua
orang belajar di Gereja saat ini dipanggil untuk bersatu iman dengan belajar
dan kebijaksanaan, dalam rangka untuk membantu mereka untuk menggabungkan satu
sama lain." Spesialis dalam beragam disiplin, sebagai anggota Umat Allah,
berpartisipasi dalam misi kenabian Kristus untuk melayani kebenaran ilahi.
Kehidupan
sakramental Gereja dan setiap orang Kristen mencapai kepenuhannya dalam
Ekaristi. Dalam sakramen ini, oleh kehendak Kristus, misteri dari pengorbanan
di kayu salib, dengan yang ia peroleh bagi kita dari Bapa karunia-karunia Roh
Kudus dan hidup abadi baru dalam kebangkitan, terus-menerus diperbarui.
Dalam
merayakan Sakramen Tubuh dan Darah Kristus, sangat penting untuk menghormati
"besarnya penuh misteri ilahi ... di mana Kristus adalah benar-benar hadir
dan diterima, dan jiwa dipenuhi dengan rahmat." Semua dalam Gereja, tetapi
terutama uskup dan imam, harus waspada sehingga sakramen ini mungkin di tengah
kehidupan umat Allah.
Ekaristi adalah terkait erat dengan
Tobat: "Tanpa upaya ini pernah diperbaharui konstan untuk konversi,
mengambil bagian dari Ekaristi akan kurangnya efektivitas penuh penebusan
tersebut." Kedua sakramen sangat erat terkait dengan hidup menurut
semangat Injil. Gereja, terus mempersiapkan untuk kehidupan baru dari Tuhan,
harus menjadi Gereja Ekaristi dan Tobat. "Hanya bila dilihat dalam aspek
spiritual dari hidupnya dan aktivitas dia dipandang Gereja misi ilahi."
Panggilan Kristen terdiri dari
"menjadi hamba" dan "menjadi raja." Dalam terang ajaran
Kristus, hanya dengan "menjadi hamba" bisa salah satu benar-benar
"menjadi raja." Pada saat yang sama, "'menjadi hamba kedewasaan
rohani tuntutan begitu banyak sehingga harus benar-benar digambarkan sebagai'
menjadi raja." "
Layanan ini kerajaan mengenakan pada
kita masing-masing, mengikuti teladan Kristus, "tugas untuk permintaan
sendiri persis apa yang telah kita dipanggil untuk." Fidelity panggilan
untuk seseorang sangat penting berkaitan dengan tugas-tugas yang memerlukan
komitmen yang lebih besar dan yang lebih berpengaruh pada kehidupan tetangga
kita dan masyarakat.
Bekerja sama dengan kasih karunia
yang Kristus telah menang bagi kita, "kami dapat mencapai 'raja yang,'
untuk artinya, kita mampu menghasilkan manusia dewasa di masing-masing dari
kita." Ini berarti memanfaatkan penuh kebebasan yang Sang Pencipta telah
memberi kita: "Kristus mengajar kita bahwa penggunaan terbaik dari
kebebasan adalah amal, yang mengambil bentuk konkrit dalam diri memberi dan
dalam pelayanan."
Gereja
benar-benar melayani umat manusia ketika dia penjaga kebenaran ini dengan kasih
nyala api, dan ketika dia mengirimkan dan memberikan itu bentuk nyata dalam
kehidupan manusia. Ini menegaskan bahwa "manusia adalah dan selalu menjadi
'jalan' untuk kehidupan sehari-hari Gereja."
Dalam menghadapi tugas-tugas yang
Gereja depannya dan kesulitan ia mungkin mengalami, doa yang intens menjadi
penting. "Hanya doa dapat mencegah semua tugas ini sukses besar dan
kesulitan dari menjadi sumber krisis dan membuat mereka bukan kesempatan itu
dan, karena itu, dasar untuk prestasi dewasa semakin pada Umat march Allah
terhadap Tanah Perjanjian."
Tema – Tema Pokok Redemptor Huminis
Misteri
penebusan manusia di zaman modern; kemajuan dan akibat-akibatnya; misi Gereja
untuk menjawab persoalan zaman ini.
Konteks Zaman
Merupakan
Ensiklik pertama dari kepausan Bapa Suci Yohanes Paulus II.
11. LABOREM EXCERCENS (KERJA MANUSIA)
Laborem
Exercens adalah sebuah ensiklik yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II di
tahun 1981 mengenai pekerjaan manusiawi. Ensiklik ini merupakan bagian dari
sebuah kumpulan tulisan yang dikenal dengan nama "Ajaran Sosial
Katolik", yang asal-usulnya bisa ditelusuri pada dokumen Rerum Novarum
yang dikeluarkan oleh Paus Leo XIII di tahun 1891.
Yohanes Paulus
II menulis Ensiklik "Laborem Exercens" pada tahun 1981, pada
kesempatan ulang tahun ke-90 Ensiklik Leo XIII "Rerum Rerum" pada
pertanyaan tentang tenaga kerja. Itu ditandatangani pada tanggal 14 September,
pesta Salib Suci.
Di dalamnya ia mengembangkan konsep
martabat manusia dalam pekerjaan, penataan dalam empat poin: subordinasi
bekerja untuk manusia; keunggulan pekerja atas seluruh instrumen dan
pengkondisian yang secara historis merupakan dunia kerja, hak-hak manusia orang
sebagai faktor penentu dari semua proses sosial-ekonomi, teknologi dan
produktif, yang harus diakui, dan beberapa elemen yang dapat membantu semua
orang mengidentifikasi dengan Kristus melalui pekerjaan mereka sendiri.
Ensiklik memiliki pengenalan dan
empat bab: "Kerja dan Man," "Konflik Antara Tenaga Kerja dan
Modal dalam Fase kini Sejarah," "Hak Pekerja," dan "Elemen
untuk Spiritualitas Kerja.
"Aku ingin
mencurahkan dokumen ini," tulis Paus, "untuk bekerja manusia dan,
bahkan lebih, pada manusia dalam konteks yang luas dari realitas kerja ... Kerja
adalah salah satu aspek, satu abadi dan mendasar., salah satu yang selalu
relevan dan selalu menuntut perhatian diperbaharui dan saksi yang menentukan.
"
Hal ini tidak bagi Gereja untuk
menganalisis dampak bahwa perubahan di dunia kerja ini terhadap koeksistensi
manusia. "Tetapi Gereja menganggap itu tugasnya selalu untuk memperhatikan
martabat dan hak-hak mereka yang bekerja, untuk mengutuk situasi di mana bahwa
martabat dan hak-hak tersebut dilanggar, dan membantu untuk memandu perubahan
yang disebutkan di atas untuk memastikan otentik kemajuan oleh manusia dan
masyarakat. "
"Pekerjaan manusia adalah kunci,
mungkin kunci penting, untuk masalah sosial keseluruhan, jika kita mencoba
melihat pertanyaan yang benar-benar dari sudut pandang manusia baik Dan jika
solusi -. Atau lebih tepatnya solusi bertahap - dari masalah sosial , yang
terus datang dan menjadi semakin kompleks, harus dicari dalam arah kehidupan
membuat lebih manusiawi ', kemudian kunci, yaitu pekerjaan manusia, memperoleh
kepentingan mendasar dan menentukan. “
Yohanes Paulus
II menggarisbawahi keyakinan Gereja bahwa "pekerjaan merupakan dimensi
fundamental dari keberadaan manusia di bumi." Keyakinan ini ditemukan di
halaman pertama kitab Kejadian: "Beranakcuculah dan bertambah banyak, dan
memenuhi bumi dan menaklukkan itu."
"Kekuasaan manusia atas bumi
yang dicapai dalam dan melalui kerja ... Subjek kerja yang tepat terus menjadi
manusia.," Dan finalitas kerja "selalu manusia itu sendiri." Ini
adalah pertanyaan tentang makna obyektif dan subjektif dari kerja: meskipun
keduanya penting, kedua diutamakan, "tidak ada keraguan bahwa karya
manusia memiliki nilai etis dari sendiri, yang secara jelas dan langsung tetap
terkait dengan fakta bahwa orang yang membawanya keluar adalah orang, subyek yang
sadar dan bebas, artinya subjek yang memutuskan tentang dirinya. "
Walaupun
memupuk teknologi peningkatan dalam hal-hal yang dihasilkan oleh pekerjaan,
kadang-kadang "bisa berhenti menjadi sekutu manusia dan menjadi hampir
musuhnya, seperti ketika mekanisasi 'supplants' kerja dia, menghilangkan semua
kepuasan pribadi dan insentif untuk kreativitas dan tanggung jawab , ketika
banyak pekerja menghalangi pekerjaan mereka sebelumnya, atau ketika, melalui
meninggikan mesin, mengurangi manusia status budak tersebut. "
Bapa Suci ingat bahwa "untuk
mencapai keadilan sosial di berbagai belahan dunia, di berbagai negara, dan
dalam hubungan antara mereka, ada kebutuhan untuk gerakan yang selalu baru
solidaritas para pekerja dan buruh. "
"Kerja adalah hal yang baik bagi
manusia - hal yang baik bagi kemanusiaan-Nya - karena melalui pekerjaan manusia
tidak hanya mengubah alam, beradaptasi dengan kebutuhan sendiri, tetapi ia juga
mencapai pemenuhan sebagai manusia dan memang, dalam arti tertentu, menjadi '
lebih manusia menjadi '.
Paus mengamati
bahwa selama periode yang telah berlalu sejak publikasi "Rerum Rerum"
(1891), "yang tidak berarti belum selesai, masalah pekerjaan yang tentu
saja telah diajukan atas dasar konflik besar yang di usia, dan bersama-sama dengan,
perkembangan industri muncul antara 'modal' dan 'tenaga kerja'. "
Antagonisme ini "menemukan
ekspresi dalam konflik ideologis antara liberalisme, dipahami sebagai ideologi
kapitalisme, dan Marxisme, dipahami sebagai ideologi sosialisme ilmiah dan komunisme,
yang mengaku bertindak sebagai juru bicara bagi kelas pekerja dan kaum proletar
seluruh dunia. "
Kemudian, ia mengingat prinsip
"prioritas tenaga kerja atas modal." Yang pertama "selalu
merupakan penyebab efisien utama, sedangkan modal, seluruh koleksi sarana
produksi, tetap menjadi instrumen belaka atau menyebabkan instrumental."
Dengan demikian muncul kesalahan ekonomisme, "yang mempertimbangkan kerja
manusia semata-mata sesuai dengan tujuan ekonomi."
Yohanes Paulus II kemudian merujuk
pada hak milik pribadi, menekankan bahwa ajaran Gereja mengenai prinsip ini
"menyimpang radikal dari program kolektivisme seperti yang dicanangkan
oleh Marxisme," dan "program kapitalisme dipraktekkan oleh
liberalisme dan oleh sistem politik yang diilhami oleh itu. "
"Posisi kapitalisme 'kaku' terus
tetap tidak dapat diterima, yaitu posisi yang membela hak eksklusif untuk
kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi sebagai 'dogma' tak tersentuh
kehidupan ekonomi Prinsip menghormati tuntutan pekerjaan. Bahwa hak ini harus
menjalani revisi konstruktif, baik dalam teori maupun dalam praktek. "
Untuk alasan ini, terlepas dari jenis sistem produksi, maka perlu bagi setiap
pekerja untuk menyadari bahwa "dia bekerja 'untuk dirinya sendiri'.” Bapa
Suci menggarisbawahi bahwa hak asasi manusia yang berasal dari pekerjaan adalah
bagian dari hak-hak dasar orang.
Dia membahas kebutuhan untuk
mengambil tindakan terhadap pengangguran, yang merupakan bencana sosial yang
benar dan masalah moral serta sifat ekonomi.
Dimulai dengan konsep "majikan
tidak langsung," dengan kata lain, "semua agen di tingkat nasional
dan internasional yang bertanggung jawab untuk seluruh orientasi kebijakan
tenaga kerja," catatan dia bahwa untuk memecahkan masalah pengangguran,
ini agen "harus membuat ketentuan untuk perencanaan keseluruhan." Ini
"tidak bisa berarti sentralisasi sepihak oleh otoritas publik Sebaliknya,.
Apa yang ada dalam pertanyaan adalah koordinasi adil dan rasional, dalam
kerangka yang inisiatif individu ... harus dijaga."
Berbicara tentang hak-hak pekerja, ia
mengingat martabat bekerja di sektor pertanian dan kebutuhan untuk menawarkan
pekerjaan ke orang cacat. Adapun soal gaji, ia menulis bahwa "masalah
utama etika sosial dalam hal ini adalah bahwa hanya remunerasi untuk pekerjaan
yang dilakukan."
Selain itu, "harus ada evaluasi
ulang sosial peran ibu." Secara khusus, "proses kerja secara
keseluruhan harus diorganisir dan diadaptasi sedemikian rupa untuk menghormati
persyaratan orang dan nya bentuk kehidupan, atas semua kehidupan di rumah,
dengan mempertimbangkan usia dan jenis kelamin individu."
Sudah sepatutnya bahwa perempuan
"harus dapat memenuhi tugas mereka sesuai dengan sifat mereka sendiri,
tanpa diskriminasi dan tanpa dikeluarkan dari pekerjaan yang mereka mampu, tetapi
juga tanpa mengurangi rasa hormat terhadap aspirasi keluarga mereka dan untuk
mereka yang spesifik peran dalam berkontribusi, bersama-sama dengan laki-laki,
untuk kebaikan masyarakat. "
Selain upah, ada manfaat sosial
lainnya yang bertujuan "untuk menjamin kehidupan dan kesehatan pekerja dan
keluarga mereka." Dalam hal ini, ia mencatat hak untuk waktu luang, yang
harus mencakup istirahat mingguan dan liburan tahunan.
Paus kemudian mempertimbangkan
pentingnya serikat pekerja, yang ia sebut "elemen tak terpisahkan dari
kehidupan sosial." "Salah satu metode yang digunakan oleh serikat
pekerja di mengejar hanya hak-hak anggota mereka adalah penghentian mogok atau
metode kerja ini diakui oleh ajaran sosial Katolik sebagai sah dalam kondisi
yang tepat dan hanya dalam batas,." Tetapi tidak boleh disalahgunakan.
Adapun
pertanyaan tentang emigrasi untuk alasan bekerja, ia menegaskan bahwa manusia
berhak untuk meninggalkan negaranya untuk mencari kondisi kehidupan yang lebih
baik di negara lain. "Yang paling penting adalah bahwa orang yang bekerja
jauh dari tanah kelahirannya, baik sebagai permanen emigran atau sebagai
pekerja musiman, tidak boleh ditempatkan pada posisi yang kurang menguntungkan
dibandingkan dengan pekerja lain di masyarakat yang dalam hal hak-hak bekerja.
Tema – Tema Pokok
Sebagian
besar isinya ialah tentang keadilan kerja, yang sudah dikatakan dalam Rerum
Novarum; memang Ensiklik ini dimaksudkan untuk memperingati 90 tahun Rerum
Novarum.
Kerja dan
manusia; semua orang berhak atas kerja, termasuk di dalamnya yang cacat;
perlunya jaminan keselamatan / kesehatan dalam kerja; manusia berhak atas
pencarian kerja yang lebih baik di mana pun, juga di negeri orang.
Konteks Zaman
Dalam periode
zaman ini dirasakan sangat besar jumlah pengangguran. Para
pekerja migrant (tenaga asing) sangat mudah diperas dan mendapat perlakuan
tidak adil.
12. SOLLICITUDO REI SOCIALIS (KEPRIHATINAN
SOSIAL)
Ensiklik Paus
Yohanes Paulus II
Sollicitudo
Rei Socialis adalah sebuah ensiklik yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II
pada tanggal 30 Desember 1987. Ensiklik ini ditulis dalam hubungannya dengan
'Keprihatinan Sosial' bagi perayaan tahun ke-20 'Populorum progressio'.
Ensiklik ini menyajikan berbagai perbedaan antara
kemajuan dan pembangunan, dan
menandaskan bahwa “pembangunan yang sejati tidak
dapat dibatasi pada penggandaan barang dan jasa – pada apa yang dimiliki
seseorang – tetapi mesti memberi andil bagi kepenuhan ‘keberadaan’ manusia.
Dengan demikian corak moral dari pembangunan yang nyata ditampakkan secara
jelas.” Yohanes Paulus II, seraya merujuk pada moto kepausan Paus Pius XII, “opus
iustitiae pax” (perdamaian adalah buah keadilan), berkomentar: “sekarang
dapat dikatakan dengan secermat itu dan atas
kekuatan ilham alkitabiah yang sama pula (bdk. Yes
32:17; Yak 3:18), opussolidaritatis pax (damai merupakan buah
solidaritas).
Ensiklik
ini merupakan ulang tahun ke-20 dari Ensiklik Populorum Progressio. Jurang
antara wilayah / negara-negara Selatan (miskin) dan Utara (kaya) luar biasa
besarnya. Perkembangan dan kemajuan sering kali sekaligus pemiskinan pada
wilayah lain. Persoalannya semakin rumit manakala dirasakan semakin hebatnya
pertentangan ideologis antara Barat dan Timur, antara kapitalisme dan
komunisme. Persaingan ini semakin memblokir kerjasama dan solidaritas kepada
yang miskin. Negara-negara Barat semakin membabi buta dalam eksplorasi
kemajuan. Sementara negara-negara miskin semakin terpuruk oleh kemiskinannya.
Konsumerisme dan “dosa struktural” makin mendominasi hidup manusia. Dalam
konteks pengalaman sedih tahun terakhir dan gambar negatif terutama saat ini,
Gereja sangat harus menegaskan kemungkinan mengatasi hambatan yang, dengan
kelebihan atau dengan cacat, berdiri di jalan pembangunan. Dan dia harus
menegaskan kepercayaan dirinya dalam sebuah pembebasan sejati. Pada akhirnya,
ini keyakinan dan kemungkinan ini didasarkan pada kesadaran Gereja dari janji
ilahi menjamin bahwa sejarah sekarang kita tidak tetap tertutup dalam dengan
sendirinya tapi terbuka untuk Kerajaan Allah.
Gereja memiliki keyakinan juga pada
manusia, meskipun ia tahu kejahatan yang ia mampu. Karena ia juga tahu bahwa
walaupun warisan dosa, dan dosa yang masing-masing mampu melakukan terdapat
dalam kualitas manusia yang cukup dan energi, sebuah "kebaikan"
fundamental (lih. Kej 1:31), karena dia adalah citra sang pencipta, ditempatkan
di bawah pengaruh penebusan Kristus, yang "bersatu dirinya dengan cara
tertentu dengan setiap manusia", dan karena manjur "memenuhi
bumi" (Keb 1:7).
Tidak ada pembenaran maka untuk putus
asa atau pesimisme atau inersia. Meskipun itu dengan kesedihan, harus dikatakan
bahwa hanya sebagai salah satu mungkin dosa melalui egoisme dan keinginan untuk
mendapatkan keuntungan yang berlebihan dan kekuasaan, kita juga dapat ditemukan
ingin berkenaan dengan kebutuhan mendesak dari orang banyak manusia tenggelam
dalam kondisi keterbelakangan, karena takut, kebimbangan dan, pada dasarnya,
melalui sikap pengecut. Kita semua dipanggil, memang berkewajiban, untuk
menghadapi tantangan yang luar biasa dekade terakhir Milenium kedua, juga
karena bahaya ini mengancam setiap orang: dunia krisis ekonomi, perang tanpa
batas, tanpa pemenang atau pecundang. Dalam menghadapi ancaman tersebut,
perbedaan antara orang kaya dan negara-negara dan individu miskin dan negara
akan memiliki nilai yang kecil, kecuali bahwa tanggung jawab yang lebih besar
terletak pada mereka yang memiliki lebih dan dapat berbuat lebih banyak.
Ini bukan satu-satunya namun motif
atau bahkan yang paling penting. Dipertaruhkan adalah martabat manusia, yang
pertahanan dan promosi telah dipercayakan kepada kita oleh Pencipta, dan kepada
siapa laki-laki dan wanita pada setiap saat sejarah secara ketat dan
bertanggung jawab dalam utang. Seperti banyak orang yang sudah lebih atau kurang
jelas menyadari, situasi saat ini tampaknya tidak sesuai dengan martabat ini.
Setiap individu dipanggil untuk memainkan perannya dalam kampanye damai,
kampanye yang akan dilakukan dengan cara damai, dalam rangka untuk mengamankan
pembangunan dalam damai, guna melindungi alam itu sendiri dan dunia sekitar
kita. Gereja juga merasa sangat terlibat dalam usaha ini, dan dia berharap
untuk sukses akhirnya.
Akibatnya, mengikuti contoh Paus
Paulus VI dengan nya Ensiklik Populorum Progressio,Saya ingin banding dengan
kesederhanaan dan kerendahan hati untuk semua orang, kepada semua laki-laki dan
perempuan tanpa terkecuali. Saya ingin meminta mereka untuk menjadi yakin
keseriusan saat ini dan tanggung jawab setiap individu seseorang, dan
melaksanakan dengan cara mereka hidup sebagai individu dan sebagai keluarga,
dengan menggunakan sumber daya mereka, oleh aktivitas sipil mereka, dengan
kontribusi untuk ekonomi dan politik keputusan dan komitmen pribadi untuk usaha
nasional dan internasional - tindakan yang diilhami oleh kesetiakawanan dan
kasih preferensi bagi masyarakat miskin. Ini adalah apa yang dituntut oleh saat
ini dan di atas semua dengan sangat martabat pribadi manusia, gambar
dihancurkan Allah Pencipta, yang identik dalam kita masing-masing.
Dalam komitmen ini, putra dan putri
Gereja harus menjadi contoh dan panduan, karena mereka dipanggil, sesuai dengan
program yang diumumkan oleh Yesus sendiri di sinagoga di Nazaret, untuk
"memberitakan kabar baik kepada orang miskin ... untuk memberitakan pembebasan
bagi para tawanan dan memulihkan penglihatan orang buta, untuk ditetapkan pada
kebebasan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun diterima Tuhan
"(Luk 4:18-19). Hal ini sesuai untuk menekankan peran terkemuka yang
dimiliki oleh kaum awam, baik laki-laki dan perempuan, seperti yang ditegaskan
dalam Majelis Sinode baru-baru ini. Ini adalah tugas mereka untuk menghidupkan
realitas temporal dengan komitmen Kristen, dengan mana mereka menunjukkan bahwa
mereka adalah saksi dan pelaku perdamaian dan keadilan.
Saya ingin alamat terutama mereka
yang, melalui Sakramen Pembaptisan dan profesi dari Pengakuan Iman yang sama,
berbagi, sesungguhnya meskipun tidak sempurna, persekutuan dengan kami. Saya
yakin bahwa kekhawatiran yang dinyatakan dalam Ensiklik ini serta motif
inspirasi akan asing bagi mereka, karena motif tersebut terinspirasi oleh Injil
Yesus Kristus. Kita dapat menemukan di sini sebuah undangan baru untuk menjadi
saksi bersama-sama untuk keyakinan bersama tentang martabat manusia, diciptakan
oleh Allah, ditebus oleh Kristus, disucikan oleh Roh dan dipanggil di dunia ini
hidup sesuai dengan martabat ini.
Aku juga alamat banding ini kepada
orang Yahudi, yang berbagi dengan kami warisan dari Abraham, "kami ayah
dalam iman" (lih. Rm 4:11 f.) dan tradisi Perjanjian Lama, serta Muslim
yang, seperti kita, percaya pada Tuhan adil dan penyayang. Dan saya
memperpanjang untuk semua pengikut agama-agama besar di dunia.
Pertemuan diadakan pada tanggal 27
Oktober lalu di Assisi, kota Santo Fransiskus, untuk berdoa dan bertekad untuk
perdamaian --- masing-masing satu di kesetiaan kepada profesi agamanya sendiri
menunjukkan berapa banyak perdamaian dan, sebagai kondisi yang diperlukan nya,
pengembangan seluruh pribadi dan semua orang, juga masalah agama, dan bagaimana
pencapaian penuh baik satu dan yang lainnya tergantung pada kesetiaan kita
untuk panggilan kita sebagai pria dan wanita iman. Untuk itu tergantung, di
atas semua, pada Tuhan.
Gereja juga tahu bahwa tidak ada
prestasi temporal adalah diidentifikasi dengan Kerajaan Allah, tetapi bahwa
semua prestasi tersebut hanya mencerminkan dan dalam arti mengantisipasi
kemuliaan Kerajaan, Kerajaan yang kita menunggu pada akhir sejarah, ketika
Tuhan akan datang lagi. Tapi harapan yang tidak pernah bisa menjadi alasan
untuk kurangnya perhatian bagi orang-orang dalam situasi konkret mereka pribadi
dan dalam kehidupan sosial, nasional dan internasional, karena mantan
dikondisikan oleh terakhir, khususnya hari ini.
Namun tidak sempurna dan sementara
adalah semua hal yang dapat dan harus dilakukan melalui upaya gabungan semua
orang dan melalui rahmat ilahi, pada saat tertentu sejarah, dalam rangka untuk
membuat hidup rakyat "lebih manusiawi", tidak akan hilang atau akan
sia-sia. Ini adalah ajaran Konsili Vatikan II, dalam bagian mencerahkan dari
Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes: "Ketika kita telah menyebar di bumi
buah dari sifat kita dan perusahaan martabat manusia, persekutuan persaudaraan,
dan kebebasan sesuai dengan perintah Tuhan dan Roh-Nya, kita akan berakhir
mereka sekali lagi, kali ini dibersihkan dari noda dosa, diterangi dan
dimuliakan, ketika Kristus hadir untuk Bapa-Nya kerajaan abadi dan universal
... di bumi bahwa Kerajaan sudah hadir di misteri ".
Kerajaan Allah menjadi hadir di atas
semua dalam perayaan Sakramen Ekaristi, yang merupakan Pengorbanan Tuhan. Dalam
perayaan bahwa buah dari bumi dan pekerjaan tangan manusia roti dan anggur
berubah secara misterius, tapi benar-benar dan substansial, melalui kuasa Roh
Kudus dan kata-kata menteri, menjadi Tubuh dan Darah Tuhan Yesus Kristus, Anak
Allah dan Anak Maryam, melalui siapa Kerajaan Bapa telah dibuat hadir di
tengah-tengah kita.
Barang-barang dunia ini dan pekerjaan
tangan kami roti dan anggur melayani untuk kedatangan Kerajaan definitif, karena
Tuhan, melalui Roh-Nya, membawa mereka ke dalam dirinya untuk menawarkan
dirinya kepada Bapa dan untuk menawarkan kita dengan dirinya dalam perpanjangan
satu Kurban, yang mengantisipasi Kerajaan Allah dan menyatakan yang terakhir
datang.
Jadi Tuhan menyatukan kita dengan
dirinya sendiri melalui Sakramen Ekaristi dan Pengorbanan dan dia menyatukan
kita dengan dirinya sendiri dan dengan satu sama lain dengan ikatan yang kuat
dari setiap kesatuan alam; dan dengan demikian bersatu, dia mengirimkan kami ke
seluruh dunia menjadi saksi, melalui iman dan bekerja, untuk mengasihi Tuhan,
mempersiapkan kedatangan Kerajaan-Nya dan mengantisipasi hal itu, meskipun
dalam ketidakjelasan saat ini.
Semua dari kita yang mengambil bagian
dalam Ekaristi dipanggil untuk menemukan, melalui Sakramen, makna mendalam dari
tindakan kita di dunia dalam mendukung pembangunan dan perdamaian, dan untuk
menerima dari itu kekuatan untuk melakukan diri kita semakin murah hati,
berikut contoh Kristus, yang dalam Sakramen ini memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya (bdk. Yoh 15:13). komitmen pribadi kita, seperti Kristus dan
dalam persatuan dengan-Nya, tidak akan sia-sia tetapi pasti berbuah.
Disebut sebagai Tahun Maria saat ini
agar umat Katolik mungkin terlihat lebih banyak dan lebih kepada Maria yang
berjalan di depan kita di ziarah iman dan dengan berdoa perawatan ibu untuk
kita sebelum dia Putra, Penebus kita. Saya ingin mempercayakan dan dia syafaat
nya saat ini sulit dunia modern, dan upaya yang sedang dibuat dan akan dibuat,
sering dengan penderitaan yang besar, dalam rangka memberikan kontribusi
terhadap pembangunan masyarakat yang benar.
Sesuai dengan kesalehan Kristen
selama berabad-abad, kami hadir untuk situasi Santa Perawan individu sulit,
sehingga ia dapat menempatkan mereka sebelum nya Putra, meminta bahwa ia
meringankan dan mengubahnya. Tapi kami juga hadir untuk situasi sosial dan
krisis internasional itu sendiri, dalam aspek mengkhawatirkan mereka dari
kemiskinan, pengangguran, kekurangan pangan, perlombaan senjata, penghinaan
terhadap hak asasi manusia, dan situasi atau bahaya konflik, sebagian atau
total. Dalam semangat berbakti kita ingin menempatkan semua ini sebelum nya
"mata belas kasih", mengulang sekali lagi dengan iman dan harapan
pujian kuno: "Suci Bunda Allah, tidak memandang rendah petisi kami di
kebutuhan kita, tetapi selalu bebaskanlah kami dari segala bahaya , mulia dan
diberkati .
Tema – Tema Pokok
Ensiklik
ini mengajukan makna baru tentang pengertian “the structures of sin”;
pemandangan secara teliti sumbangsih Ensiklik yang diperingati, Populorum
Progressio; digambarkan pula panorama zaman ini dengan segala kemajuannya;
tinjauan teologis masalah-masalah modern.
Konteks Zaman
Perang
berkecamuk seputar ideologi pada zaman ini; Soviet menginvasi Afganistan dan
setahun kemudian menarik diri dari Afganistan; dan berbagai ketegangan yang
dimunculkan oleh persaingan ideologis yang hebat.
13. CENTESIMUS ANNUS (TAHUN KE SERATUS)
Ensiklik Yohanes
Paulus II
Centesimus
Annus (bahasa Latin yang berarti "seratus tahun") adalah sebuah
ensiklik yang ditulis Paus Yohanes Paulus II pada 1991, pada saat perayaan
ke-100 dari Rerum Novarum. Ensiklik ini merupakan bagian dari tulisan mengenai
Ajaran sosial Katolik, yang bermula dari Rerum Novarum, yang dikeluarkan oleh
Paus Leo XIII pada 1891, dan terutama Perjanjian Baru.
Menandai
ulang tahun Rerum Novarum yang ke-100. Dokumen ini memiliki jalan pikiran yang
kurang lebih sama, paradigma yang ditampilkan dalam Rerum Novarum untuk
menyimak dunia saat ini. Perkembangan baru berupa jatuhnya komunisme dan
sosialisme marxisme di wilayah Timur (Eropa Timur) menandai suatu periode baru
yang harus disimak secara lebih teliti. Jatuhnya sosialisme marxisme tidak
berarti kapitalisme dan liberalisme menemukan pembenarannya. Kesalahan
fundamental dari sosialisme ialah tiadanya dasar yang lebih manusiawi atas
perkembangan. Martabat dan tanggung jawab pribadi manusia seakan-akan
disepelekan. Di lain pihak, kapitalisme bukanlah pilihan yang tepat pula.
Perkembangan yang mengedepankan eksplorasi kebebasan akan memicu ketidakadilan
yang sangat besar. Centesimus Annus mengurus pula soal-soal lingkungan hidup
yang menjadi permasalahan menyolok pada zaman ini.
Pope John Paul
II, yang paus Foundation "Centesimus Annus Pro Pontifice (CAPP)"
dengan Chirograph dari 5 Juni 1983 dan didirikan pada tanggal 1 Mei 1991
dimasukkan ke dalam kekerasan. Dia didukung oleh sekelompok orang-orang
Katolik, melalui kewirausahaan yang profesional dan berkualitas, awalnya
dipimpin oleh Cardinal Rosalio José Castillo Lara, sejak 2006 oleh Cardinal
Attilio Nicora.
Tujuan
Yayasan paus "Centesimus Annus Pro Pontifice" adalah sosial Katolik
mengajar lebih dikenal untuk dilakukan, terutama surat ensiklik "Centesimus Annus".
Oleh karena itu adalah dengan asosiasi keagamaan lainnya. CAPP yang akan
mendukung inisiatif untuk mengembangkan keberadaan dan kegiatan Gereja Katolik
di berbagai sektor masyarakat. Yayasan juga mempromosikan pencarian moneter
sumbangan untuk mendukung kegiatan langsung dari Apostolic kursi.
Ensiklik
ini merupakan bagian dari perayaan untuk mengucap syukur kepada Allah, yang
"turun semua don yang sangat baik dan setiap anugerah yang sempurna" ( St 1, 17), karena telah menggunakan dokumen
yang dipublikasikan abad yang lalu oleh Tahta Petrus, yang telah memberikan
banyak manfaat bagi Gereja dan dan menyebar begitu banyak cahaya dunia.
Perayaan dibuat di sini menyangkut Leonin ensiklik dan ensiklik dan
tulisan-tulisan lain dari pendahulu saya, yang telah membantu untuk membuat
hadir dan hidup di dalam waktu, sehingga merupakan apa yang disebut 'sosial
doktrin', ' sosial mengajar "atau bahkan" magisterium sosial
"Gereja.
Validitas ajaran ini berkaitan dan
saya telah menerbitkan dua ensiklik pada tahun saya kepausan: yang Exercens
Laborem pada tenaga kerja manusia, dan Sollicitudo Rei Sosialis pada masalah
saat ini perkembangan individu dan masyarakat . Pada
akhir abad lalu Gereja mendapati dirinya menghadapi proses sejarah yang sudah
lama, tapi kemudian mencapai puncaknya. Menentukan faktor dalam proses ini
adalah satu set perubahan-perubahan radikal dalam, ekonomi, sosial, dan bahkan
dalam ilmu politik dan teknologi, selain pengaruh luas ideologi dominan.
Hasil dari
perubahan ini di arena politik, konsepsi baru masyarakat, negara dan,
karenanya, dari otoritas. Sebuah masyarakat tradisional adalah meninggal dunia,
saat ia mulai membentuk baterai dibebankan pada harapan kebebasan baru tapi
pada saat yang sama dengan ancaman bentuk-bentuk baru ketidakadilan dan
perbudakan.
Dalam bidang ekonomi, di mana
penemuan ilmiah dan aplikasi mereka, secara bertahap mencapai struktur baru
dalam produksi barang-barang konsumsi. Ada muncul suatu bentuk baru dari harta,
modal, dan bentuk baru dari tenaga kerja, upah buruh, ditandai dengan tingginya
tingkat produksi, tanpa memperhatikan untuk seks, usia atau situasi keluarga,
dan hanya ditentukan oleh efisiensi dengan maksud untuk meningkatkan
keuntungan.
Pekerjaan demikian menjadi komoditas,
yang bisa dibeli dan dijual bebas di pasar dan harga ditentukan oleh hukum
penawaran dan permintaan, tanpa memperhitungkan minimal diperlukan untuk
mempertahankan individu dan keluarganya. Selain itu, pekerja bahkan tidak yakin
mampu menjual "baik sendiri" mereka, terus-menerus terancam oleh
pengangguran, yang, karena tidak adanya jaminan sosial, berarti momok
kelaparan.
Akibat transformasi ini adalah
"pembagian masyarakat menjadi dua kelas yang dipisahkan oleh sebuah jurang
yang dalam". Keadaan ini terkait dengan perubahan politik yang ditandai.
Dan dominan teori politik maka demikian adalah untuk mempromosikan kebebasan
ekonomi total oleh undang-undang yang sesuai, atau, sebaliknya, dengan tidak
sengaja intervensi apapun. Pada saat yang sama mulai muncul di sebuah, sering
kekerasan terorganisir, lain konsepsi tentang properti dan kehidupan ekonomi
yang berarti sebuah organisasi sosial dan politik baru.
Pada puncak bentrokan ini, ketika
sudah jelas ketidakadilan serius dari realitas sosial, yang berkembang di
banyak bagian, dan bahaya dari sebuah revolusi dibantu oleh ide-ide yang
kemudian disebut "sosialis", Leo XIII campur dengan dokumen organik
menghadapi "pertanyaan tenaga kerja." Dalam ensiklik ini telah
didahului oleh lain yang ditujukan terutama untuk ajaran politik, kemudian akan
muncul lainnya . Dalam konteks ini kita harus ingat khususnya ensiklik
praestantissimum Libertas, yang menekankan hubungan intrinsik antara kebebasan
manusia dengan kebenaran, sehingga kebebasan yang menolak untuk terikat pada
kebenaran akan jatuh ke dalam kesewenang-wenangan dan akhirnya menyerahkan ke
nafsu basest dan menghancurkan dirinya sendiri. Memang, dari mana semua
kejahatan yang timbul terhadap yang ingin bereaksi Rerum Rerum, tapi kebebasan
yang, di bidang sosial dan kegiatan ekonomi, dipisahkan dari kebenaran tentang
manusia?
Paus juga menarik inspirasi dalam
ajaran pendahulu mereka, dokumen banyak uskup, studi ilmiah yang disponsori
oleh orang awam, dalam kegiatan gerakan Katolik dan asosiasi, serta prestasi
praktis dalam bidang sosial, yang ditandai kehidupan Gereja pada paruh kedua
abad kesembilan belas.
Tema – Tema Pokok Ensiklik Centesimus Annus
Skema
jalan pikiran Ensiklik ini serupa dengan dokumen-dokumen sebelumnya:
pertama-tama dibicarakan dulu mengenai Rerum Novarum yang diperingati;
berikutnya dengan menyimak pola Rerum Novarum, Ensiklik Centesimus Annus
membahas “hal-hal baru zaman sekarang”; diajukan pula catatan “tahun 1989”
(adalah tahun jatuhnya tembok Berlin); prinsip harta benda dunia diperuntukkan
bagi semua orang; negara dan kebudayaan; manusia ialah jalan bagi Gereja; soal
lingkungan hidup.
Ensiklik Paus
Yohanes Paulus II “Centesimus Annus” disusun dan dikeluarkan untuk Yubileum
(seratus tahun kenangan atas Ensiklik Rerum Novarum dari Paus Leo XIII).
Poin-poin pokok di awal ” Centesimus Annus”, sebagai kenangan 100 tahun ajaran
sosial ensiklik Rerum Novarum, yaitu sebagai berikut:
·
mengecam ideologi sosialisme yang mengingkari
hak milik pribadi. Menurut paham sosialis, milik pribadi dialihkan hanya kepada
negara. Turut mengecam liberalis yang punya akses kekayaan ke pihak penguasa
negara, sehingga para pemilik modal menjadi “anak emas” penguasa negara.
·
tidak boleh memperlakukan buruh sebagai barang
dan budak. Tapi setiap manusia harus dihargai martabatnya. Seturut keluhuran
martabat Kristiani.
·
Jadi secara singkat, ada empat pokok penting
dalam kenangan 100 tahun Rerum Novarum:
1.
paham sosialis harus ditolak. Karena tidak mengakui hak
milik pribadi;
2.
menuntut hak akan upah yang adil: upah harus menjamin
kesempurnaan hidup para buruh juga, antara lain: kesehatan, cuti hamil,
meningkatkan skill dll.
3.
kaum buruh berhak untuk berserikat: sehingga kesatuan
untuk membela hak-haknya makin menjadi kuat.
4.
Ada
peran/intervensi negara: guna mengatur kehidupan masyarakat dan melindungi
golongan lemah, seperti buruh. Ini sebagai peranan subsidier dari pihak negara.
·
masalah dan peristiwa baru dewasa ini:
a. akhir dari ideologi
sosialisme (di negara komunis). Dimana sosialisme dan
paham ateis itu tak mampu
memahami dimensi pribadi pada manusia.
Padahal manusia adalah Ciptaan
Allah paling luhur. Bagi paham sosialis, kesejahteraan manusia diabdikan demi
alat/hamba ekonomi dan tatanan hidup sosial belaka, (AC 13);
b. modal produksi dan hak milik
pribadi berkait dengan kerja. Kerja sebagai
faktor produksi dari kekayaan
(bumi/alam). Dan kerja disebut produktif jika mengenal baik daya produktifitas
bumi. Dan juga mengenal baik kebutuhan nyata dari yang dilayani oleh kerja
tersebut, (AC 31). Maka Paus menekankan bahwa sumber kekayaan hidup adalah
kerja. Ini mencakup peran inisiatif (dalam aspek ekonomi) para usahawan pula.
Dimana perusahaan merupakan kesatuan banyak individu dan punya sikap menanggungnya
secara bersama-sama, (AC 43).
Konteks Zaman
Jatuhnya
komunisme di Eropa Timur yang ditandai dengan runtuhnya tembok Berlin; Nelson Mandela –
sang figur penentang diskriminasi – bebas dari penjara (1990). Memang ada
sekian “hal-hal baru” yang pantas disimak
14. The Participation of Catholics in
Political life
Dokumen
yang dikeluarkan oleh Kongregasi Suci untuk Ajaran Iman. Dokumen ini merupakan
garis bawah pentingnya partisipasi umat Katolik pada kehidupan politik. Umat
Katolik tidak boleh pasif. Tantangan perkembangan dan kemajuan demikian besar,
umat Katolik diminta memiliki kesadaran-kesadaran tanggung jawab dan partisipasi
untuk memajukan kehidupan bersama dalam soal-soal politik. Politik bukanlah
lapangan kotor, melainkan lapangan kehidupan yang harus ditata dengan baik.
Dalam
pemilihan tahun ini isu aborsi setidaknya sama signifikan di masa lalu. Selama
kunjungan Paus Benediktus XVI ke Amerika Serikat pada bulan April, 2008,
masalah menerima banyak publisitas ketika beberapa high-profile
"pro-choice" politisi Katolik - gubernur, anggota kongres, dll - yang
disiarkan televisi menerima Komuni Kudus pada Misa Kepausan. Ini masalah moral
mendasar datang ke fokus lebih tajam karena calon wakil presiden dari partai
Demokrat adalah Katolik senator dari Delaware yang jelas
"pro-choice", dan Ketua DPR adalah "pro-choice" Katolik
Demokrat senator dari California. Keduanya telah membuat pernyataan yang sangat
umum dan menyesatkan tentang ajaran Gereja tentang aborsi. (Para
calon Partai Republik untuk presiden dan wakil presiden tegas pada masalah
kehidupan, meskipun tidak beragama Katolik.)
Sengketa ini
tidak lebih dari apa ajaran moral Katolik hidup-masalah ini - bahwa seluruh
hidup manusia adalah suci, bahwa hak untuk hidup merupakan dasar untuk semua
hak asasi manusia lainnya, dan bahwa aborsi, pembunuhan disengaja anak-anak
yang belum lahir, yang paling rentan manusia makhluk, adalah suatu kejahatan
mengerikan.
Sebaliknya, konflik berpusat pada
kewajiban setiap Katolik tidak hanya untuk mengenali apa yang Gereja
mengajarkan, tapi untuk secara aktif melestarikan, melindungi dan membela
ajaran moral yang mendasar, menempatkan mereka dalam praktek bila memungkinkan.
Beberapa politisi Katolik berpendapat
bahwa ada "dinding pemisah" antara Gereja dan Negara, dan bahwa
keyakinan seseorang hanyalah urusan pribadi dari "hati nurani" yang
tidak (dan tidak harus) mempengaruhi keputusan legislatif '- tidak bahkan pada
isu moral kunci .
Salah satu manifestasi dari konflik
moral dasar adalah apakah politisi Katolik yang pro-aborsi dapat diterima untuk
Komuni. Hal ini menjadi masalah kontroversi, bahkan di antara beberapa pemimpin
Katolik terkemuka, tidak termasuk beberapa uskup.
Pada bagian ini, kami telah
mengumpulkan sumber daya penting, termasuk kutipan dari dokumen Gereja kunci,
laporan dari uskup US
individu, dan link bermanfaat lainnya.
Tujuan kami adalah untuk memberikan
bantuan informatif bagi umat Katolik dalam membedakan isu yang terlibat, dan
dalam membentuk dasar bagi keputusan untuk mendukung calon untuk kantor yang
bekerja untuk perundang-undangan yang konsisten dengan hukum moral yang
mendasar sesuai dengan ajaran Katolik.
Keadilan adalah
baik tujuan dan kriteria intrinsik dari semua politik . Politik adalah lebih
dari sekedar mekanisme untuk mendefinisikan aturan kehidupan publik: asal-usul
dan tujuannya ditemukan dalam keadilan, yang pada dasarnya harus dilakukan
dengan etika. Negara mau tak mau harus menghadapi pertanyaan bagaimana keadilan
dapat dicapai di sini dan sekarang. Namun ini mengandaikan suatu yang lebih
radikal bahkan pertanyaan: apakah keadilan? Masalahnya adalah salah satu alasan
praktis, tetapi jika alasannya adalah untuk dilaksanakan dengan baik, itu harus
menjalani pemurnian konstan, karena ia tidak pernah dapat benar-benar bebas
dari bahaya kebutaan etis tertentu yang disebabkan oleh efek mempesona
kekuasaan dan kepentingan khusus.
Di sini politik dan iman bertemu.
Iman oleh alam khususnya adalah sebuah perjumpaan dengan Allah yang hidup -
sebuah perjumpaan membuka cakrawala baru memperluas di luar lingkup nalar.
Tetapi juga kekuatan pemurni karena alasan itu sendiri. Dari sudut pandang
Allah, iman alasan membebaskan dari bintik buta dan karenanya membantu untuk
menjadi yang lebih lengkap sendiri. Iman memungkinkan alasan untuk melakukan
tugasnya lebih efektif dan untuk melihat objek yang tepat dengan lebih jelas.
Di sinilah ajaran sosial Katolik memiliki tempat: ia tidak berniat memberikan
Gereja kuasa atas Negara. Apalagi itu merupakan upaya untuk memaksakan pada
mereka yang tidak berbagi iman cara berpikir dan cara melakukan yang benar
kepada iman. Tujuannya adalah hanya untuk membantu memurnikan akal dan memberikan
kontribusi, di sini dan sekarang, untuk pengakuan dan pencapaian apa yang adil.
ajaran sosial Gereja berargumen berdasarkan nalar dan hukum alam, yaitu,
berdasarkan apa yang sesuai dengan sifat setiap manusia . Ini mengakui bahwa
tidak Gereja tanggung jawab untuk membuat ajaran ini berlaku dalam kehidupan
politik. Sebaliknya, Gereja ingin membantu membentuk hati nurani dalam
kehidupan politik dan untuk merangsang wawasan yang lebih besar persyaratan
otentik keadilan serta kesiapan yang lebih besar untuk bertindak sesuai, bahkan
ketika ini mungkin melibatkan konflik dengan situasi kepentingan pribadi.
Membangun ketertiban sosial dan sipil saja, dimana setiap orang menerima apa
yang nya jatuh tempo, adalah tugas penting yang setiap generasi harus mengambil
lagi. Sebagai tugas politik, ini tidak dapat's langsung tanggung jawab Gereja.
Namun, karena juga merupakan tanggung jawab manusia yang paling penting, Gereja
berkewajiban untuk menawarkan, melalui pemurnian akal dan melalui pembentukan
etika, kontribusi sendiri yang spesifik ke arah memahami persyaratan keadilan
dan mencapai mereka secara politis.
Tema – Tema Pokok
Seputar
kehidupan politik dan pentingnya partisipasi umat beriman Katolik untuk peduli
dengan soal-soal politik.
Konteks Zaman
Zaman
ini mengukir soal-soal yang sangat menyolok: hidup manusia ditentukan oleh
realitas tata politik; aneka persoalan kemunduran sosial seringkali ditandai
dengan kebangkrutan politik dalam hidup bersama; soal-soal yang menyangkut
kebebasan beragama dan kebebasan berkembang dalam budayanya juga menjadi
perkara yang dominan pada periode sekarang ini
15. DIGNITATIS HUMANAE (Pernyataan tentang
Kebebasan Beragama)
Dokumen lain dari
Konsili Vatikan II yang sangat penting dalam kumpulan ajaran sosial Gereja
adalah Pernyataan Dignitatis Humanae,di mana hak untuk kebebasan
beragama dimaklumkan dengan sangat jelas dan tegas. Dokumen ini menyajikan
tema tersebut dalam dua bab. Yang pertama, yang bercorak umum, menegaskan bahwa
kebebasan beragama dilandaskan pada martabat pribadi manusia dan bahwa
kebebasan itu mesti dikokohkan sebagai sebuah hak sipil dalam tatanan hukum
masyarakat. Bab kedua mengkaji tema tersebut dalam terang wahyu serta
menjelaskan dampak-dampak pastoralnya, sembari menunjukkan bahwa itu adalah
sebuah hak yang tidak hanya bersangkut paut denganrang sebagai individu tetapi
juga dengan berbagai kelompok orang
Dignitatis
Humanæ atau Pernyataan tentang Kebebasan Beragama adalah salah satu dokumen
yang signifikan dari Konsili Vatikan Kedua. Pernyataan ini disetujui oleh para
Uskup dalam sebuah pemungutan suara 2.308 berbanding 70.
Judul Dignitatis
Humanæ atau Martabat Pribadi Manusia (Dalam Bahasa Inggris "Of the Dignity
of the Human Person" diambil dari baris pertama dokumen, sebagaimana umumnya
dokumen Gereja Katolik dinamai. Kebebasan atau kekebalan dari paksaan dalam hal
keagamaan yang merupakan sumbangan dari orang-orang sebagai individu juga untuk
diakui sebagai hak mereka ketika mereka bertindak di masyarakat.
Komunitas-komunitas keagamaan adalah persyaratan sifat sosial baik manusia dan
agama itu sendiri.
Diperoleh hanya tuntutan ketertiban
umum yang diamati, komunitas agama berhak mengklaim kebebasan agar mereka dapat
mengatur sendiri sesuai dengan norma mereka sendiri, menghormati Mahatinggi
dalam kebaktian umum, membantu anggota mereka dalam praktek kehidupan religius,
memperkuat mereka dengan instruksi, dan mempromosikan lembaga-lembaga di mana
mereka bisa bergabung bersama-sama untuk tujuan pemesanan kehidupan mereka
sendiri sesuai dengan prinsip agama mereka.
Komunitas-komunitas keagamaan juga
memiliki hak untuk tidak terhalang, baik oleh tindakan hukum atau tindakan
administratif dari pihak pemerintah, dalam pengangkatan, pelatihan seleksi,,
dan kepindahan menteri mereka sendiri, dalam berkomunikasi dengan otoritas
agama dan masyarakat luar negeri, di mendirikan bangunan untuk tujuan
keagamaan, dan dalam perolehan dan penggunaan dana yang sesuai atau properti.
Komunitas-komunitas
keagamaan juga memiliki hak untuk tidak terhalang dalam mengajar publik mereka
dan saksi iman mereka, baik oleh diucapkan atau dengan kata-kata tertulis.
Namun, dalam menyebarkan keyakinan agama dan praktik keagamaan memperkenalkan
setiap orang harus setiap saat untuk menahan diri dari segala macam tindakan
yang mungkin tampaknya membawa petunjuk pemaksaan atau semacam persuasi yang
akan tercela atau tidak layak, terutama ketika berhadapan dengan orang miskin
atau tidak berpendidikan orang. Sedemikian rupa tindakan harus dianggap sebagai
penyalahgunaan hak seseorang dan pelanggaran hak orang lain.
Selain itu, ia datang dalam arti
kebebasan beragama bahwa masyarakat agama tidak harus dilarang. bebas melakukan
untuk menunjukkan nilai khusus doktrin mereka dalam apa yang menyangkut
organisasi masyarakat dan inspirasi dari seluruh aktivitas manusia. Akhirnya,
sifat sosial manusia dan sifat agama mampu dasar dari hak orang bebas untuk
mengadakan pertemuan dan mendirikan organisasi pendidikan, budaya, amal dan
sosial, di bawah dorongan rasa religius mereka sendiri.
Keluarga, karena masyarakat dalam
dirinya sendiri aslinya, berhak dengan bebas untuk hidup religius sendiri
domestik di bawah bimbingan orang tua. Orang tua, apalagi, memiliki hak untuk
menentukan, sesuai dengan keyakinan agama mereka sendiri, jenis pendidikan
agama bahwa anak-anak mereka untuk menerima. Pemerintah, karena itu, harus
mengakui hak orang tua untuk membuat pilihan yang benar-benar bebas dari
sekolah dan sarana pendidikan lainnya, dan penggunaan kebebasan memilih ini
tidak untuk dijadikan alasan untuk memaksakan beban yang tidak adil pada orang
tua, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, hak orang tua
dilanggar, jika anak-anak mereka dipaksa untuk mengikuti pelajaran atau
petunjuk yang tidak sesuai dengan keyakinan agama mereka, atau jika satu sistem
pendidikan, dari mana semua pembentukan agama yang dikeluarkan, dikenakan pada
semua.
Karena
kesejahteraan umum masyarakat terdiri dalam keseluruhan kondisi kehidupan
sosial dimana laki-laki menikmati kemungkinan mencapai kesempurnaan mereka
sendiri dalam kepenuhan tertentu mengukur dan juga dengan beberapa relatif
mudah, itu terutama terdiri dalam perlindungan hak, dan dalam pelaksanaan
tugas, pribadi manusia. Oleh karena itu perawatan hak untuk kebebasan beragama
devolves pada seluruh warga, pada kelompok-kelompok sosial, pada pemerintah,
dan atas Gereja dan komunitas keagamaan lainnya, dalam kebajikan tugas dari
semua terhadap kesejahteraan umum, dan dalam cara yang tepat untuk
masing-masing.
Perlindungan dan promosi hak-hak
inviolable peringkat manusia di antara tugas penting dari pemerintah. Oleh
karena itu pemerintah. Adalah mengasumsikan melindungi kebebasan beragama semua
warganya, secara efektif, hanya dengan hukum dan dengan cara lain yang sesuai .
Pemerintah juga untuk membantu
menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pembinaan kehidupan beragama,
supaya orang mungkin benar-benar diaktifkan untuk menggunakan hak keagamaan
mereka dan untuk memenuhi kewajiban agama mereka, dan juga agar masyarakat itu
sendiri dapat keuntungan dengan kualitas moral keadilan dan perdamaian yang
asalnya dalam kesetiaan laki-laki kepada Allah dan kudus-Nya akan .
Jika, dilihat dari keadaan aneh
mendapatkan antara masyarakat, pengakuan sipil khusus diberikan kepada satu
komunitas agama dalam tatanan konstitusional masyarakat, maka pada saat yang
sama penting bahwa hak semua warga negara dan komunitas keagamaan untuk
kebebasan beragama harus diakui dan dibuat efektif dalam prakteknya.
Akhirnya, pemerintah adalah untuk
memastikan bahwa kesetaraan warga negara di depan hukum, yang itu sendiri
merupakan unsur kesejahteraan umum, tidak pernah dilanggar, baik secara terbuka
atau diam-diam, karena alasan agama. Juga tidak ada harus diskriminasi antara
warga negara.
Oleh
karena itu suatu kesalahan dilakukan ketika pemerintah menetapkan atas
orang-orangnya, dengan paksaan atau rasa takut atau cara lain, profesi atau
penolakan agama apapun, atau jika menghalangi orang dari bergabung atau
meninggalkan suatu komunitas religius. Semua lebih sebuah pelanggaran kehendak
Allah dan hak-hak suci orang dan keluarga bangsa-bangsa ketika gaya dibawa untuk
menanggung dengan cara apapun untuk menghancurkan atau menekan agama, baik
dalam seluruh umat manusia atau suatu negara tertentu atau komunitas tertentu.
Tema – Tema Pokok
Seputar
kehidupan manusia yg berpindah agama dengan alasan yg berbeda dan tertentu yg
terkadang banyak ditentang oleh bnyak pihak maupun Negara.
Konteks Zaman
Zaman
ini mengukir soal-soal yang sangat menyolok: hidup manusia ditentukan karena
adanya suatu panggilan dari agama lain yang ingin dia kenal lebih dekat
sehingga menjadi agama yang diyakininya tapi masi ada orang yg menentang
perbuatanya untuk berpindah agama dari orang maupun pemerintah dalam bentuk
kebebasan mendirikan rumah ibadah.
16. THEOLOGY OF LIBERATION (Teologi
Pembebasan)
Kongregasi
Doktrin Iman, 6 Agustus 1984
Teologi
pembebasan adalah sebuah gerakan Kristen di teologi politik yang menafsirkan
ajaran Yesus Kristus dalam kaitannya dengan pembebasan dari kondisi ekonomi,
politik, atau sosial yang tidak adil. Ini telah digambarkan oleh para pendukung
sebagai "interpretasi iman Kristen melalui miskin penderitaan, perjuangan
dan harapan, dan kritik dari masyarakat dan iman Katolik dan Kristen melalui
mata orang miskin", dan oleh pengkritik sebagai dikristenkan Marxisme .
Meskipun teologi
pembebasan telah tumbuh menjadi sebuah dan antar-denominasi gerakan
internasional, mulai sebagai suatu gerakan dalam Katolik Roma gereja di Amerika
Latin pada tahun 1950-1960-an. Pembebasan teologi muncul terutama sebagai
reaksi moral terhadap kemiskinan yang disebabkan oleh ketidakadilan sosial di
wilayah itu. Istilah ini diciptakan pada tahun 1971 oleh Peru imam Gustavo
Gutiérrez , yang menulis salah satu gerakan yang paling terkenal buku-buku,
Sebuah Teologi Pembebasan . eksponen mencatat lainnya adalah Leonardo Boff dari
Brazil, Jon Sobrino El Salvador, dan Juan Luis Segundo Uruguay.
Pengaruh
teologi pembebasan berkurang setelah para pendukung menggunakan konsep Marxis
diberi peringatan oleh Vatikan s ' Kongregasi Ajaran Iman (CDF) pada tahun 1984
dan 1986. Vatikan mengkritik strain tertentu Teologi Pembebasan untuk berfokus
pada dimensi kelembagaan dosa dengan mengesampingkan individu, dan karena
diduga misidentifying hirarki gereja sebagai anggota kelas istimewa.
Secara
sederhana, Teologi Pembebasan adalah sebuah usaha untuk menafsirkan Kitab Suci
melalui penderitaan masyarakat miskin. Hal ini sebagian besar merupakan doktrin
humanistik. Hal ini dimulai di Amerika Selatan pada tahun 1950-an bergolak
ketika Marxisme membuat keuntungan besar di antara masyarakat miskin karena
penekanannya pada redistribusi kekayaan, yang memungkinkan petani miskin untuk
berbagi dalam kekayaan elit kolonial dan dengan demikian peningkatan status ekonomi
mereka dalam kehidupan. Sebagai teologi, ia telah sangat kuat akar Roma
Katolik.
Teologi Pembebasan itu diperkuat
tahun 1968 di Konferensi Uskup Amerika Latin kedua yang bertemu di Medellin, Kolombia. Idenya
adalah untuk mempelajari Alkitab dan untuk memperjuangkan keadilan sosial dalam
Kristen (Katolik) masyarakat. Karena model pemerintah hanya untuk redistribusi
kekayaan di negara Amerika Selatan adalah model Marxis, redistribusi kekayaan
untuk meningkatkan standar ekonomi masyarakat miskin di Amerika Selatan
mengambil rasa Marxis tertentu. Karena mereka yang memiliki uang sangat enggan
untuk berpisah dengan dalam setiap model redistribusi kekayaan, penggunaan
populis (baca miskin) pemberontakan didorong oleh mereka yang bekerja paling
dekat dengan orang miskin. Akibatnya, Teologi Pembebasan model terperosok dalam
dogma Marxis dan menyebabkan revolusioner.
Sebagai hasil dari kecenderungan
Marxis-nya, Teologi Pembebasan seperti yang dilakukan oleh para uskup dan imam
Amerika Selatan dikritik pada tahun 1980 oleh hirarki Katolik, dari Paus
Yohanes Paulus di bawah. Hirarki atas Gereja Katolik dituduh teolog pembebasan
mendukung revolusi kekerasan dan perjuangan kelas Marxis langsung. penyimpangan
ini biasanya hasil dari pandangan humanis manusia yang dikodifikasikan ke dalam
Gereja Doktrin oleh imam bersemangat dan uskup dan menjelaskan mengapa hirarki
Katolik atas sekarang ingin memisahkan diri dari doktrin Marxis dan revolusi.
Pembebasan
teologi dimulai dengan premis bahwa teologi semua bias - yaitu, teologi
tertentu mencerminkan kelas ekonomi dan sosial dari mereka yang dikembangkan
mereka. Oleh karena itu, teologi tradisional dominan di Amerika Utara dan Eropa
dikatakan "mengabadikan kepentingan putih, / Amerika Utara Eropa,
laki-laki kapitalis." Teologi ini diduga "mendukung dan melegitimasi
sistem politik dan ekonomi - kapitalisme demokrasi - yang bertanggung jawab
untuk memanfaatkan dan memiskinkan Dunia Ketiga."
Seperti Bonhoeffer, teolog pembebasan
mengatakan teologi harus dimulai dengan "pandangan dari bawah" -
yaitu, dengan penderitaan kaum tertindas. Dalam kerangka yang luas, teolog
pembebasan berbeda telah mengembangkan metodologi khusus untuk teologi
"melakukan". Sejak munculnya teologi pembebasan dan pertumbuhan yang
pesat melalui komunitas-komunitas basis gerejawi, memecah belah perpecahan
telah terjadi antara kepemimpinan Vatikan dan teolog Katolik Roma di Amerika
Latin. Selama beberapa dekade yang lalu, Vatikan telah menjadi semakin terbuka
untuk konsep pembebasan.
Sebagai contoh, Konsili Vatikan II -
diadakan di Roma 1962-1965 - mengutuk kesenjangan yang lebar antara negara kaya
dan miskin dunia. pemimpin Gereja itu menyatakan sebuah "pilihan
preferensial bagi masyarakat miskin." Tiga tahun kemudian, Medellin
Konferensi Uskup Amerika Latin (1968) mengecam ketidaksetaraan ekstrim di
antara kelas sosial serta penggunaan adil kekuasaan dan eksploitasi.
Paus Yohanes Paulus II telah selama
bertahun-tahun mengabdikan dirinya untuk menetapkan kebijakan seimbang pada
aktivisme politik bagi rohaniwan Katolik Roma. Dia telah kukuh menganjurkan
keadilan sosial, tetapi juga konsisten memperingatkan para ulama tentang
menjadi terlalu terlibat dalam urusan sekuler dan tentang bahaya Marxisme.
Tema – Tema Pokok Ensiklik Theology of
Liberation
Sebagian
besar isinya ialah tentang teologi pembebasa sebuah gerakan Kristen di teologi
politik yang menafsirkan ajaran Yesus Kristus dalam kaitannya dengan pembebasan
dari kondisi ekonomi, politik, atau sosial yang tidak adil. Ini telah
digambarkan oleh para pendukung sebagai "interpretasi iman Kristen melalui
miskin penderitaan, perjuangan dan harapan, dan kritik dari masyarakat dan iman
Katolik dan Kristen melalui mata orang miskin", dan oleh pengkritik
sebagai dikristenkan Marxisme .
Meskipun teologi
pembebasan telah tumbuh menjadi sebuah dan antar-denominasi gerakan
internasional,
Konteks Zaman
Pada
saat aliraan agama yang semaikin banyak ,karena banyak penafsiran dari para
tokoh teolog yg ada di seluruh dunia mengenai agama.
17. SACRAMENTUM CARITATIS ("Sakramen
Kasih")
Caritatis
Sacramentum ("Sakramen Kasih") adalah yang pertama pasca- synodal (
Roma , 2 Oktober 2005-Oktober 23, 2005) nasihat apostolik oleh Paus Benediktus
XVI . Itu ditandatangani 22 Februari 2007.
Dokumen ini
menguraikan tentang sakramen dari Ekaristi . Setelah pendahuluan, itu terdiri
dari tiga bagian, masing-masing menyajikan perspektif yang berbeda dari Gereja
pemahaman 'Ekaristi.
Ini menyangkut
dokumen kata sakramen Ekaristi dan dibagi dalam tiga bagian berputar di sekitar
Ekaristi sebagai misteri ;
(1) dapat
dipercaya,
(2) untuk
dirayakan, dan
(3) harus
dijalani.
Bisa dipercaya
Karena
Ekaristi tidak menawarkan apapun yang hanya kita tetapi orang yang sangat Yesus
Kristus itu harus dianggap sebagai sumber dan puncak kehidupan Kristen.
Ekaristi adalah par excellence, misteri iman itu sendiri karena iman kita yang
terkandung di dalamnya. Iman adalah pertama-tama terbangun oleh firman Tuhan
dan kemudian dipelihara dan dibuat untuk tumbuh dalam perjumpaan dengan Kristus
Yesus yang bangkit yang hadir dalam Sakramen Ekaristi. Paragraf 7-11
menafsirkan Alkitab sebagai Yesus menyajikan secara bebas memberikan diri dalam
berkorban untuk kita dan membawa tentang perjanjian baru dan kekal kebaruan
radikal yang terkandung dalam setiap perayaan Ekaristi. Dia adalah sastra roti
hidup yang telah turun dari surga (ref Yoh 6:51). Ini sama paragraf bersama
dengan ayat 12 sekarang ini dimensi Trinitarian dalam Ekaristi dimana Yesus
diutus oleh Bapa yang kekal dan disusun atas kelahirannya itu oleh kuasa Roh
Kudus. Roti dan anggur transubstantiate ke dalam tubuh dan darah Yesus Kristus
dalam cara yang sama: sebagai diutus oleh Bapa dan ditransformasikan oleh Roh
Kudus .Karena keindahan Ekaristi berkaitan langsung dengan Kristus secara
pribadi, itu memungkinkan para peserta sekilas ke dalam negara eskatologis
urusan .
Harus dirayakan
Dalam
perayaan Ekaristi, Yesus Kristus menunjukkan kepada kita bagaimana kebenaran
cinta bisa mengubah bahkan misteri gelap kematian ke dalam cahaya bersinar
kebangkitan. Melalui Ekaristi, Dia menjadi semua dalam semua, hadir dalam
totalitas-Nya dalam diri para anggota Gereja .
Para anggota individu membentuk batu rohani Gereja.
Menyanyi adalah ekspresi dari sukacita dan, jika kita mempertimbangkan materi,
ungkapan cinta. Manusia baru menyanyikan sebuah lagu baru.
Kita
juga harus menekankan hubungan antara Sinode baru-baru ini Uskup tentang
Ekaristi dan peristiwa yang telah terjadi di kehidupan Gereja dalam beberapa
tahun terakhir. Pertama-tama, kita harus mengingat Jubileum Agung tahun 2000,
Tahun dengan yang Pendahulu saya tercinta, Hamba Allah Yohanes Paulus II, yang
dipimpin Gereja Kristen ke milenium ketiga. Tahun Yobel jelas memiliki dimensi
Ekaristi signifikan. Juga tidak dapat kita lupa bahwa Sinode para Uskup didahului,
dan dalam arti dipersiapkan untuk, dengan Tahun Ekaristi yang Yohanes Paulus
II, dengan pandangan ke depan yang besar, ingin seluruh Gereja untuk merayakan.
Tahun itu, yang dimulai dengan
Kongres Ekaristi Internasional di Guadalajara pada Oktober 2004 , berakhir pada
23 Oktober 2005 , pada akhir XI Synodal Majelis, dengan kanonisasi lima orang
kudus khususnya dibedakan untuk kesalehan Ekaristi mereka: Uskup Józef
Bilczewski, Bapa Gaetano Catanoso, Zygmunt Gorazdowski dan Alberto Hurtado
Cruchaga, dan Kapusin Fra Felice da Nicosia. Berkat ajaran yang diajukan oleh
Yohanes Paulus II dalam Surat Apostolik Mane Nobiscum Domine dan saran
bermanfaat Kongregasi untuk Ibadat dan Disiplin Sakramen, banyak inisiatif
dilakukan oleh Keuskupan dan berbagai kelompok gerejawi dalam rangka untuk
membangunkan kembali dan meningkatkan iman Ekaristi, untuk meningkatkan
kualitas perayaan Ekaristi, untuk mempromosikan adorasi Ekaristi dan untuk
mendorong solidaritas praktis yang, mulai dari Ekaristi, akan menjangkau mereka
yang membutuhkan. Akhirnya, menyebutkan harus terbuat dari pentingnya terhormat
Pendahulu's Ensiklik terakhir, Ecclesia de Eucharistia, di mana ia meninggalkan
kami pernyataan magisterial yakin Gereja mengajar pada Ekaristi dan kesaksian
akhir tempat pusat yang ilahi ini sakramen yang ada dalam hidupnya sendiri,
Dan
Post-Synodal Apostolik berusaha untuk mengambil kekayaan dan keragaman refleksi
dan proposal yang baru-baru ini muncul dari Sidang Umum Biasa dari Sinode para
Uskup - dari Lineamenta ke Propositiones , sepanjang jalan laboris Instrumentum
, maka Relationes ante dan post disceptationem , intervensi dari para Bapa
Sinode, yang auditores dan delegasi persaudaraan - dan dapat menawarkan
beberapa petunjuk dasar yang ditujukan untuk memperbaharui komitmen terhadap
minat dan semangat Ekaristi di Gereja. Sadar akan warisan besar doktrin dan
disiplin terakumulasi selama berabad-abad yang berkaitan dengan sakramen ini,
Saya ingin di sini untuk mendukung keinginan diungkapkan oleh para Bapa Sinode
dengan mendorong orang-orang Kristen untuk memperdalam pemahaman mereka tentang
hubungan antara yang misteri Ekaristi , yang tindakan liturgi , dan ibadah
rohani yang baru yang berasal dari Ekaristi sebagai sakramen amal
SC 88: Ekaristi
adalah misteri untuk dipersembahkan kepada dunia; Ekaristi adalah roti yang dibagi-bagi untuk kehidupan dunia
(Yoh 6:51).
SC 89: Ekaristi memiliki ciri
sosial: kesatuan dengan juga merupakan kesatuan dengan semua orang. Saya tidak
dapat memiliki Kristus hanya untuk diri saya sendiri. Saya dapat menjadi
anggota-Nya hanya dalam kesatuan dengan semua yang menjadi milik-Nya.
Maka:
hubungan ekaristi dan komitmen sosial harus dinyatakan secara eksplisit.
SC 91-92: menyebut secara
eksplisit tema ASG.
Tema – Tema Pokok Ensiklik Sacramentum
Caritatis
Untuk
mendukung keinginan diungkapkan oleh para Bapa Sinode dengan mendorong
orang-orang Kristen untuk memperdalam pemahaman mereka tentang hubungan antara
yang misteri Ekaristi , yang tindakan liturgi , dan ibadah rohani yang baru
yang berasal dari Ekaristi sebagai sakramen amal .
Konteks Zaman
Mengingat
kebutuhan untuk menemukan kembali pengampunan sakramental, harus ada sebuah
Lembaga Pemasyarakatan di setiap Keuskupan. Akhirnya, dan suara praktek
seimbang mendapatkan indulgensi , baik untuk diri sendiri atau untuk orang
mati, dapat bermanfaat untuk penghargaan yang diperbarui dari hubungan antara
Ekaristi dan Rekonsiliasi. Dengan ini berarti umat beriman mendapatkan
"pengampunan di hadapan Allah dari hukuman sementara akibat dosa-dosa yang
kesalahannya telah diampuni."
18. CARITASIN VERITATE ("Amal di
Kebenaran")
Paus
Benediktus XVI ( 2009 )
Caritas
di Veritate ( Latin : "Amal di Kebenaran" ) adalah yang ketiga
ensiklik dari Paus Benediktus XVI dan ensiklik pertama sosialnya. Itu
ditandatangani pada tanggal 29 Juni 2009, dan diumumkan pada tanggal 7 Juli
2009. Pada awalnya diterbitkan dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Italia,
Polandia, Portugis, dan Spanyol.
Ensiklik
berkaitan dengan masalah-masalah perkembangan global dan kemajuan menuju
kebaikan bersama, dengan alasan bahwa kedua Kasih dan Kebenaran merupakan
elemen penting dari suatu respon yang efektif. Karya ini ditujukan kepada semua
lapisan masyarakat global - ada titik-titik tertentu yang ditujukan pada para
pemimpin politik, pemimpin bisnis, pemimpin agama, penyedia dana dan lembaga
bantuan tetapi bekerja secara keseluruhan juga ditujukan kepada semua orang
yang baik akan.
Ensiklik
berisi refleksi terperinci mengenai masalah-masalah ekonomi dan sosial dan
masalah. Paus menunjukkan bahwa Gereja tidak menawarkan solusi teknis yang
spesifik, tetapi prinsip-prinsip moral lebih untuk menginformasikan membangun
solusi tersebut. Tema ekonomi meliputi serangan terhadap fundamentalisme pasar
bebas, meskipun polarisasi sederhana dari model pasar bebas versus
intervensionis solusi pemerintah besar ditolak. Ada penekanan tentang perlunya tindakan dari
semua pelaku ekonomi untuk diberitahu oleh etika serta motif profit. daerah
lain yang dibahas meliputi kelaparan, lingkungan, migrasi, pariwisata seksual,
bioetika, relativisme budaya, solidaritas sosial, energi dan isu-isu
kependudukan. Charity dalam kebenaran, yang menjadi saksi Yesus Kristus dengan
kehidupan duniawi dan terutama oleh kematian dan kebangkitan, merupakan
kekuatan pendorong utama di balik pengembangan otentik setiap orang dan semua
umat manusia. Love - caritas - merupakan kekuatan luar biasa yang menyebabkan
orang untuk memilih dan murah hati keterlibatan berani di bidang keadilan dan
perdamaian. Ini adalah kekuatan yang berasal dari Allah, Abadi Cinta dan
Kebenaran Mutlak. Setiap orang menemukan kebaikan mereka dengan ketaatan pada
rencana Tuhan untuk dia, dalam rangka mewujudkan sepenuhnya: dalam rencana ini,
dia menemukan kebenaran, dan melalui kepatuhan terhadap kebenaran ini ia
menjadi bebas (bdk. Yoh 8:32). Untuk membela kebenaran, untuk mengartikulasikan
dengan kerendahan hati dan keyakinan, dan untuk memberi kesaksian dalam hidup
Oleh karena itu menuntut dan bentuk yang tidak terpisahkan dari amal. Amal,
pada kenyataannya, "karena kebenaran" (1 Kor 13:6). Semua orang
merasakan dorongan interior untuk mencintai otentik: cinta dan kebenaran tidak
pernah meninggalkan mereka sepenuhnya, karena ini adalah panggilan ditanam oleh
Allah dalam hati dan pikiran setiap orang manusia. Pencarian cinta dan
kebenaran adalah dimurnikan dan dibebaskan oleh Yesus Kristus dari pemiskinan
yang membawa kemanusiaan kita itu, dan dia menyatakan kepada kita dalam segala
kepenuhan inisiatif cinta dan rencana untuk hidup benar bahwa Tuhan telah
disiapkan untuk kita. Di dalam Kristus, amal dalam kebenaran menjadi Wajah nya
Person, suatu panggilan bagi Charity adalah cinta diterima dan diberikan. Ini
adalah "kasih karunia" ( Charis ). Sumbernya adalah mata air kasih
Bapa untuk Anak, dalam Roh Kudus. Cinta datang kepada kita dari Anak. Ini
adalah kasih kreatif, melalui mana kita hidup, itu adalah kasih penebusan,
melalui mana kita diciptakan. Cinta itu terungkap dan dibuat hadir oleh Kristus
(bdk. Yoh 13:1) dan "dituangkan ke dalam hati kita melalui Roh Kudus"
(Rom 5:5). Sebagai objek, pria kasih Allah dan perempuan menjadi subyek amal,
mereka dipanggil untuk membuat diri mereka instrumen kasih karunia, sehingga
mencurahkan's amal Allah dan untuk menenun jaringan amal.kita untuk mengasihi saudara-saudara
kita dalam kebenaran rencananya. Memang, ia sendiri adalah Kebenaran (lih. Yoh
14:6).
Charity merupakan inti dari doktrin
sosial Gereja. Setiap tanggung jawab dan setiap komitmen yang dieja oleh
doktrin yang berasal dari amal yang menurut ajaran Yesus, adalah sintesis dari
seluruh Hukum (cf. Mat 22:36 - 40). Ini memberikan substansi nyata terhadap
hubungan pribadi dengan Allah dan dengan tetangga, itu adalah prinsip tidak
hanya mikro-hubungan (dengan teman-teman, dengan anggota keluarga atau dalam
kelompok kecil), tetapi juga makro-hubungan (, ekonomi dan politik yang sosial)
. Bagi Gereja, dan diperintahkan oleh Injil, amal adalah segalanya karena,
seperti Santo Yohanes mengajar (cf. 1 Yoh 4:8, 16) dan saat aku ingat pertama
saya di Surat Ensiklik , "Allah kasih".
( Deus Caritas Est ): semuanya mempunyai asal dalam cinta Tuhan, semuanya
dibentuk oleh itu, semuanya diarahkan ke arah itu . Cinta adalah karunia
terbesar Tuhan untuk umat manusia, itu adalah janji dan harapan kita.
Tema – Tema Pokok Ensiklik Caritas in
Veritate
Charity
dalam kebenaran, yang menjadi saksi Yesus Kristus dengan kehidupan duniawi dan
terutama oleh kematian dan kebangkitan, merupakan kekuatan pendorong utama di
balik pengembangan otentik setiap orang dan semua umat manusia. Love - caritas
- merupakan kekuatan luar biasa yang menyebabkan orang untuk memilih dan murah
hati keterlibatan berani di bidang keadilan dan perdamaian.
Konteks Zaman
Pada
tahun 1967, ketika ia mengeluarkan Ensiklik Populorum Progressio , pendahulu
saya Paus Paulus VI terhormat menerangi tema besar pengembangan masyarakat
dengan kemuliaan kebenaran dan cahaya lembut's amal Kristus. Dia mengajarkan
bahwa hidup dalam Kristus adalah faktor pertama dan utama pembangunan dan dia
mempercayakan kami dengan tugas perjalanan jalan pembangunan dengan segenap
hati kita dan semua kecerdasan kita, yang mengatakan dengan kegairahan amal dan
hikmat kebenaran.
Ajaran sosial adalah milik Gereja karena Gereja adalah subjek yang merumuskannya,
menyebarluaskannya dan mengajarkannya. Ajaran sosial Gereja bukanlah sebuah hak
prerogatif dari satu komponen tertentu
dalam lembaga gerejawi melainkan dari keseluruhan jemaat; ajaran sosial.Gereja adalah bentuk ungkapan dari
cara Gereja memahami masyarakat serta
posisinya sendiri berkenaan dengan berbagai struktur serta perubahan sosial. Keseluruhan jemaat Gereja – para imam, biarawan dan kaum awam – ambil bagian dalam
perumusan ajaran sosial ini, masingmasing
menurut tugas, karisma serta pelayanan yang berbeda-beda yang ditemukan di dalam Gereja.
Istilah “ajaran sosial” merunut
kembali ke Paus Pius XI139 dan merujuk pada “kumpulan” ajaran yang bersangkut
paut dengan soal-soal yang relevan dengan masyarakat yang, sejak Surat Ensiklik
Rerum Novarum dari Paus Leo XIII, dikembangkan di dalam Gereja melalui
Magisterium
Uskup Roma dan para uskup dalam persekutuan dengannya.Perhatian Gereja
untuk persoalan-persoalan sosial tentu saja tidak baru dimulai dengan dokumen
tersebut, karena Gereja tidak pernah lalai menunjukkan perhatiannya terhadap
masyarakat. Namun demikian, Ensiklik
Rerum Novarum menandai permulaan
sebuah jalan baru. Seraya mencangkokkan dirinya pada sebuah tradisi yang telah berusia
ratusan tahun, ensiklik itu mengisyaratkan sebuah permulaan baru dan sebuah
perkembangan yang istimewa dari ajaran Gereja dalam bidang persoalan-persoalan
sosial.
Dalam perhatian yang terus-menerus terhadap manusia yang hidup di
tengah masyarakat, Gereja telah mengumpulkan sebuah khazanah doktrinal yang
kaya. Khazanah ini memiliki akar-akarnya dalam Alkitab, khususnya Injil-Injil
dan tulisan-tulisan apostolik, dan mulai mendapat bentuk serta kumpulannya
sejak Bapa-Bapa Gereja dan para Pujangga agung dari abad pertengahan, yang
berupa sebuah doktrin di mana biarpun tanpa maklumat
Magisterium secara
eksplisit dan langsung Gereja secara perlahan-lahan mengakui kewenangannya
sendiri.
Ada 13 dokumen yang dapat dikategorikan sebagai ASG :
1. Rerum Novarum, "Keadaan Buruh", 1891, Paus Leo XIII
2. Quadragesimo Anno, "Empat Puluh Tahun Kemudian", 1931, Paus Pius XI
3. Mater et Magistra, "Kekristenan dan Kemajuan Sosial", 1961, Paus Yohanes XXIII
4. Pacem in Terris, "Perdamaian Dunia", 1963, Paus Yohanes XXIII
5. Gaudium et Spes,"Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Modern",1965,
Konsili Vatikan II
6. Dignitatis Humanae, "Deklarasi tentang Kebebasan Beragama", 1965, Konsili
Vatikan II
7. Populorum Progressio, "Tentang Kemajuan Bangsa", 1967, Paus Paulus VI
8. Octogesima Adveniens, "Panggilan untuk bertindak, dalam rangka Memperingati
ulang tahun ke-80 Rerum Novarum, 1971, Paus Paulus VI
9. Iustitia in Mundo, "Keadilan di Dunia", 1971, Sinode Uskup di Roma
10. Evangelii Nuntiandi, "Penginjilan dalam dunia modern", 1975, Paus Paulus VI
11. Laborem Excersens, "Tentang Kerja Manusia", 1981, Paus Yohanes Paulus II
12. Solicitudo rei socialis, "Tentang Keprihatinan Sosial", 1987, Paus Yohanes Paulus
13. Centesimus Annus, "Pada peringatan Ulang Tahun ke-100 Rerum Novarum",
1991, Paus Yohanes Paulus II
14. The Participation of Catholics in Political life
15. Dignitatis Humanae (Pernyataan tentang Kebebasan Beragama)
16. Theology Of Liberation (Teologi Pembebasan) Kongregasi Doktrin Iman,
6 Agustus 1984
17. Sacramentum Caritatis ("Sakramen Kasih")
18. Caritasin Veritate ("Amal di Kebenaran") Paus Benediktus XVI ( 2009 )
Keseluruhan dokumen tersebut haruslah dibaca dan dimengerti sesuai dengan jaman yang melingkupi pembuatan dokumen tersebut, inilah kekayaan kita yang menghargai adanya Tradisi dalam gereja kita. Misalnya munculnya Rerum Novarum, tidak lepas dari situasi abad ke-19dimana buruh / pekerja kurang dimanusiawikan dalam lingkup dunia industri saat ituDokumen-dokumen sosial dari para uskup tersebut mencerminkan pergulatan Gereja dalam usaha menghadirkan diri di tengah kehidupan bermasyarakat dalam konteks masing-masing. Karena itu, ASG tidak dapat dipahami melulu sebagai kumpulan dokumen sosial yang diterbitkan oleh Magisterium. Sementara dokumen atau ensiklik sosial berisikan ajaran sosial yang kurang lebih baku, ASG ditafsirkan dan dijabarkan dalam pergulatan umat kristiani di tengah-tengah kehidupan sosial, politik, budaya dan ekonomi (bdk. Kieser, 2). Kehidupan bermasyarakat dan konteks hidup sehari-harinya menjadi lapangan konkret bagi pengembangan ajaran sosial Gereja. Dengan kata lain, ASG telah ada sejak umat kristiani menjalani hidup di tengah masyarakat dan dunia.
Ajaran Sosial Gereja atau ASG berisikan ajaran Gereja tentang permasalahan keadilan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. ASG berusaha membawakan terang Injil ke dalam persoalan keadilan sosial di tengah jaringan relasi masyarakat yang begitu kompleks. Dengan kata lain, ASG berusaha mengaplikasikan ajaran-ajaran Injil ke dalam realitas sosial hidup bermasyarakat di dunia. Tujuan ASG adalah menghadirkan kepada manusia rencana Allah bagi realitas sekular dan menerangi serta membimbing manusia dalam membangun dunia seturut rencana Tuhan (bdk. Hervada).
Keberadaan ASG dalam Gereja tidak dapat dilepaskan dari kenyataan bahwa Gereja diutus oleh Tuhan ke dalam dunia (bdk. Yoh 17:18). Tuhan bahkan tidak berpikir untuk mengambil Gereja dari dunia (bdk. Yoh 17:15). Tuhan mengutus Gereja ke dunia untuk menjadi sakramen kehadirannya dan menandai hadirnya tanda dan sarana keselamatan Tuhan di dunia. Karena itu, tugas Gereja adalah hadir di dunia, bukan lari dari dunia. Misinya adalah mewartakan dan mengomunikasikan keselamatan Kristus, yang disebutNya “Kerajaan Allah”, yakni persatuan dengan Allah dan persatuan seluruh umat manusia. Dengan hadir di dunia, Gereja menjadi benih dan awal dari Kerajaan Allah (bdk. Compendium art. 49).
Warta keselamatan Kristus melalui kehadiran Gereja menuntut terjadinya perubahan nyata tatanan dunia sesuai dengan yang dikehendaki Kristus. Cinta kasih Kristus, yang menjadi perintah utama dan syarat utama sebagai murid Tuhan (Yoh 13:35), harus diterapkan kepada sesama dalam relasi sehari-hari. Perwujudan cinta kasih itu bukan sekedar menyapa orang lain, memberi senyum, dan membantu dengan mengulurkan tangan. Perintah kasih diwujudkan dalam konteks membuat dunia ini menjadi tempat yang sesuai dengan kehendak Allah dan membangun KerajaanNya. Maka, membangun keadilan sosial, menebarkan perdamaian, mengutamakan kepentingan mereka yang paling membutuhkan, mempromosikan hormat terhadap martabat manusia merupakan bentuk nyata dari aplikasi perintah kasih. Ajaran Sosial Gereja berkaitan langsung dengan bagaimana hukum cinta kasih Kristus dilaksanakan oleh Gereja dalam hidup sehari-hari di tengah masyarakat dan dunia.